#7. Membawa Pulang Ke Rumah

jangan lupa vote dan komen 🐣
ramaikan part tujuh! 🐍🐍🐍
.
.
.
.
.
.

Zui Yu di sembunyikan Kim Taehyung di dalam sweaternya.

Rubah mungil yang hampir bisa di sebut anak kucing tersebut mengeluarkan cakar kecil, menarik-menarik kain asing yang baru pertama kali di lihatnya.

Beruntung pakaian Taehyung tebal, pengawal tidak akan menaruh curiga terhadap dirinya.

Selama tiga hari terakhir Kim Seok Jin bepergian menangani bisnis keluarga. Malam ini harusnya waktu bagi sang kakak kembali ke rumah.

Dia menekan tubuh kecil rentan dalam bajunya menggunakan telapak tangan lebarnya. Ia merasa geli, menahan rasa ingin tertawa sekuat tenaga, Taehyung terbatuk dua kali sebagai cara penstabilan kondisi tubuh.

Wajah tampannya yang biasa seputih dan sepucat kertas, di hiasi warna merah terang. Ini sangat mencolok, mengundang kekhawatiran dua pengawal di jok depan.

"Tuan, anda perlu minum obat?" Salah satu pengawal menawarkan dengan baik hati.

Kim Taehyung menolak lembut. Menekan makhluk kecil yang berjalan menurun hampir memasuki- atau lebih tepatnya, hampir menempatkan cakar kecilnya di bagian aset utamanya sebagai seorang pria.

Jangan bilang rubah yang dia bawa merupakan siluman rubah pengincar lelaki?

Kenapa rubah kecil ini berjalan menuju aset utamanya?

Tulang punggungnya menggigil, sekuat tenaga menekan tubuh kecil di dalam pakaiannya. Mencegah sang rubah untuk bertindak lebih jauh.

Taehyung belum pernah mengijinkan siapapun menyentuh area itu kecuali dia sendiri tentunya. Dan saat merasakan sesuatu kecil sedikit tajam mendekat, sudah pasti dia was-was.

Ia bukan pria bodoh. Cakar rubah ini tajam, jika menancap di bagian pusaka utamanya. Dia bisa berubah menjadi pria impoten, tinggal pergi ke dunia masa lalu kemudian mendaftarkan diri menjadi kasim!

Zui Yu di dalam pakaian menggeliat gelisah. Hawanya sangat panas mengingat suhu tubuh rubah selalu berada di tingkat hangat meski memasuki musim dingin. Sekarang dia ditahan di dalam kain, pastinya dia merasa kepanasan. Lantas berjalan merambat turun, hingga telapak tangan besar menekan tubuhnya dari lapis pakaian luar.

Terpaksa tubuh kecil lemahnya berdiam di atas perut Kim Taehyung. Banyak hal di dunia masa depan yang terasa asing bagi mata Zui Yu.

Perjalanan cukup jauh, dia memejamkan matanya. Menikmati aroma buah-buahan manis menyenangkan yang bisa membuat dia tenang.

Aroma ini, berbeda dari aroma Ling Taehyung yang terkesan berbau sangat maskulin. Yang dari masa lalu membawa ketenangan dan rasa dominansi, yang dari masa depan membawa kenyamanan dan rasa manis tersendiri.

Kim Taehyung berdiri di tepi jembatan bukan karena ingin bunuh diri. Sebelumnya dia hanya iseng ingin melihat aliran air sungai di bawah, jadi menaiki pagar seakan ingin bunuh diri.

Meski terbesit pemikiran itu, dia langsung teringat Kim Seok Jin. Pria tua ini belum memiliki pasangan dan dia khawatir jika dia pergi lebih awal, kakaknya benar-benar menjadi lajang menyedihkan.

Siapa sangka, rubah asing cantik datang, melompat, menekan, dan mendorong dia menjauh dari pinggiran pembatasan jembatan.

