#13. Menyakitkan

Vira bersama Veen menunggu di ruang tunggu dengan cemas, wajah mereka putih pucat, terlalu khawatir seakan darah telah di kuras habis dari tubuh mereka. Saat ini terpaksa Sally menjalani operasi untuk bagian mata kirinya yang sudah terkoyak tertusuk oleh apa Veen tidak mengetahuinya.

Dari sisi kanan, langkah sepatu menggema. Seorang pria gagah tinggi bersetelan formal berhenti di depan Veen, "Pembicaraan apa yang ingin kamu sampaikan kepada Papa?"

Vira mendongak setelah lama sekali merunduk. Menatap wajah mantan suaminya yang belum lama ini dia temui. Ia berdiri, wajahnya khawatir.

Mendahului Veen untuk angkat bicara, "Kamu juga pasti tahu tentang berita Sally melepas diri dari Amaranggana. Di sekolah tadi dia mengalami pembulian, mata kirinya rusak tertusuk benda tajam, dia harus operasi dan merelakan satu matanya cacat. Mengingat pengaruhku saat ini, kepala sekolah pasti tidak akan mau untuk angkat bicara secara cuma-cuma jika pembully Sally adalah anak dari keluarga ternama. Saat ini keadaan Sally di anggap tidak berarti dalam kalangan atas."

Veen mengangguk, wajah tampannya sangat mirip dengan sang ayah. Semua fitur sama, ekspresi tajam dan dingin mereka terlihat tidak ada bedanya. "Benar, karena itu aku ingin meminta bantuan. Otoritas Papa tidak akan bisa di tolak, untuk pertama kalinya, aku meminta tolong pada Papa."

David Mahardika sedikit melembutkan tatapan matanya, berujar, "Baik, Papa akan mengurus semua ini dan memastikan pembully dari Sally mendapatkan hukuman. Setelah Sally sadar, tanyakan kepadanya siapa saja yang telah melakukan pembullyan dan lapor kepada Papa. Dalam waktu tidak ada satu minggu, semua masalah akan selesai dengan tuntas dan para pelaku akan menerima akibat."

Penuh perhitungan, tegas, dan angkuh adalah ciri dari seorang David Mahardika. Pergerakan bisnisnya menaungi jalur Enterprise, Prusahaan Multinasional yang memiliki banyak cabang usaha terpadu dalam sebuah jaringan terstruktur, Sistem Informasi.

Bisa di katakan, David Mahardika lebih fokus meluaskan bisnis di Eropa daripada di dalam negeri. Mengembangkan perusahaan informasi, dalam penyebutan lebih mudah, tempatnya berisi orang-orang yang bersekolah dalam jurusan IT. Dan sejenisnya.

"Terima kasih, Pa."

"Tidak perlu, kamu putraku. Lain kali, jangan sungkan untuk meminta bantuan lebih. Papa selalu ada untuk kamu dan Mama kamu." Kata David.

Vira menatap mantan suaminya.

"Tentu, Pa."

David pamit untuk pergi, saat ini dia harus segera kembali mengurus design baru kantor induk di luar negeri dan tengah mencari perancang furnitur terbaik untuk mengemban tugas tersebut.

Veen mengenggam tangan Vira, "Ma, Mama masih sayang sama Papa?"

"Sampai kapanpun, Mama hanya menaruh nama Papamu di dalam hati Mama. Di ikuti nama putra tersayang Mama."

Keadaan sudah tidak terlalu tegang. Akan tetapi hanya sementara. Karena lorong sepi tanpa terdengar suara tapakan kaki membawa udara ketegangan di luar ruangan operasi.

Madam Kian sedang menuju ke rumah sakit saat di beritahu oleh Veen mengenai kabar Sally, dia sangat khawatir.

***

3 hari kemudian.

Sudah 3 hari selepas operasi, Sally masih memejamkan mata di ruangan HCU. High Care Unit. Tingkat intensifnya masih berada di bawah ICU satu tingkat. Pasien dalam ruangan ini berarti sedang berada dalam penjagaan penuh terhadap kesehatannya.

Veen baru memberitahu kabar buruk Sally kepada Nanay hari ini, melalui ponsel gadis itu.

