Chapter 21

Kaki Jaehyun terus melangkah menjauhi kelas. Diikuti Johnny dan Lucas dari belakang.

|
|
|
Seseorang menutup kedua mata lelaki tampan yang tengah melamun, membuat lelaki itu jadi tersenyum manis —menampakkan dimple di masing-masing pipinya.

"Hem~ Jangan mulai deh~" Ujar si lelaki.

Seseorang itu tertawa, tampak manis.

"Emang tau gue siapa?" Tanyanya.

"Ya tau dong. Dari wanginya aja udah khas banget. Pasti—"
|
|
|

"Jae,"

Suara Lucas membuyarkan lamunan Jaehyun, membuat lelaki itu mendecak lalu menyahut malas,

"Apaan?"

"Tangan lo gakpapa? Tuh sampe berdarah gitu gara-gara nonjok kaca."

Jaehyun melirik tangannya sekilas. Darah di tangannya sudah mengering sedari tadi. Tidak merasakan perih, sebab.... memang sudah biasa.

"Kalian mau langsung pulang apa main dulu ke rumah gue?" Tanya Jaehyun, mengalihkan pembicaraan.

"Em..." Lucas tampak berpikir, "Main dulu deh. Sekalian ikut makan. Gue laper masbrooo."

Respon Jaehyun hanya mengangguk, kemudian melemparkan kunci mobil ke Johnny.

"Lo yang nyetir ya John."





-----





Di sisi lain, Ten, Lisa, Taeyong, dan Y/n masih ada di dalam kelas.

Taeyong duduk di samping Y/n yang masih saja diam, —melamun. Dari tadi di ajak ngobrol pun responnya hanya "hm" "ya" "enggak" bahkan bisa mengangguk saja.

Taeyong yang tidak tau harus berbuat apa, memilih untuk mengeluarkan botol minum dari dalam tas dan diberikan ke Y/n.

"Minum dulu ya?"

Y/n menggeleng, "Gamau."

"Jangan gitu dong. Di minum dulu airnya. Sedikit aja gakpapa. Ya?"

Y/n menoleh menatap Taeyong. Di tatap begitu, buat Y/n jadi luluh. Ia mengambil botol minum milik Taeyong, kemudian diminum sedikit.

Sementara itu, Ten menarik lengan Lisa untuk mengajaknya mengobrol diluar kelas. Mungkin di depan kelas sebelah agar Taeyong, terutama Y/n tidak dapat mendengar pembicaraan mereka.

"Aduh! Apaansi lo main tarik-tarik aja." Ujar Lisa, sedikit kesal.

"Gue mau nanya sama lo. Sebenernya apa yang terjadi? Kenapa Y/n bisa nangis gitu? Dan kenapa Jaehyun hampir bikin Taeyong babak belur?"

"Gak usah di jawab juga harusnya lo udah tau. Jaehyun 'kan emang suka cari gara-gara."

"Iya, tapi maksudnya tuh kenapa? Kok bisa tiba-tiba?"

Lisa mengangkat bahu. Ia hendak kembali ke kelas Y/n, tapi dengan cepat Ten menahan pergelangan tangan Lisa.

"Eh! Gue belum selesai ngomong." Kata Ten, agak kesal.

"Lo mau ngomong apa lagi sih? Kan udah gue jelasin tadi."

Ten menghela napas, "Lalisa Manoban yang cuantex nya minta ampyun,"

Senyum Lisa terulas lebar dan manis, "Iya? Ada apa Ten yang buriknya macam kentang busuk?"

"Bangsad."

Lisa tertawa, "Ahahah.." Kemudian ia melepaskan tangannya dari genggaman Ten dengan wajah datar, "Lepasin ah!"

Karena gemas, Ten mengapit kedua pipi Lisa pakai satu tangan, membuat bibir gadis itu jadi manyun.

"Dasar ponakan kurang ajar!"

Tangan Lisa terangkat untuk menepis agak kasar lengan Ten, "Eh Chittaprrr! Sejak kapan gue jadi ponakan lo?"

"Anjir. Peran lo disini 'kan jadi ponakan gue."

"Eh iya juga ya. Uuuuu Om Ten~" Tanpa rasa malu, Lisa memeluk Ten dari samping.

Yang dipeluk, pasrah saja. Lagian, ia sudah biasa dipeluk begitu oleh gadis yang memiliki pipi chubby ini.

"Yaudah, sekarang sebagai ponakan yang baik, lo harus jujur sama om. Sebenernya ini ada apa? Kenapa Jaehyun bisa ngamuk lagi?"

Lisa diam sejenak sebelum melepas pelukannya, "Jadi, tadi tuh 'kan gue sama Y/n izin ke toilet. Terus lama gitu 'kan di toilet? Ya om tau lah ya kalau cewek lama di toilet tu ngapain. Eh si Jaehyun nyangkanya kita punya rahasia. Makanya dia ngamuk. Dia gertak Y/n biar Y/n mau jujur."

