#30. Ending


"

Nona Sally!" Pak Satpam berbadan gempal setengah baya berlari, terseok-terseok mengambil langkah panjang dalam setiap tapakan. Menatap Sally penuh haru.

Perpecahan keluarga Amaranggana membuat dia menjaga rumah tanpa penghuni 7 tahunan. Itu membuatnya sedih, ingin mencoba mengundurkan diri akan tetapi gaji yang di berikan Amaranggana terlampau banyak untuk menghidupi keluarga. Pilihan terakhir adalah dia harus tetap bekerja di sini.

Pak Satpam tersebut tidak lain adalah Pak Jaka, beliau mulai bekerja menjadi satpam ketika Sally masuk ke sekolah menengah atas.

"Pak Jaka, apa ada kabar dari Papa dan Mama?" Tanya Sally, memeluk Velly semakin erat di dalam gendongan. Veen datang membawa Salve, menyetarakan posisi tepat di samping kekasihnya.

Pak Jaka masih menarik nafas dan menghembuskan kasar, di rasa sudah tidak terlalu ngos-ngosan, beliau malah menangis, "Tuan dan Nyonya, mereka meninggal dalam kecelakaan! Pihak rumah sakit menelfon rumah satu jam lalu, mayat akan di kirim sore hari ini. Tuan muda Ardelo menelfon akan segera sampai ke Indonesia sore nanti menggunakan pesawat pribadinya, Tuan tua dan Nyonya tua juga akan sampai sebentar lagi. Mereka sudah menelfon Bapak untuk mencari Nona dan Nona kecil. Alhamdulillah sekarang kalian datang ke sini dengan sendirinya, jadi saya tidak perlu mencari kalian."

Velly memeluk leher kakaknya, meminta penjelasan tentang sesuatu, "Kakak, kemarin ada Papa, Mama, dan api besar. Sekarang Papa sama Mama dimana?"

Sally bungkam. Tidak memiliki tenaga untuk mengungkapkan isi hati. Dia- dia belum sempat berbakti kepada orang tuanya, dan mereka sudah lebih dulu di panggil oleh Yang Maha Kuasa. Dia sungguh putri yang durhaka.

Pelukan hangat datang dari samping, Veen memeluknya, memberikan ketenangan melalui kehangatan. Berbisik pelan, "Jangan nangis, kamu harus kuat di depan Velly, dia benar-benar adik kandung kamu."

"A-aku," suaranya parau, netranya menatap ke bawah. Satu tetes air mata langsung jatuh di atas aspal.

Veen menghela nafas berat, "Do'ain mereka dan berhenti menangis. Papa dan Mama kamu pasti nggak akan senang lihat kamu nangis di sini. Mereka menitipkan Velly kepada kita. Kamu harus kuat untuk Velly. "

Pak Jaka sudah bisa menebak bahwa Veen adalah kekasih Sally. Keterkejutan dia tutupi melihat satu mata dari Nonanya tertutup oleh kapas dan ikat tali putih tipis. Dia memang pernah mendengar berita mengenai pembullyan di SMA Cakrawala Nusantara, dengan korban adalah Sally.

Arjuna dan Sella langsung mencabut segala kerja sama dan saham dari perusahaan pelaku kejahatan, bertepatan ketika identitas pelaku terbongkar. Mereka tahu mereka bukan orang tua baik, namun sebagai orang tua, kasih sayang untuk darah dagingnya sendiri tetap akan terus ada di dalam hati.

Diam-diam, Sella mengirimkan banyak uang ke rekening Kian sebelum wanita itu pergi. Dia tidak ingin putrinya kekurangan apapun, semenjak kecil putrinya sudah di limpahkan harta dan kemewahan. Pergi dari Amaranggana pasti akan menciptakan dunia sederhana, Sella takut Sally mengalami kesusahan.

Dan Sally tidak tahu perbuatan orang tuanya, bahkan Kian juga. Kian sangat jarang mengecek saldo di rekening pribadinya, jadi saat mengetahui ada banyak uang untuk hidup bersama Sally, rasa bahagia terlalu dominan dan meliputi hati. Tidak sekalipun terbesit kalau Sella telah mengirimkan ratusan juta ke rekeningnya.

Kakek dan Nenek sampai di rumah, kedua orang tua Sella selama ini tinggal di Jawa Barat. Sangat terkejut dan syok mendengar putri dan menantu mereka mengalami kecelakaan dalam perjalanan kembali ke Jakarta.

"Nenek, Kakek." Panggil Sally kala melihat dua pasangan tua masuk melalui pintu utama.

