#3. Kondisi Vegetatif
Jangan lupa vote dan komen! 💜
Ramaikan Part 3~~~🐍
.
.
.
.
.
.
∆
Tangan dingin yang berada di sisi wajahnya jatuh ke bawah. Iris caramel terang di penuhi semangat— yang semula terbuka kini mulai meredup. Kehilangan cahaya silaunya.
Taehyung menangkap tubuh lemas istrinya. Jakunnya bergerak-gerak, dia ingin bergerak, tapi takut bahwa saat ini di pelukannya hanyalah tubuh raga tanpa jiwa.
Ingin memanggil, tapi takut jika dia tidak akan mendapatkan tanggapan, dan malah mendapatkan kesunyian.
Dia ingin menutup matanya, berharap semua ini hanyalah mimpi. Dan esok dini hari, dia bisa kembali berlatih pedang bersama istrinya di barak militer.
Saling bertukar pukulan. Berlatih bersama. Menghabiskan waktu di hutan. Memburu binatang buas. Menukar ilmu tentang penempaan senjata tajam. Berdiskusi mengenai masalah negara.
Dia takut kehilangan itu semua.
Telinganya berdengung, tuli dari semua suara yang berada di sekitarnya. Taehyung terfokus pada punggung berdarah Zui Yu yang mengerikan untuk di pandang mata.
Perempuan ini, selalu menjadi sahabat terbaik dalam hidupnya. Berani mengorbankan nyawa demi dirinya.
"Namaku Chou Zui Yu, kakak laki-laki sering memanggil aku Xiao Yu. Siapa namamu?"
"Ling Taehyung."
Memori berputar kembali.
"Zui, aku ingin belajar menulis dan membaca."
"Besok kita bertemu di sini lagi, kau mau? Aku bisa membawakan kertas, kuas, dan tinta milik kakak laki-lakiku. Kami diam-diam belajar menulis dan membaca, jadi aku bisa mengajarimu."
Kenangan selanjutnya menghantam kepalanya.
"Zui Yu, aku ingin memiliki Kerajaan sendiri. Aku ingin memberikan kebebasan untuk teman-teman budakku."
"Kenapa kita bisa sama? Aku juga ingin bisa memberikan kebebasan untuk semua temanku. Meskipun aku perempuan, aku ingin sejarah mengenal diriku sebagai Jenderal Wanita pertama dalam sejarah. Itu terdengar sangat hebat!"
"Kau berhasil menjadi Jenderal Wanita terhebat yang akan di kenal selama sejarah," bisik Ling Taehyung. Ia melepas kain merah di kepalanya, mengulurkan tangan ke bawah.
Mengusap dan menyeka. Membersihkan darah dari wajah cantik istrinya yang selalunya memancarkan semangat prajurit muda, kulit pipinya akan memerah di saat kelelahan berlatih, dan bersemu lembut ketika canggung di depan dirinya.
"Ling Taehyung. Bisakah kau berjanji mencintaiku?"
"Maaf Zui Yu. Aku bisa menikahimu, namun aku tidak bisa memberikan cinta sesuai yang kau harapkan. Hatiku sudah lebih dulu mencintai Song Qiutong, dia akan aku angkat menjadi selir, seminggu dari sekarang. Dia pun sedang mengandung anak kami."
"Baiklah. Aku tidak bisa memaksa. Selamat malam. Kau bisa pergi ke kamarmu."
Semakin dia berusaha menyeka darah di wajah Zui, maka semakin berantakan warna merah pekat menutupi kulit putih wajah sang istri. "Kau harus tetap hidup. Kau harus tetap hidup. Aku berjanji akan mencintaimu, asalkan jangan pernah tinggalkan aku. Negara ini masih memerlukan Permaisuri seperti dirimu. Aku masih membutuhkanmu, aku tidak ingin di tinggal pergi olehmu. Kau harus tetap di sisiku, kau harus tetap bersamaku meski di neraka bawah sekalipun. Kau tidak bisa meninggalkan aku sendirian. KAU TIDAK BISA LING ZUI YU!"
