#2. Zui Yu Sekarat
Jangan lupa vote dan komen 💜
Ramaikan chap kedua😘
.
.
.
.
.
.
∆
"Yang Mulia Raja! Permaisuri datang kemari!"
"Apa?!" Ling Taehyung memutar kendali kuda. Membuat binatang berkaki empat itu pergi meninggalkan medan utama tanah perang. Berkeliling di sekitar seraya mengayunkan pedang; menebas, menusuk, dan menyayat pasukan lawan.
Jenderal Wilayah Selatan mendekati Ling Taehyung, kuda hitamnya berhenti di sisi kuda putih, "Yang Mulia Raja, Permaisuri terlihat berperang bersama Jenderal Wilayah Timur. Beliau sama sekali tidak membawa kuda, berdiri di tengah kepungan para musuh. Hamba takut Permaisuri terluka."
Wajah Ling Taehyung berubah pucat pasi. Seolah semua darah di tubuhnya baru saja di sedot habis tanpa menyisakan satu tetespun. Tangannya yang memegang tali kendali semakin mengerat, "Segera menuju lokasi Permaisuri!"
"Baik!"
Di tempat tanah perang sisi bagian lain, Jenderal Wilayah Timur berperang di bantu Permaisuri. Ekor matanya tidak bisa tenang, bergerak gelisah melirik Zui Yu setiap lima detik sekali. Takut terjadi sesuatu padanya.
Lin Xuan menusuk prajurit yang mencoba menyerang punggung Zui Yu.
"Jenderal Lin, terima kasih," ucap Zui Yu, wajahnya yang putih dan cantik terkotori debu. Sudut keningnya mengeluarkan darah karena tergores ujung pedang milik lawan.
Xuan memeluk Zui dari belakang, bergerak mundur ketika seorang prajurit pembawa tongkat bendera mencoba menusuk Zui dengan ujung runcing tiang, "Awas!"
Keduanya terengah-engah bersama. Zui mendongak, terpaku menatap mata kiri Xuan di banjiri darah, "Jenderal Lin, mata kirimu!"
Xuan tersenyum, "Bukan apa-apa, Permaisuri. Ini luka dari sayatan di alisku."
"Syukurlah."
"Tolong segera pergi menjauh Yang Mulia, di sini bukan tempat yang aman. Raja akan cemas."
Zui tersenyum tipis, sorot matanya nanar, "Aku rasa dia tidak akan mencemaskan diriku."
Xuan menoleh beberapa saat, lalu kembali menatap ke depan. Menendang lima prajurit sekaligus. Berlari mendekati Zui, "Apa yang baru saja kau katakan? Mana mungkin itu bisa terjadi? Dia suamimu."
"Ya, dia suamiku. Tapi juga suami dari Song Qiutong, Kim Yeri, Bae Irene, Lee Jieun. Dia tidak mencintai aku, jabatan yang aku pegang saat ini dia berikan karena ingin membalas budi atas semua kerja kerasku. Dia menolak mencintai aku."
Xuan termangu. Menarik tubuh kurus Zui masuk ke pelukannya, menghalau semua serangan yang menuding ke mereka berdua. Ia berbisik lembut, "Maaf, aku gagal menjagamu sesuai janjiku atas nama Paman dan Bibi."
"Ge..."
Panggilan itu membekukan aliran darah di tubuh Xuan. Bahkan satu lengannya tergores sayatan pedang karena kehilangan fokus, "Apa yang kau katakan?"
Zui menengadah, iris caramelnya yang jernih tergenangi air mata. Ini masa kedua kali Xuan melihat perempuan yang selalu dia jaga sejak kecil, meneteskan air matanya lagi setelah 20 tahun lamanya, perempuan tersebut menutup mata, lalu membuka kembali, "Ge, aku tidak bahagia. Aku tidak bisa menanggung semua emosi di hatiku lagi."
Pelukan Xuan semakin erat, urat-urat di lehernya menonjol. Berwarna hijau keungu-unguan. Bibirnya mengeluarkan lolongan serigala buas, membasmi semua musuh di bawah tebasan pedang tipisnya yang mengerikan.