Asmara-Nenek, berlari menghampiri cucunya, memeluk Sally lebih dahulu, "Nenek merindukan kamu, selama ini Nenek selalu meminta alamat kamu tinggal ke Sella, tapi dia bilang tidak mengetahui," melepas pelukan di antara keduanya. Asmara menatap naas pada mata kiri cucu sulungnya, "Mata kamu,"

"Sally baik-baik aja, Nek."

Satya- Kakek menghampiri asmara selepas berbicara ringan dengan Veen. Anak itu juga mengutarakan ingin menikahi Sally dan mengurus kehidupan Velly.

"Sally, berikan Velly kepada Kakek," dua tangan keriput termakan usia terulur, Velly berlari sendiri dari pelukan Sally. Menuju Satya dan masuk ke dalam gendongan.

"Kakek, Papa dan Mama dimana? Kenapa nggak pulang?" Pertanyaan polos ini menohok semua orang di dalam ruangan.

Vira, Vina, dan Kian baru saja datang. Mereka terburu-buru dalam perjalanan. Yah, karena Vira pindah rumah lebih jauh dari kediaman Amaranggana, mereka memerlukan 20 menit untuk sampai ke sini.

"Tuan tua, Nyonya tua," Kian menyapa sesampainya di depan pasangan tua, orang tua dari Sella.

Asmara tersenyum, matanya memerah basah oleh air mata, "Kian, terima kasih telah merawat cucuku."

Kian mendekat, mencium tangan Asmara, "Seharusnya saya yang berterima kasih, jika bukan karena kebaikan mendiang Nyonya Sella. Mungkin saat ini saya sudah menjadi gelandangan di jalanan kota, Sally sudah seperti putri saya sendiri. Jadi tidak perlu berterima kasih kepada saya."

Kakek meminta atensi, "Semuanya dengarkan aku," rambut putih menjadi tanda dia sudah tidak terlalu mampu menahan banyak beban pikiran. "Veen tolong bantu Kakek mengurus pemakaman, Kian tolong urus kain kafan dan beritahukan beberapa warga untuk turut menyolatkan mayat. Vira dan saudara kembarnya bersama Asmara akan memandikan Sella. Aku dan Ardelo akan memandikan mayat Arjuna."

Semuanya mengangguk setuju, Satya lebih dulu membuat Velly tertidur kemudian meletakkan tubuh kecil cucunya di kasur. Beberapa saat kemudian, Veen datang dan menidurkan Salve di samping Velly. Keluar untuk mengurus tanah pemakaman.

Di ruang tamu, terdapat figura besar. Ini adalah foto keluarga dan Sally masih bayi di foto tersebut.

Veen memeluk tubuhnya, "Sayang." Baru saja tiba, sudah selesai mengurus tanah kubur untuk penguburan mayat orang tua Sally.

Sally memejamkan mata, mata kirinya mulai berdenyut kecil karena dia menangis terlalu lama.

Veen mengetahui masalah kekasihnya dari guratan halus di dahi kecilnya, "Mata kamu sakit?"

Sally hanya mengangguk, tidak ada tenaga untuk sekedar berkata "Iya."

"Ayo ke kamar kamu, aku gendong." Menyelipkan tangan di lekukan lutut dan leher Sally, Veen mengangkat tubuh ramping sedikit kurus dengan mudah. Bertanya dimana kamar Sally kemudian masuk ke dalam.

Sally merasa kesedihan semakin mendalam melihat kembali kamar yang sudah dia tinggalkan selama bertahun-tahun. Tubuhnya di letakan sangat lembut di atas ranjang, Veen ikut berbaring di samping tubuhnya.

Gerakan jemari pada tali yang menahan kapas untuk mata kirinya mulai mengendur, Sally mendongak, sedikit terkejut akan tindakan Veen.

Kapas terlepas sepenuhnya, mata kiri Sally terpejam erat, setelah beberapa tahun tidak pernah terbuka. Secara otomatis mata kirinya akan selalu terpejam sendiri tanpa dia sadari meskipun kapas sudah di ambil.

Veen mengecup mata kiri Sally, menggesekan ujung hidungnya dengan bulu mata lebat sang kekasih. Pelukannya semakin mengerat, "Sally-ku harus kuat," ucapnya.

Sally menjawab penuh suka cita, "Makasih, makasih Veen sudah selalu ada di sisi Sally mencintai Sally dengan kekurangan ini."

"Apapun keadaan kamu, aku akan tetap mencintaimu dengan segala kekurangan yang ada di diri kamu. Karena itulah alasan kita bersama, untuk saling melengkapi. Aku udah bicara sama Kakek, beliau bersedia menjadi wali kamu di pernikahan kita nanti."