Vira dan Madam Kian pamit terlebih dahulu untuk menyiapkan syukuran bersama anak yatim, sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan telah melancarkan operasi Sally.

Veen duduk diam di sisi Sally, mengamati wajah damai tanpa niatan untuk beranjak sama sekali. Wajah indah di depannya membuat dia tidak ingin kemanapun, hanya ingin di sini, menemani Sally sampai membuka matanya kembali.

Pintu terketuk, Veen menoleh. Pemuda seusianya masuk, berjalan menuju sisi lain dari bangkar. Berdiri di sana, ikut menatap wajah damai milik Sally.

"Dia masih belum sadarkan diri," ucap pemuda tersebut, bibirnya pink pucat. Kulitnya sangat putih karena jarang terpapar di bawah sinar matahari.

"Gue udah nunggu dari semalem, sama sekali nggak ada tanda pergerakan dari Sally."

Pemuda tersebut menatap Veen, "Pelaku bully udah ketemu?"

"Belum, cctv wilayah sana cuman ada di dalam uks. Di luar ruangan nggak ada, cctv di toilet perempuan juga masih tahap perbaikan. Jadi sekarang masih berada di jalan bantu."

"Mereka harus dapat karma, berani menyakiti Sally sampai separah ini." Kilatan dingin melintas, kemudian kembali hangat saat menatap lagi wajah damai Sally.

"Veer." Veen memanggil adik kembarnya.

"Apa?" Veer menatap Veen. Wajah mereka sangat, sangat, sangat mirip. Sama sekali tidak celah untuk membedakan, suara mereka bahkan juga sama.

"Kesehatan lo belum membaik, mending balik ke rumah sakit pusat."

"Gue mau nunggu Sally disini." Keukeuh Veer, mengambil satu tangan Sally dan memegangnya. Matanya membola merasakan gerakan jemari Sally. "Dia mau bangun!" Veer sangat bersemangat.

Veen juga merasakan rasa berdebar, takut melihat reaksi pertama Sally ketika tahu bahwa mata kirinya telah catat dan buta. Sudah tidak lagi berfungsi, karena tidak di obati dalam waktu cepat. Saraf mata kiri gadis tersebut juga mengalami kerusakan, mendapat donor mata tidak akan ada artinya. Karena sarafnya juga ikut terdampak, sudah tida bisa berfungsi secara normal.

Veen memencet tombol merah dekat kepala bangkar, memanggil dokter pribadi Sally. Matanya menyusut melihat bagaimana adik kembarnya memegang tangan Sally begitu erat.

Veer adalah laki-laki yang berhak atas Sally. Melebihi apapun di dunia ini, hanya Veer bukan Veen.

Melihat suasana penuh kasih sayang, Veen pamit ijin untuk mencari udara segar. Beralasan cukup lelah diam di ruangan berbau obat semalaman.

Dia sampai di tepi pembatas, pintu ruangan Sally langsung menghadap dunia luar. Di bawah ada taman untuk anak-anak bermain. Matanya mengamati keramaian di bawah.

"Tuan Veen," suster menyapa dengan senyuman.

Veen berbalik, membalas senyum, "Sally sudah memberikan petunjuk pergerakan kecil, adik kembar saya ada di dalam untuk menemaninya."

"Baik, Dokter sebentar lagi akan datang ke sini."

Pemikirannya membawa langkah kaki ke halaman belakang rumah sakit, cukup sepi karena dekat dengan gudang dan beberapa ruang bekas.

Menghela nafas, hatinya merasa panas di lahap oleh api kenyataan yang sangat menyakitkan. Orang tua mereka bercerai saat Veen dan Veer berusia 6 tahun.

Dan mereka membawa anak yang salah, David membawa Veer sedangkan Vira membawa Veen.

Veen sangat mirip dengan David, dingin, tidak banyak bicara, jarang bersikap lembut. Dan Veer lebih mirip Vira, penuh kelembutan, berfikiran dewasa serta mampu menangani apapun dengan pikiran tenang.

Sejak kecil Veer memiliki tubuh lemah dan mudah sakit, jadi tidak bisa bersekolah umum. Hanya bisa melakukan homeschooling. Sendirian dan membosankan.