Tabib berlari di lindungi Wakil Jenderal Lin. "Berikan jalan, berikan jalan. Permisi tuan-tuan, orang tua ingin lewat. Jangan menjadi anak durhaka dengan menghalangi jalan orang tua."
"Tabib, berhenti omong kosong!" Ketus Wakil Jenderal Lin.
Tabib mengibaskan tangan, "Aiyo, tenang Wakil, tenang," janggut putihnya bergoyang seirama dengan langkah kaki. Akhirnya dia tiba di lingkaran yang di lindungi pertahanan ketat para prajurit.
Matanya membelalak di persembahan pemandangan mengerikan Zui Yu. "Yang Mulia Permaisuri! Ya Tuhan! Tabib tua ini akan segera membantu!"
"Dia—" Taehyung terpaksa berhenti.
Tabib merampas tubuh lunglai Zui, kemudian meletakkannya di atas tanah dengan posisi tengkurap. Dia membuka tas, mengeluarkan benda-benda medis.
Memeriksa denyut nadi dan nafas Zui. Tabib berkata, "Permaisuri masih hidup. Denyut nadinya sangat lemah, harus segera di bawa pergi ke tempat sepi! Bawa pergi ke tempat sepi! Cepat cepat! Atau nyawa Permaisuri bisa melayang! Yang Mulia Raja, bantu aku mencabut anak panah ini pelan-pelan, langsung oleskan salep ini ke luka Permaisuri supaya bisa membekukan pendarahan luka luar."
***
Pasukan musuh berhasil di pukul mundur. Sementara waktu, pasukan Linchou menduduki posisi pemenang. Prajurit yang terluka terbilang sangat banyak, dan yang meninggal segera di bawa pulang untuk di makamkan dengan layak.
Taehyung berjalan mondar mandir, menatap khawatir kain penutup yang menyembunyikan tabib, tiga pelayan perempuan, dan istrinya.
Xuan datang dari arah barat, setengah wajahnya di perban demi menghentikan pendarahan akibat sayatan pedang di bagian alis. Di bantu dua prajurit biasa, Xuan bisa berjalan dengan lancar sampai di dekat Ling Taehyung.
Mata Phoenixnya terisi kekhawatiran mendalam, "Kalian berdua bisa pergi. Bantu tenaga medis merawat luka teman-teman yang terluka."
"Baik, Jenderal."
"Baik, Jenderal Lin."
Dua prajurit kecil mengundurkan diri. Tersisa Xuan dan Taehyung yang berada di suasana canggung dan sunyi. Pikiran mereka sama-sama kalut, ketakutan setengah mati atas keadaan perempuan berharga bagi mereka.
Satu pelayan kecil yang membantu tabib berdiri, bagian leher hingga kepala menyembul dari balik tirai. Wajahnya sumringah di penuhi suka cita, "Permaisuri di selamatkan! Beliau sudah melewati masa-masa sulit!" Suara kecilnya berusaha berteriak keras. Ingin memberitahu dunia mengenai kabar baik ini.
Ling Taehyung menghempas nafas lega keluar dari celah bibir. Memegangi liontin hijau di lehernya. Benda ini adalah liontin giok yang di buat dan di ukir oleh Zui langsung, dia menerima kalung ini tepat di hari ulang tahun ke-28 tahun.
Tiga jam berlalu lancar. Semua orang di kamp bersama-sama mengucap rasa syukur karena Permaisuri bisa di selamatkan.
"Yang Mulia Raja, silahkan masuk ke dalam." Tabib berucap sopan, membuka tirai kain tenda yang berguna menjadi penutup. Taehyung bisa melihat tubuh tak berdaya istrinya terbaring di atas ranjang bambu.
Xuan mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya. Ia menyesal, kenapa dia harus menerima permintaan adiknya dulu untuk membantu Ling Taehyung? Lihatlah sekarang, adiknya harus menerima banyak penderitaan.
Setidaknya, di masa lalu, ketika mereka berdua masih menjadi seorang budak. Xuan dan Zui Yu selalu hidup bahagia bersama, tidak kekurangan apapun sama sekali. Menjalani hari-hari dengan tenang bersama teman-teman satu kasta.
