#9. Nama Baru Untuk Zui Yu

jangan lupa vote dan komen 💜
ramaikan part 9🐍🐍🐍
.
.
.
.
.
.

"Tidak! Aku bukan suamimu! Aku belum pernah menikahi gadis manapun! Aku tidak mengenalmu!" Sanggah Taehyung cepat, berteriak secara tidak sengaja.

Suara hujan memberikan keuntungan bagi teriakan Taehyung. Pelayan tidak bisa mendengar dengan jelas dan tetap beristirahat tanpa merasa terganggu sedikitpun. Bergelung nyaman di bawah selimut, mencari kehangatan di tengah dinginnya suhu hujan.

"Aku istrimu!" Tekan Zui ulang, jengkel. Cakar tipisnya tanpa sengaja tertancap di kain celana, membuatnya robek ketika tidak sengaja tertarik oleh kuku.

Taehyung gemetar ketakutan. Perempuan ini pasti rubah kecil pecinta esensi para pria!

Dia menyesali kenapa dia berani membawa hewan aneh dengan sembrono!

Dia ingin kembali ke waktu itu dan meninggalkan rubah ini sendirian di jembatan!

Membuang celana ke sudut dinding. Zui tersenyum simpul, mata lebarnya menyipit membentuk bulan sabit. Alisnya berbentuk lurus tipis dan ringan, mirip sungai di bawah bukit kembar yang mengalirkan air dengan lembut dan tenang. Tipis dan menyenangkan mata.

Taehyung mimisan di tempat.

Zui tidak menduga pemuda ini sangat polos dan murni. "Hidungmu-"

Bruk!

Taehyung pingsan dan jatuh terlentang di atas kasur.

Zui mengerutkan bibir kecil cerah merah muda seperti kelopak bunga sakura, "- mengeluarkan darah."

***

Belaian lembut di area hidungnya membangunkan Taehyung. Dia memiliki keinginan untuk bersin. Sebelum sebuah telapak tangan kecil menutupi mulutnya, aroma samar bunga melati berembun pagi menusuk indra penciumannya.

Kelopak matanya terbuka, mengedip sekali dan penglihatannya sudah sangat jelas. Otot tubuhnya menegangkan melihat Zui masih berada di sini, duduk di samping dirinya.

Dia berharap semua ini adalah mimpi!

"Siapa namamu?" Tanya Zui. Melepas telapak tangannya yang membungkam mulut Taehyung.

"Kim Taehyung. Kau berteriak, mengklaim aku sebagai suamimu tetapi kau tidak tahu siapa namaku. Tidak tahu malu!"

Mana Zui tahu, dia baru datang di dunia masa depan. Dia tidak berharap nama mereka berdua hampir sama. Hanya berbeda di bagian marga.

"Kim Taehyung." Beonya lirih.

"Ha?" Keterkejutan kembali menggerayangi wajah pucat Taehyung. Suara itu lembut, seringan kapas. Baru kali ini dia berusaha menenangkan diri, meneliti seksama kecantikan yang berada di satu kasur dengan dirinya. Seolah sadar, dia mundur sedikit. Menahan nafas, perempuan ini memiliki bibir mungil mengkilap cerah, sepasang alis tipis lembut memanjang melewati mata, bulu mata hitam lebat melengkung, hidung indah, dan mempunyai kulit putih kencang.

Kim Taehyung yakin, kecantikan ini cukup mampu menciptakan keributan di satu negara. Memporak-porandakan emosi pertahanan para kaum adam.

Ketika wajahnya terangkat. Iris biru di lain sisi membuat dia tertegun.

Sesuatu bersuhu hangat membalut dengan lembut telapak tangannya, saking lembutnya hingga Kim Taehyung merasakan panas di permukaan wajahnya.

"Jangan buang aku... aku tidak punya siapa-siapa di dunia ini. Aku tidak ingin sendirian, aku ingin bersamamu."

Taehyung melihat sekilas tangannya di genggam oleh lima jemari mungil yang lentik. Dia terdiam, gadis ini, kesepian?

Dia menatap Zui, mata bulatnya berkilauan seperti gemerlap bintang. Membawa cahaya kilau kecantikan yang bisa membuat hati siapapun melembut di bawah tatapan sedihnya. Taehyung membuang nafas, melengos ke samping, "Aku membiarkanmu tinggal di sini. Tapi kau harus berubah kembali ke bentuk rubah, Hyungku bisa marah jika dia melihat kau di sini. Dan satu lagi, kau belum punya nama?"

Zui pura-pura tidak tahu tentang namanya. Jadi menggeleng kepala, mengungkapkan ekspresi meminta sang tuan memberikan hewan manisnya sebuah nama yang indah.

Taehyung melepas genggaman rubah kecil dari tangannya, baru setelahnya dia bisa bernafas normal dan mulai merasa lebih baik. Ia berkata sedikit ragu, takut rubah kecil ini kecewa dengan nama yang dia berikan, "Kim Tzuyu. Kau setuju?"

"Setuju, itu nama yang indah. Aku menyukainya."