Suara teriakan prajurit kesakitan menjadi tradisi sebuah melodi yang harus di dengar di setiap tanah perang. Bumi menangis menerima aliran air berwarna merah, awan memucat berubah menjadi awan mendung. Matahari bersembunyi di balik awan, tidak bisa melihat manusia mati seperti tumpukan dedaunan maple di awal musim gugur.
Zui dan Xuan kembali fokus pada perang. Melawan bersama, saling melindungi satu sama lain. Kerja sama dua adik dan kakak berubah menjadi gabungan kekuatan luar biasa yang mampu menumbangkan puluhan prajurit musuh dalam hitungan detik.
Dua binatang buas medan perang mengeluarkan taring. Mendesis tajam, mengigit semua manusia yang telah berani menggangu wilayah mereka.
Ling Taehyung berhasil sampai di tempat Zui, dia menangkap sosok Xuan yang siap sedia melindungi istrinya. Dia sudah curiga masalah ini dari awal, mungkinkah Xuan mencintai Zui yang merupakan adik angkatnya?
Jenderal Han menuruni kuda, melindungi Ling Taehyung dari segala serangan. Mereka berdua membasmi prajurit musuh yang berani menghalangi jalan.
"Ling Zui Yu!"
Teriakan seruan Ling Taehyung mengalihkan perhatian Zui Yu. Ia menoleh ke asal sumber suara, membulatkan mata ketika menangkap satu sosok samar di atas pohon, dari arah utara, bersiap melepaskan lima anak panah sekaligus. Di sisi pohon lain pun ternyata ada tambahan pasukan lagi, menodongkan anak panah.
Semua orang sibuk dengan prajurit di permukaan tanah, tidak sempat memperhatikan keanehan di pepohonan lebat.
Zui Yu melepaskan genggaman pedangnya, "Ling Taehyung! Awas!" Suara dentingan besi menghantam tanah menjadi tanda awal kaki rampingnya berlari menembus genangan mayat.
Jendral Han terkejut mendengar teriakan khawatir Permaisuri. Dia yang sedang melawan wakil Jendral Dinasti Joseon, tidak bisa mengurangi perhatian sedikitpun. Musuh mempunyai kekuatan besar, lengah sedikit, nyawa adalah taruhan.
Splash!
"TIDAK! XIAO YU!" Xuan meraung marah menatap semua kejadian awal panas melesat, menembus angin, dan kemudian mendarat di daging adik kecilnya yang selalu dia cintai selama ini.
"MATI KALIAN SEMUA!" Sifat binatang buas Xuan mencuat sepenuhnya.
Kakinya berlari mendekati Zui Yu yang tergolek dalam pangkuan Ling Taehyung. Tangannya mendorong bahu suami adiknya, "Lepaskan Xiao Yu!"
Wakil Jenderal Lin memimpin pasukan untuk berbaris melingkar, melindungi tiga orang penting di dalamnya.
Zui memiliki kebiasaan menelan kembali lonjakan darah dari tubuhnya. Namun kali ini, dia membiarkan lonjakan darah melewati tenggorokannya, terus menerus naik dan akhirnya berakhir di muntahkan.
"Xiao Yu, Xiao Yu, kau akan baik-baik saja." Suara Xuan tidak stabil, serak, tercekat, parau. Wajahnya acak-acakan di aliri air mata. Ada sekitar sepuluh lebih anak panah menancap di punggung sang adik.
"Ge... maaf, aku... memuntahkan darah di bajumu..."
"Bodoh! Aku tidak perduli tentang hal itu! Kau harus bertahan, aku akan membawamu kembali secepatnya ke tempat yang lebih aman. Wakil Jenderal! Bawakan tabib kemari!"
"Baik. Laksanakan!"
Di permukaan tanah lain, Ling Taehyung duduk dengan lutut tertekuk. Kedua telapak tangannya bersimbah darah istrinya. Bibirnya bergetar. Mengangkat kepala ragu, iris hitamnya bertubrukan langsung dengan iris caramel di seberang.