Sekitar tiga puluh menitan dan mereka sampai di halaman rumah mewah bertingkat tiga. Keindahan ini tidak berarti apa-apa bagi Taehyung.

Dia berjalan dahulu, melewati dua pengawal yang menurunkan punggung memberi ia penghormatan.

Pelayan di dalam rumah melakukan hal sama. Membungkukan badan hormat. Menawarkan susu hangat satu gelas serta roti bakar hangat selai anggur sesuai kesukaan Tuan Muda mereka.

Kim Taehyung menerima piring berisi roti bakar senang hati. Gerakan kecil datang dari dalam kaos, ah, apa rubah kecil manis ini kelaparan?

Apakah rubah makan roti bakar?

Sesampainya di dalam kamar, Kim Taehyung mengeluarkan bayi rubah dari dalam pakaiannya. Menaruh Zui Yu di atas ranjang. Tatapannya tidak sengaja terfokus pada lukisan rubah buatannya sendiri, ini bukan hasil dari kebangkitan makhluk mati menjadi makhluk hidup, kan?

Serius, dia menjadi takut.

Mata jernih biru bercahayanya membawa daya tarik tersendiri, seakan itu bisa membawa jiwa Kim Taehyung masuk ke dasar lautan yang paling dalam. Tergenang kemudian tenggelam tanpa bisa berbuat apa-apa.

Zui berjalan mendekat, tubuh kecil ini merepotkan. Dia kurang mampu mengatur keseimbangan tubuh, membuat dia terguling ke samping. Dia tidak suka ini, telinga kecilnya mencuat naik. Ekornya yang semula berjumlah sembilan sekarang sisa satu ekor saja.

Pemandangan ini begitu menggemaskan dan juga manis. Taehyung duduk di bibir ranjang, rambut pemuda itu sekarang terlihat sedikit kecoklatan begitu tertumpahi sinar lembut benda bulat bersinar yang Zui tidak tahu apa itu namanya.

"Lapar?"

Zui mengangguk. Bahasa pemuda yang mirip dengan suaminya adalah bahasa masyarakat wilayah selatan, meski memiliki beberapa perbedaan dengan bahasa penduduk di era Dinasti Joseon. Namun dia bisa memaklumi, mungkin karena sejarah berubah dan mulai berkembang. Maka bahasa mengalami sedikit modifikasi.

Dia akan berusaha belajar bahasa yang sedikit berubah itu perlahan-lahan, mengintai ekspresi wajah Kim Taehyung ketika dia kurang mengerti suatu kosakata rumit.

"Ini ada roti bakar, tapi aku tidak tahu apa kau suka ini? Aku belum mengetahui apakah makanan favorit para rubah. Meskipun sering membaca buku sejarah mengenai rubah, tapi di buku di gambarkan mereka memakan makanan seperti makanan manusia, hanya saja makanan mereka mengandung energi spiritual. Dan jenis rubah juga di bedakan menjadi dua menurut sejarah china, ada Qing Qiu dan Tu Shan. Melihat bulu tubuhmu berwarna orange, kamu pasti masuk golongan Qing Qiu. Tetapi matamu berwarna biru, iris biru merupakan ciri khas rubah Tu Shan selain bulu mereka seputih salju."

Zui tidak tahu mengenai Rubah Qing Qiu atau Tu Shan atau apalah itu. Dia menjulurkan lidah kecilnya, menjilat tepian kering dari roti bakar. Rasanya aneh, tidak buruk jua.

Sembari mendengarkan cerita lembut dari pemuda yang mengusap ringan bulu lebatnya. Zui menggigit roti sedikit demi sedikit, hingga habis tak menyisakan remah-remah sedikitpun.

"Ik... "

Taehyung menurunkan tatapannya dan langsung bertubrukan dengan iris biru laut indah rubah kecil di dekat kakinya. Lalu dia beralih menatap piring kosong bersih seperti baru saja selesai di cuci. "Kamu suka roti bakar?"