Sampai saat pergi keluar bermain, mereka memiliki keberuntungan untuk bertemu. Memanfaatkan kesamaan tanpa celah di antara keduanya, Veen dan Veer bertukar posisi. Sepakat untuk bertukar beberapa minggu.

Dan saat tiba masanya untuk kembali ke posisi masing-masing, Veer datang kepada dirinya di penuhi senyuman bahagia. Ini kali pertama Veer bisa tersenyum lepas tanpa khawatir akan tubuh lemahnya.

Veen masih ingat perkataan adiknya kala itu. "Veen, tadi Veer ketemu sama Sally. Dia sahabat kamu kan? Anaknya cantik, manis, sama lucu. Veer suka, bisa kita tukar posisi lebih lama lagi?"

Veen setuju akan permintaan adiknya. Melakukan homeschooling dan mendapatkan didikan langsung mengenai ilmu bisnis, tentu saja dari David. Hidup di dalam rumah tanpa teman membentuk karakter Veen semakin mirip dengan David.

Kembali tiba waktu bertukar posisi, Veer tidak ingin pulang ke rumah kembali ke David. IQ-nya tidak bisa menahami penjelasan rumit Papanya, berbeda dengan Veen yang berotak cerdas, mampu memahami segala perkataan Papanya.

Pada akhirnya, keduanya sepakat untuk bertukar posisi selamanya. Sesekali Veen berkunjung diam-diam ke rumahnya untuk melihat Sally, mengintip dari kaca mobil.

Veer sangat bahagia bermain bersama Sally. Diwaktu yang sama, Veen melihat Sally sudah berusia 12 tahun, tumbuh berparas cantik dan menawan. Dulu anak itu sangat pendek, suka menempel pada kakinya dan merengek meminta permen.

Sally sudah besar.

Untuk pertama kalinya, Veen merasakan getaran di dalam hati. Dia sangat suka melihat senyum Sally, jadi dia beberapa kali datang mengintip diam-diam hanya untuk melihat senyum sahabat kecilnya.

Tepat saat Veer memasuki semester kedua kelas 9, rahasia dua anak kembar terbongkar. Tubuh Veen drop parah, Vira mengetahui kebenaran jika yang bersama dirinya adalah Veer.

David juga ikut maju. Menegur kedua anaknya yang telah berani bermain-main selama ini.

Dua anak kembar perlu kembali ke identitas asli masing-masing, maka dari itu ketika Ujian Nasional, nilai Veen tinggi membuat banyak orang terkejut. Itu karena Veen asli berotak cerdas telah kembali.

Veer mengungkapkan rasa jika dia mencintai Sally dan meminta kakaknya untuk mengawasi gadis pujaan hati. Veen setuju, kasih sayangnya untuk sang adik begitu besar membuatnya tidak memiliki kekuatan untuk menolak permintaan Veer. Menenggelamkan perasaannya demi sang adik.

Pertama kali bertemu Sally kembali, hatinya melonjak. Bersikap sedingin mungkin agar tidak membuat hatinya jatuh cinta lebih dalam pada sahabatnya.

Mulutnya berucap menyukai Aruna, padahal dalam hatinya terukir nama Sally seorang. Dia ingat cerita Veer menceritakan nilai Sally kalah nilai dari Aruna, dan dia mengucapkan nama Aruna spontanitas untuk membuat Sally mundur dalam berharap pada dirinya- ralat, adiknya.

Veen mulai mengenali sosok Aruna dari Veer. Dan lihat, mereka berhubungan saat ini.

"Cinta untukmu terlalu menyakitkan untuk aku simpan." Gumamnya, mata setajam elang mirip dengan David telah melembut, menyisakan kesedihan dalam pandangan yang dalam.

ada yang nebak bakal kek gini?
Sebenarnya aku udah ngasih kode ke kalian di masa Sally mau ngasih jawaban ke Veen. Tapi Veen justru bingung apa yang telah dia ungkapkan kepada Sally tiga hari lalu.

Itu aku udah ngasih kode kalau ini bukakanlah Veen masa lalu, alias Veer. Tapi Veen asli:( pusing?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top