Mata Sally semakin berair, "Veen, kamu....

"Aku mau kamu jadi istri aku, menjadi milik Veen Darendra Mahardika seorang. Satu bulan lagi aku akan mengadakan akad nikah untuk kita. Jadi, Sally Abaigeal Amaranggana, maukah kamu menjadi istriku?"

"Sally bersedia."

Veen merasa sebuah kotak berisi bunga meledak di dalam hatinya. Menaburi setiap tempat di dalam dada dengan sentuhan lembut helaian banyak bunga. Mencium kening Sally lama. Senyum cerah menghiasi wajahnya.

***

"Penulis dan Sutradara ingin menyampaikan pesan melaui film ini. Hidup hanya sekali dan kebebasan dalam hidup adalah hak yang harus seseorang miliki. Mencari jati diri dan mencoba mencintai diri sendiri dengan melakukan hal liar memang menyenangkan, namun mencari jati diri dan mencintai diri sendiri dengan mensyukuri apa yang ada di diri kita itu akan lebih baik.

Sempurna bukanlah kewajiban yang harus setiap orang memilikinya. Karena sempurna akan hadir dengan sendirinya ketika kita menghargai diri kita, menerima segala kekurangan, dan mencintai diri sendiri sepenuh hati. Maka sempurna akan datang, kepuasan diri akan muncul, dan pada saat itulah, kamu sempurna untuk dirimu sendiri. "

Tamat

"Yah! Kok gini endingnya! Gak suka! Gak suka!" Teriak salah satu wanita di kursi bioskop.

Semua penonton lain menoleh ke wanita tersebut, memandang bingung.

Pria di samping menutup mulut istrinya, "Jangan malu-maluin dong, yang!"

Juwi melepas tangan suaminya, Kim Taehyung, berkata ketus, "Apa? Gak suka? Minta cerai?!"

"Enggak gitu, astaga!" Taehyung menjadi bingung harus bagaimana menghadapi istrinya satu ini.

Taehyung beberapa minggu ini mengurus bisnis di tanah kelahirannya, Korea Selatan. Dan pulang ke Indonesia kemarin malam, berjumpa lagi dengan istrinya. Begitu sampai, Juwi sudah merengek meminta menonton film Wanna Be Me di bioskop.

Juwi bilang aktor laki-laki di film tersebut adalah idolanya. Juwi sangat ingin melihat filmnya! Mau tak mau Taehyung menuruti.

Mendapatkan ending tanpa pernikahan, Juwi muntap. Mencak-mencak mulai dari perjalanan pulang dari bioskop sampai di rumah mereka.

Taehyung melepas ikatan rambut istrinya, mendengarkan segala kekesalan Juwi berbekal kesabaran, "Sayang, udah dong marah-marahnya."

"Ih! Mood cewek kan emang gini! Kalau udah marah-marah suka lama marahnya, kamu ini gak bisa ngertiin aku!" Kesal wanita itu. Merebahkan tubuh di atas kasur, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut berwarna hitam berbulu.

Melepas jaket dan meletakannya di atas nakas, Taehyung ikut membaringkan tubuh. Jika tidak berhati-hati, badannya nyaris berguling jatuh dari ranjang.

Juwi menendang tubuhnya.

Mata kucing lebar melotot, tidak menyeramkan, sebaliknya, terlihat sangat menggemaskan. "Pergi! Gak boleh tidur di kasur! Kamu tidur di kamar lain!"

Taehyung cemberut. Dia hampir satu bulan tidak bisa memeluk istri tercinta. Dia mau kelon.

"Sayang, aku kangen sama kamu. Katanya janji sore ini sampai malem kita kerja sama ngembangin proyek satu putra satu putri."

"Oh? Aku udah janji? Kalau gitu aku tarik lagi janjinya! Udah sanaaa, pergi dari kamar!"

Ketahuilah, Taehyung itu sudah tidak tahan menahan rindu bergelung di bawah selimut bersama wanita tercinta sepanjang hidupnya.

Tanpa meminta persetujuan, Taehyung melompat menindih tubuh Juwi, membuat pekikan tajam memenuhi ruangan kamar, "KIM TAEHYUNG!!!!"

"Mwo? Aku hanya ingin bermain dengan istriku."

Pemenang dalam pertarungan adalah Kim Taehyung. Mereka berdua bermain bersama di atas ranjang sampai tengah malam. Begitu bersemangat mewujudkan proyek mereka. Satu putra dan satu putri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top