#. Spoiler Book SALLVEEN

"Kenapa kamu nolak aku?"
Veen mencekal tangan Sally, tak membiarkan gadis tersebut pergi berlalu dari hadapannya. Suasana rumah menjadi sedikit tegang.

Sally menjawab tanpa menoleh, tetap memandang lurus ke depan, "Bukan maksud Sally ingin menolak Veen, tapi bukankah kamu sendiri yang bilang di masa lalu kalau kamu hanya menyayangi Sally sebatas seorang adik, dan Sally pun hanya menyayangi kamu jua sebagai kakak. Tidak kurang tidak lebih."

"Kamu bohong," desisnya tajam. Cekalan tangannya mengerat seiring kekesalan di hati juga mulai meningkat.

"Ya, aku memang bohong, namun itu dulu. Karena setelah merenungkan begitu lama, sia-sia Sally mencintai kamu. Lebih baik mengubah rasa cinta ini menjadi rasa cinta terhadap seorang kakak sekaligus pelindung, karena aku tahu cinta sulit untuk di lupakan. Jadi, bisakah Veen merubah cinta di hati Veen juga?"

"Tidak akan pernah. Ingat janji kamu? Kamu bilang, Mentari akan selalu ada di depan Raja, memberikan cahaya penerang di setiap tapakan jalannya menuju masa depan. Dan kamu juga berjanji, Mentari hanya bisa menjadi milik Raja. Selamanya."

Sally tertawa renyah, "Veen ingat semua itu? Sally saja sudah lupa sebagian janji yang Sally buat, semuanya berada di masa lalu kita berdua, maka biarkan itu tetap berada di posisinya. Masa sekarang milik masa sekarang. Jangan ungkit masa lalu yang bisa merusak kecerahan masa depan. Veen yang memutuskan hubungan kita lebih dulu, itu berarti, semua janji kita berdua di masa kanak-kanak juga telah sirna bersamanya."

Veen menarik pinggang Sally, membuat keduanya terlihat sedang berpelukan mesra. Tangan kanannya yang semula mencekal lengan kurus rampung; berpindah menjepit ringan dagu Sally. Mendongakkan kepala gadis itu, membuat iris caramel dan iris hitam saling memandang dalam.

"Aku minta maaf untuk semua hal di masa lalu. Kembalilah padaku."

"Maaf, Sally memiliki seseorang yang ingin Sally gapai, dan itu bukan kamu."

Lengan kiri Veen menekan punggung Sally, "Siapa?"

Wajah cantiknya melembut sempurna, "Pemuda bersenyum semanis pelangi di penghujung hujan."

***

"Hachi!"

Di dalam kamar, pemuda berbaju biru itu nampak bersin-bersin berkali-kali. Dia bergumam rendah, "Siapa yang berani gibahin gue pagi-pagi?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top