#9. Antara Sally dan Juan
Pada malam sabtu mall tetap sangat ramai. Vira bersama Sally berjalan di depan, meninggalkan Veen berjalan sendirian. Ia mengawasi sosok Sally dari belakang, menyimpan semua terbitan senyum manis dari gadis tersebut di dalam memorinya.
Ponselnya berdering, ada panggilan video call masuk. Veen menyentuh ikon dan munculah wajah pemuda sebaya dengan dirinya, wajah pemuda tersebut nampak begitu putih pucat.
"Lo di mall ngapain? Biasanya juga lebih suka di kamar."
Raut wajah Veen melembut, tidak meninggalkan sisa lapisan dingin sedikitpun dalam parasnya, "Nemenin Sally sama Mama belanja. Sekalian keluar bareng."
"Bisa atur kamera belakang? Gue mau lihat Sally."
"Boleh," jawab Veen. Ia mengganti setelan menjadi rekam melalui kamera belakang. Kakinya menambah sedikit laju langkah, mendekat dan mengejar senyum indah Sally.
Pemuda di seberang tersenyum, wajah tampannya tidak kalah jika di bandingkan dengan Veen. Matanya penuh kasih sayang menatap Sally di layar ponselnya. "Dia semakin cantik dan manis dari terakhir kali. Lo udah tepatin janji lo?"
"Hm," Veen mengangguk, menghembuskan nafas dan menyambung perkataan, "Gue udah tepatin janji, mulai sekarang Sally aman di tangan gue. Lo tenang aja, gak usah khawatir tentang apapun."
"Cuman khawatir liat berita tadi pagi, Sally sekarang lepas dari keluarganya. Dia pasti kesulitan, tapi terlalu sungkan untuk bercerita. Tolong jadi tempat curhat buat dia sebelum gue bisa dateng ke Sally lagi."
"Lo bisa percaya sama gue."
Pemuda di seberang pamit, memutus sambungan. Setelahnya wajah Veen tidak begitu menyenangkan, dua netranya menatap Sally dari balik kaca toko boneka.
Sekeras apapun Sally mencoba menjadi kuat di luar, dari dalam, dia masih gadis di usia matang yang pasti sangat memerlukan kasih sayang keluarga sebagai dukungan.
Lagi, Veen tersenyum pahit. Mengagumi dalam diam seperti ini terlalu menyakitkan, dia bisa melihat Sally. Namun dia tidak bisa memilikinya, masih ada Aruna juga. Veen tidak bisa menyakiti gadis sebaik Aruna.
Pemuda yang melakukan video call dengan dirinya adalah orang yang berhak atas Sally. Dan dia sudah berjanji pada pemuda itu, Veen berjanji mulai sekarang akan selalu menjaga Sally sepenuh hati. Menghiburnya di saat sedih, dan memberinya tempat bersandar ketika lelah.
Veen harus melakukan tugas ini sampai orang itu kembali. Ketika masanya tiba, dia tidak bisa lagi berada di dekat Sally.
Masalahnya satu, apa dia bisa menahan kepedihan di dalam hati melihat gadis pujaan hati bersama pemuda lain?
Jawabannya, Veen tidak mampu.
Apalagi, Veen juga tidak bisa menolak keinginan dari orang itu. Semua keinginannya seperti kewajiban bagi Veen. Harus di penuhi!
Sally sangat acuh terhadap Veen, tidak menoleh padanya sekalipun. Vira mendesah kecil di dalam hati, dua anak remaja ini tidak mau akur juga?
Dia sudah kehabisan ide. Vira mengajak anak-anak keluar hanya untuk mendekatkan mereka, tapi Veen dan Sally tidak peka satu sama lain. Justru saling menjauh dan menjaga jarak.
***
00.30 WIB.
Sally mengerem ninja hitamnya, membuat gerakan memutari garis finish. Tubuhnya di kelilingi asap.
Nanay berteriak heboh, "Itu baru temen gue!"
Jian dan Jion- saudara kembar sekaligus teman satu tongkrongan Sally ikut berseru, "KAK SALLY! TRAKTIRAN!" Teriak mereka berdua berbarengan.
Juan tidak bisa menahan untuk menatap dua adik kembarnya, "Dasar anak bontot, taunya cuma makan gratis."
"Bodo bang, penting gratisan!" Jawab Jian.
"Bener tuh!" Jion menimpali.
Nanay ikut menyambung, "Ke warung atau karokean, nih?"
Sally turun dari motor ninja hitamnya, mendekati pemuda tampan penunggang ninja berwarna merah. Lawannya yang telah kalah.
"Duit, sesuai janji."
Pemuda itu terkekeh, mengambil cek dari sakunya. Tertera nominal, 25.000.000. Sally merampas cek tersebut, menepuk pundak Gara yang selalu saja kalah lomba balapan dengan dia.
"Next time, panggil gue lagi kalau mau adu balap," saran Sally. Mencoba bercanda dengan Gara.
Tak di sangka, Gara menanggapi serius, "Sure baby, lain kali gue nggak akan minta duit sebagai hadiah kalau bisa jadi pemenang."