Tatapan mata itu, masih sama seperti puluhan tahun yang lalu. Jernih, murni, penuh semangat dan ambisi, lembut di salah satu sisi.
"Ling... Ling Taehyung, a-aku..."
"Berhenti berkata, diam!" Bentak Taehyung. Dia merangkak mendekati istrinya, mengambil alih tubuh lemah yang berada di ambang kematian.
Xuan berdiri, berteriak kesetanan, "DIMANA TABIB?! DIMANA TABIB?! APA TELINGA KALIAN MATI?! DIMANA TABIB ITU TOLOL!"
Jenderal Han menjawab sembari konsisten menyerang wakil Jenderal musuh, "SABAR JENDERAL LIN! TENANGKAN DIRIMU! BANTU KAMI MEMUKUL MUNDUR MUSUH! PERMAISURI AKAN BAIK-BAIK SAJA! DIA WANITA KUAT!"
"Ge... aku baik-baik saja. Pergilah... jangan sampai kemenangan yang telah susah kita gapai, uhuk, kembali di rampas."
Xuan meragu. Begitu menatap manik mata adiknya, jiwa keji dalam hatinya seakan di patik oleh sebatang korek api menyala. Membakar tubuhnya dengan darah panas haus pembantaian. "BUKA JALUR BENTENG PERTAHANAN! BIARKAN AKU LEWAT!"
Prajurit pertahanan tiga lapis membuka salah satu celah. Xuan berlari ke luar, membunuh prajurit seperti seorang iblis.
"Kau... kau berhenti berbicara atau darah akan semakin keluar."
Suara Taehyung mengalun dari atas kepalanya. Posisi saat ini, Zui di peluk dengan wajah menghadap dada kokoh suaminya. Bagian punggung belakangnya masih di tancapi banyak panah beracun.
Dengan susah payah, Zui mendorong bahu Taehyung, menopang diri dan duduk di atas tanah. Punggungnya terasa nyeri, kulit dagingnya mati rasa, kepalanya berkunang-kunang merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia mengangkat wajah, tersenyum lembut, "Pergilah, bunuh musuh-musuh kita. Bawa kemenangan untuk semua saudara kita."
"Tidak!" Taehyung menggeleng tegas. Memegangi kedua bahu Zui lembut, takut seandainya dia memegang terlalu keras. Perempuan di depannya bisa hancur menjadi serpihan remuk yang sudah tidak bisa di susun lagi. "Aku tidak akan pergi. Aku akan di sini menjagamu. Bertahanlah, tabib pasti datang. Kau akan selamat."
"Mati atau hidup. Sekarang aku tidak terlalu perduli—uhuk," Zui merunduk, memuntahkan darah dua teguk sekaligus, "A-aku hanya peduli tentang keselamatanmu dan semua orang-orang kita. Kebahagiaan seluruh rakyat kita. Jika aku mati di sini, biarkan tubuhku di kubur di tempat dimana orang tuaku di makamkan."
"Kau tidak akan mati! Kau tidak akan mati!"
Memegang sisi wajah Taehyung, Zui mampu mendapatkan saluran energi hangat dari tubuh pria tersebut. Bibirnya tersenyum lagi, senyum menyakitkan yang justru menikam jantung Taehyung dengan ribuan panah kesakitan.
"Zui Yu, Zui Yu, aku mohon. Bertahanlah! Siapa yang akan menjadi temanku? Siapa yang akan menemani aku berlatih pedang? Siapa yang akan mengajari aku cara menulis yang lebih baik lagi?!"
"Masih ada... Song-Qiutong. Sebentar lagi, kalian akan menjadi orang tua. Terima kasih, telah menikahiku. A-aku—" kalimatnya tertahan di tenggorokan. Zui memejamkan mata dan membukanya lagi, "—mencintaimu."
∆
.
.
.
.
.
.
Selesai chap 2📍❤
Kata-kata untuk Part ni? 🐣
Salam singa dan rubah imut🦁🦊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top