Alis Ten berkerut bingung, "Kok dia bisa mikir gitu?"

"Gatau, gue juga bingung."

"Hm... Gue jadi ikut curiga. Jangan-jangan dugaan Jaehyun bener lagi kalau kalian punya rahasia? Ngaku."

"Enggak, om. Beneran. Ngapain juga gue sama Y/n nyembunyiin sesuatu?"

Ten menatap curiga ke Lisa, buat gadis itu jadi kesal sendiri. Ia menampar pelan pipi Ten sembari berkata,

"Serah lu dah om." Habis itu pergi ke kelas Y/n, meninggalkan Ten.

Di dalam kelas itu, ada seseorang yang tengah mengintip sedari tadi. Mendengarkan seluruh percakapan antara Ten dan Lisa.

"Hm... Ternyata bener ada yang gak beres sama mereka berdua."





-----





Taeyong menggenggam tangan Y/n.

Yang di genggam, menoleh. Menautkan alisnya lihat lelaki tampan yang mirip sekali dengan Lee Taejun.

"Berhenti nangis. Matanya bisa bengkak nanti." Kata Taeyong.

Y/n mengangguk seraya mengeratkan genggaman, "Kenapa kamu nonjok Jaehyun? Harusnya kamu gak usah ngelakuin itu."

Taeyong menghela napas, "Maaf, tadi kelepasan. Keburu kesel gara-gara dia yang kelewat kasar sama kamu."

Paham. Y/n benar-benar paham kenapa Taeyong melakukan itu. Ia paham kenapa Taeyong bisa marah. Bukankah ia adalah.....

.... ah sudahlah.

"Ayo aku anter pulang." Ujar Taeyong sambil mengambil kacamata Y/n yang tergeletak di atas meja dan diberikan ke Y/n. Bibirnya tersenyum manis, tampak tulus.

Y/n menerima kacamata itu. Menghapus sisa air mata di pipi sebelum memakai kacamatanya.

Jika boleh jujur, Taeyong ingin tau kenapa Y/n berkata seperti tadi. Maksudnya.... kenapa pertanyaan Y/n seakan ingin melindungi Jaehyun dan tidak mau Jaehyun terluka?

Tapi.... berhubung keingintahuannya itu tidak ada alasan yang jelas, makanya ia tidak mengacuhkan hal itu. Lagipula, kenapa juga Y/n ingin melindungi bajingan seperti Jung Jaehyun? Tidak masuk akal.

Dengan tangan yang masih saling menggenggam, Taeyong menarik Y/n sampai Y/n berdiri dari duduknya.

Tepat sekali, Ten dan Lisa datang. Mereka sedikit bingung lihat posisi Taeyong dan Y/n yang sedang pegangan tangan.

"Kalian.... mau kemana?" Tanya Lisa.

"Mau pulang. Gak mungkin kita terus-terusan disini." Jawab Taeyong.

Kemudian Ten menyahut, "Yaudah, gu—saya anter kalian pulang."

Eh bego! Hampir aja keceplosan bilang "gue". Batin Ten.

Tadinya Taeyong ingin menolak, namun mengingat dirinya yang tidak tau dimana rumah Y/n, membuatnya harus setuju atas usul Ten.

Di sisi lain, Y/n juga inginnya menolak karena tidak mau merepotkan. Tapi ia sadar bahwa yang bersamanya sekarang ini bukan Taejun, jadi ia harus mengiyakan usulan guru baru itu.

Bukan apa-apa, Y/n hanya tidak ingin membuat Taeyong shock atau skakmat. Biarkan Taeyong melakukan penyamaran sesuka hatinya. Y/n akan bantu.

Hingga waktunya tiba, maka Y/n sendiri yang akan membongkar penyamaran lelaki bermarga Lee itu.

"Ayo, jangan banyak mikir. Biarin om gue yang anter kita pulang." Kata Lisa.

Jadi, Taeyong dan Y/n sama-sama mengangguk. Mereka berjalan lebih dulu, sedangkan Ten dan Lisa di belakang.

Saat melewati koridor pun, tangan Taeyong terus menggenggam tangan Y/n. Tak pernah lepas walau sedetik.

Di sekolah ini juga sudah sepi. Hanya ada beberapa siswa saja yang tetap disini yang memang hobi diam di sekolah hanya untuk sekadar wifi-an.

Hayoooo, siapa tuh yang kayak gitu juga? Ngaku~

Y/n melirik ke tangannya yang tengah di genggam. Lalu melihat ke belakang, dimana ada Ten dan Lisa.

Mereka tersenyum ketika ditatap oleh Y/n.

Pandangan Y/n beralih lagi ke depan. Tidak tidak, ke Taeyong maksudnya.

Ia menghela napas, diam-diam membatin,

"Gue seneng liat keadaan kalian yang baik-baik aja."


















TBC

Kenapa aku ngerasa kalau kalian bakal gampang nebak alurnya? Hm...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top