Dia terpaksa mundur. Pergi meninggalkan tenda tempat adiknya berbaring lemah. Ling Taehyung sekarang memegang jabatan Raja, dan dia hanyalah Jenderal. Kekuasaan yang ada di tangannya saat ini belum mampu membantu dia untuk sesuka hati berdua dengan Zui.
Di dalam tenda, Ling Taehyung mendekati ranjang bambu. Dia duduk di tepian, mengusap lembut kulit pipi Zui yang terasa sangat dingin. Seakan dia baru saja menyentuh permukaan balok es.
"Bagaimana kau bisa ada di sini?" Zui Yu berjongkok di depan anak laki-laki yang meringkuk di bawah pohon. Tapi di saat matanya menangkap simbol simpai budak mengalung pada leher anak lelaki itu, Zui tersadar, "Ternyata kau dari wilayah Selatan! Ah, beruntung aku pernah belajar bahasa selatan dari Ibu. Kalau begitu, bagai—"
"Aku mengerti bahasa wilayah timur. Ayahku berasal dari timur. Aku di sini karena lari dari hukuman Tuanku, dia akan memukuli aku sampai mati jika aku tidak segera pergi dari sana."
Mengerti ketakutan sesama budak, Zui mengambil sesuatu dari keranjang sayurnya, "Kakak laki-laki memberikan roti ini sebagai bekal. Tapi sepertinya kau lebih butuh, makanlah. Aku selalu tenang setelah makan!"
Ling Taehyung berbinar, menatap satu lembar roti yang di sodorkan padanya. Dia meraih roti tersebut, membaginya menjadi dua, "Untukku setengah, untukmu setengah."
Zui mengangguk, "Em! Aku setengah, sekarang kita makan bersama."
"Terima kasih... uh."
"Namaku Chou Zui Yu, kakak laki-laki sering memanggil aku Xiao Yu. Siapa namamu?"
"Ling Taehyung."
Beralih menggenggam telapak tangan mungil di atas selimut, Taehyung memberikan ciuman di atas punggung tangan Zui, "Karena kau, aku tidak kelaparan di hutan. Dan karena kau, aku mengetahui huruf, bisa membaca, aku minta maaf jika pernah membuatmu terluka... "
Penutup kain tenda di buka dari luar. Tabib berjalan masuk ke dalam. Menaruh mangkuk kecil yang terbuat dari tanah liat ke tepi ranjang, tepat di sisi kepala Zui Yu, "Yang Mulia, yang tua ini ingin mengatakan sesuatu."
"Katakan, tabib."
"Permaisuri kini berada pada kondisi antara hidup dan mati. Detak nadi dan jantungnya memang masih terasa, namun, kesempatan untuk membuka mata... hanya Dewa yang bisa membantu. Permaisuri mengalami kondisi vegetatif. Penyakit ini memang tidak menimbulkan bahaya bagi orang yang terkena. Tetapi.... orang yang terkena penyakit ini, tidak akan tahu apakah dirinya masih hidup atau mati. Seolah jiwanya berada di ambang batas antara kematian dan kehidupan."
Usai berkata panjang lebar. Tabib tua kembali berkata sebelum Taehyung bisa menyela, "Penyakit ini menyerang bagian otak manusia, melumpuhkan sel-sel saraf yang seharusnya bekerja. Hamba takut, racun di ujung anak panah musuh adalah racun dari bunga kutukan serigala. Bunga ini sangat mematikan, biasa tumbuh di hutan liar pedalaman. Efek bunga ini sebenarnya adalah kematian, kasus Permaisuri termasuk keberuntungan surga."
∆
.
.
.
.
.
.
-Selesai-
Salam Singa dan Rubah Imut 🦁🦊
Kesan Partai 3? 🤔
sedikit bonus versi animasi persahabatan antara Zui Yu dan Taehyung ketika masih sama-sama menjadi budak yang memiliki niat memberontak dua dinasti~~~
|| Ling Taehyung ||
|| Chou Zui Yu ||
next, nanti ada ver chibi nya~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top