Jadi ini roti bakar? Zui mengangguk, sekarang dia mulai haus. Memikirkan isyarat apa yang tepat supaya Taehyung tahu dia sedang kehausan.

Belum menerima isyarat pun Taehyung sudah bisa menebak. Hewan juga mirip dengan manusia, seusai makan, keduanya membutuhkan air untuk melarutkan dan membersihkan sisa makanan yang masih tersangkut di sekitar tenggorokan.

"Ini, minum," ucapnya penuh kasih sayang.

Zui berusaha merangkak. Memaksimalkan kekuatan cakar kecilnya di kain celana Taehyung. Berusaha naik dan akhirnya berhasil duduk sempurna di pangkuan. Mendekatkan kepala kecil seukuran satu biji apel merah ke bibir gelas berisi susu putih kental.

Rasanya sangat manis. Mengingat mulutnya kecil sekali, dia juga menekan keinginan meneguk semua air dalam beberapa tegukan saja.

Rintik hujan terdengar dari luar. Taehyung mengalihkan perhatian dari rubah di pangkuannya, menatap tetesan air hujan samar membahasi ranah bumi. Pintu kaca balkon belum sempat dia tutup sebelum pergi.

"Rubah kecil, berhenti minum. Perutmu bisa sakit jika minum terlalu banyak, di luar hujan. Istirahatlah di ranjang, aku akan menutup pintu balkon lebih dulu."

Zui merasa kehilangan, hatinya tenggelam harus membiarkan minuman manis lezat itu mulai menjauh dari bibir kecilnya. Dua taring kecilnya terlihat mencuat lucu.

Benar, di luar hujan. Zui mengedarkan pandangan, dunia masa depan sangat aneh. Banyak sekali benda-benda ajaib di sini, terutama tempat tidur yang sekarang sedang dia singgahi. Ini sangat empuk dan lebar, elastis dan lentur. Ia iseng melompat, tubuh kecilnya langsung memantul tinggi karena sifat elastis kasur.

Sekali tertimpa tekanan, maka kasur akan memberikan tekanan balik berupa dorongan. Tubuh kecilnya terbang, "Aku tidak ingin mati! Aku tidak ingin mati! Tolong aku! Tolong!"

Suara ringikan khas rubah dari Zui teredam oleh derasnya suara hujan di luar. Beruntung pendengaran Kim Taehyung cukup sensitif, dia bergegas kembali menuju ranjang. Menangkap tubuh rubah kecil yang hampir terlempar dan menghantam lantai keras.

Taehyung mendekap Zui erat. Memegang tubuhnya dengan mudah, lalu beralih mengangkat bayi kecil ini tinggi-tinggi. Mata elangnya memicing, "Kau ceroboh. Bagaimana jika sampai kau terlempar ke atas lantai? Tengkorak kecilmu bisa remuk. Siapa yang akan menjadi temanku? Setelah ini, di larang bertindak sembrono tanpa seijinku. Jika kau tidak ingin menurut, besok aku akan memasukkan dirimu ke kandang harimau di kebun binatang."

Kim Taehyung memarahi setengah tidak tega. Jika dia tidak tegas, rubah ini bisa membunuh diri sendiri karena kecerobohan.

Zui mengangkat ekor lembutnya yang gemuk. Melingkarkannya di pergelangan tangan Taehyung, mengangkat empat kaki kecilnya bersamaan. Membulatnya iris biru indahnya, dia sedang merayu sekaligus membujuk Taehyung agar tenang.

Itu berhasil. Perlahan kelembutan kembali menguasai raut wajah menawannya. Taehyung membaringkan lembut Zui di tengah-tengah ranjang, dia membantu dirinya sendiri. Ikut bergabung, menaikkan selimut untuk menutupi tubuh keduanya.





.
.
.
.
.
.

-selesai-
salam singa dan rubah imut 🦁🦊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top