***

"Yang Mulia Raja," Jenderal Lin datang dari pintu utama menuju aula belajar pribadi Pemimpin. Membungkuk hormat sebelum berkata, "Saya ingin meminta ijin menemani adik saya selama sehari."

Ling Taehyung meletakan kuas ke tempat semula, memijat kening di antara alis tajamnya. Tarikan kuasnya masih sangat buruk, aksen yang terlihat tidak bagus, tulisannya belum ada peningkatan sama sekali. Suara Jenderal Lin mengalihkan atensinya.

"Kau boleh Jenderal, dia adalah adikmu dan kau mengenal dia sebelum aku. Jangan meminta ijin ketika ingin menemani Permaisuri, kau selalu mendapatkan ijin itu tanpa harus datang kepadaku. Itu hakmu sebagai kakak dan orang tua bagi Zui Yu selama ini."

Jenderal Lin membungkuk sekali lagi, ekspresi wajahnya serius dan penuh penghormatan. Menyembunyikan kebencian di balik iris hitam pekatnya, "Terima kasih, Yang Mulia Raja. Saya undur diri pergi ke Paviliun Zuihyung."

"Silahkan."

Aula kembali di kelilingi kesunyian. Ling Taehyung berdiri, meninggalkan meja berisi alat tulis berserta wadah tinta. Kakinya membawanya ke jendela yang menghadap langsung ke lapangan militer. Tempat yang biasa dia gunakan untuk berlatih bersama Zui Yu dahulu.

Tangan kanannya meremat tepian jendela yang terbuat dari kayu cendana kualitas terbaik, di lingkupi energi spiritual peninggalan sejak zaman Tao dan Iblis. Membuat bangunan masih sangat kokoh selama ratusan tahun ke depan.

Taehyung memejamkan kedua matanya, membiarkan tubuhnya meluruh. Terduduk tidak berdaya di atas lantai kayu, kepalanya merunduk. Menahan tangisnya, dia tahu, semua sudah terlambat. Sekarang situasi istri sahnya tidak bisa di katakan baik, tidak bisa juga di katakan buruk.

Satu butir air mata jatuh, terdampar kesepian di atas lantai.

Dia berbisik rendah, kekecewaan mendalam tersimpan pada nada suara seraknya, "Bisakah kita mengulang semuanya dari awal?"

Angin berhembus. Bulan ini waktu bagi musim gugur tiba. Satu lembar daun maple terbang dari ranting kayu kering, berputar di udara kemudian terbang masuk ke dalam aula. Terjatuh tepat di depan lutut Taehyung yang tertekuk.

Tetesan air mata sang Raja menumpahi permukaan daun maple kering. Warna merah sedikit kecoklatan pada lembaran tipis layu seakan menggambarkan kondisi hati Ling Taehyung saat ini.

Sakit, kotor, dan rapuh.

Dia merasa sakit di hatinya. Namun merasa kotor untuk kembali meminta Zui Yu berdiri di sisinya. Hal ini merapuhkan hati, jiwa, serta tubuhnya.

Semakin lama, semakin banyak daun maple menerobos masuk melalui jendela terbuka. Angin bertiup kian kencang. Ling Taehyung akhirnya mendongak. Meratapi lapangan kosong dengan tepian di isi oleh rak berisi pedang, anak panah, busur dan senjata lainnya yang berguna untuk perlengkapan perang.

Dia seolah-olah bisa melihat Zui Yu masih berdiri di sana dengan hanfu merahnya. Memegang pedang di tangan kanan, berdiri bangga menantang dirinya untuk bertarung dan yang kalah harus siap meminum 50 gelas berisi anggur pir putih.

"Kau takut, suamiku."

Ling Taehyung tersenyum senang. Mengeratkan pegangan pada gagang pedang, "Aku tidak takut. Kau duluan yang menyerang."

Zui Yu menarik sudut bibirnya ke atas, mata caramelnya menyipit menjadi lengkungan menawan. "Aku mulai!"

Udara lagi-lagi berhembus. "Jubah merahmu berkibar di bawah tiupan angin. Aku masih bisa melihat bayanganmu dengan sangat jelas. Zui Yu, bisakah kau memberikan kesempatan padaku untuk kembali menyusun kisah di kehidupan kita berdua?"

Dia tahu, bahkan sangat tahu. Percuma dia meratap. Itu semua hanya bayangan. Bukan kenyataan. Sebab kenyataan terlalu menyakitkan untuk di ingatkan.

Dua pelayan penjaga pintu masuk menatapi Raja mereka sedih. Sudah lebih dari dua minggu semenjak Permaisuri belum sadarkan diri. Raja sama sekali tidak ingin di ganggu, mengabaikan semua selirnya. Mengurung diri di dalam aula sendirian, menyibukan diri dengan urusan pemerintahan tanpa henti. Melupakan makan dan istirahat.

Mereka takut Raja jatuh sakit.





.
.
.
.
.
.

-selesai-
salam singa dan rubah imut 🦁🦊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top