Sally menaikan satu alisnya, bertanya bingung, "Terus, lo mau apa?"
"One night stand little virgin.”
Mata bulat Sally menyipit, menajam menatap ke arah Gara. Teman-teman cowok itu bersorak dari belakang, menyemangati ketua mereka menggoda Ratu Jalanan.
Siapa yang tidak tau Sally dalam dunia malam, dunia bagi anak-anak liar dalam balapan? Semua laki-laki yang mencoba menantang Sally akan berakhir dalam kebangkrutan, pulang membawa kekalahan dan perasaan malu di tindas oleh perempuan.
Gara salah satunya, dan dia adalah laki-laki bersemangat tinggi tidak tahu malu. Tetap gencar mencoba mengalahkan Sally dalam balapan, tidak perduli harus kehilangan uang berapapun.
Gara Ardingga tidak pernah kekurangan uang. Ia tersenyum kala Sally menarik kerah jaketnya, "Lebih cantik dari deket," pujinya.
Sally menahan diri untuk tidak meludah di depan wajah Gara, "Jangan pernah berfikir lo bisa samain gue sama jalang di luaran sana, inget kata-kata itu."
Gara terkekeh, melepas tangan Sally dari kerah jaketnya, "Santai, bukannya lo udah keluar dari Amaranggana? Masih bisa nyolot? Kasih tau gue minta berapa, bakal gue kasih. Hidup lo pasti susah sekarang."
Melihat tabiat Gara saat ini, Sally tidak bisa melawan Gara memakai emosinya. Jadi, dia mencoba tenang, ikut dalam permainan pemuda tersebut, "Setuju, tapi sebelum lo bisa nyentuh gue. Adik kecil lo akan gue potong duluan, asik kan?"
"Gara, lo pergi. Jangan ganggu Sally, hubungan antara pembalap cuman sampai biaya transaksi." Interupsi dari Juan membuat Gara bungkam.
Juan Albramas memiliki tingkat lebih tinggi dari Ardingga. Mau tak mau, Gara pergi bersama teman-temannya. Sally menatap kepergian Gara seperti melihat mangsanya telah kabur.
Juan Albramas tidak bisa di ragukan lagi. Dia adalah anak pertama di keluarga Albramas, keluarga berdarah Indonesia-Inggris. Mereka tidak menganut kesempurnaan di mata orang lain, mungkin karena keluarga Albramas lebih suka kebebasan.
Albramas bergerak dalam bidang club malam di Indonesia. Memiliki banyak cabang di pulau Jawa dan Bali.
Juan menepuk bahu Sally, "Ayo cabut. Yang lain udah duluan nongkrong di warung kayak biasanya."
"Hm." Sally tersenyum pada Juan, "Thanks, bang."
"Yoi, mana kunci motor lo? Gue aja yang nyetir, motor gue malah di bawa si bontot kecil."
"Nih." Sally memberikan kunci kepada Juan.
Entah matanya salah lihat atau ini hanya halusinasi, Sally seperti merasa jika mobil yang baru saja lewat adalah mobil dari Veen? Apakah dia salah?
Seharusnya hari ini Sally menginap di rumah Vira, hingga dia ingat tengah malam ini dia memiliki jadwal balapan liar melawan Gara. Terpaksa dia ijin untuk pulang, beralasan perlu menata barang-barang baru di apartement.
Lagipula Sally tidak ingin berdekatan dengan Veen, hatinya menjadi tidak terkendali menatap sosok Veen terlalu lama.
Mengabaikan kebenaran bahwa mobil tadi memang mobil Veen. Sally naik di jok belakang, sekali lagi menoleh ke belakang dan mendapati jalanan sepi kembali. Tidak ada pengendara lain selain dia dengan Juan.
Ninja hitam Sally melaju meninggalkan arena bekas balapan. Dari arah yang berbeda, Veen mengendarai mobilnya. Dia mengikuti Sally untuk memastikan keadaan gadis itu. Hatinya merasa lega melihat Sally baik-baik saja.
Satu pertanyaan menganggu konsentrasinya dalam mengemudi, sejak kapan Sally mulai ikut balapan liar? Dan kenapa Sally bisa kenal dengan Juan Albramas?
Veen tentu saja juga tau Juan Albramas, putra sulung dari keluarga Albramas. Setiap generasi mereka selalu menikah dengan orang Inggris, Veen tidak tahu apakah itu tradisi dalam keluarga atau bagaimana, tapi yang paling penting dari keluarga Albramas adalah mereka tidak pernah memandang seseorang dari kasta.
Keluarga Albramas baik hati, ramah, dan mudah berteman. Veen tahu hal ini sebab Nyonya Albramas adalah pelanggan tetap Vira di butik. Terkadang Nyonya Albramas sering main ke rumahnya, dan wanita berdarah Inggris itu sangat ramah.
Untuk sementara waktu, Veen tidak merasa cemas apabila Sally dekat dengan Juan.
Veen masih bingung memikirkan pertemuan antara Sally dan Juan, tidak mungkin itu hanya kebetulan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top