#14. Kesehatan Membaik

jangan lupa vote dan komen💜💜💜
ramaikan part 14🐍🐍🐍
.
.
.
.
.
.

Di dunia masa depan, hari demi hari berlalu dengan sangat cepat. Perputaran waktu yang lebih cepat daripada dunia masa lalu membuat hubungan Kim Taehyung bersama rubah kecilnya semakin dekat.

Hari ini adalah hari minggu. Kim Seok Jin akhirnya bisa bersantai di rumah, mengalah dengan mementingkan membangun hubungan keluarga daripada berkutat dengan banyak berkas di meja kerja di ruangan kamarnya. Namun dia belum menemukan adiknya dimana-mana.

"Madam," Kim Seok Jin memanggil dari anak tangga.

Madam Xiu mengepak kain bajunya, membungkuk hormat kemudian menjawab sopan, "Ya, Tuan."

"Dimana adikku? Di kamarnya tidak ada orang sama sekali."

"Tuan Bungsu pergi keluar untuk jalan-jalan bersama dengan rubah kecil pagi-pagi sekali. Kami tidak bisa melarangnya karena Tuan Bungsu bersikeras ingin keluar."

"Anak bodoh itu, salju sebentar lagi turun. Dan dia malah pergi keluar, tidakkah anak itu berpikir kesehatan tubuhnya bisa memburuk?"

Mengetahui bahwa Kim Seok Jin mungkin akan marah kepada Tuan Bungsu, Madam Xiu melangkah maju, "Tuan, sebenarnya akhir-akhir ini kesehatan Tuan Bungsu semakin membaik. Dokter sudah sempat datang kemari untuk memeriksa, sungguh keajaiban karena kesehatan Tuan Bungsu bisa pulih secepat itu. Obat-obatan pun mulai di kurangi dosisnya, mulai sekarang, mohon jangan terlalu khawatir dengan kesehatan Tuan Bungsu."

Seok Jin terkejut, belum ada yang memberikan informasi seperti itu pada dirinya. "Mulai kapan?"

"Satu minggu yang lalu. Tuan sering pergi bekerja dan terkadang jarang pulang ke rumah. Tuan Bungsu juga berpesan untuk tidak memberitahu Tuan karena beliau ingin memberitahu anda secara langsung."

Membuang satu helaan nafas dari celah bibirnya, Seok Jin berbalik menaiki anak tangga, di langkah kedua dia berhenti dan memberikan pesan, "Ketika anak itu pulang, suruh masuk ke dalam kamarku."

"Madam mematuhi, Tuanku."

Para pelayan di belakang Madam Xiu bernafas santai setelah Kim Seok Jin pergi. Meskipun Tuan Utama terlihat lebih ramah, tetapi sekalinya beliau marah, semua pelayan sangat ketakutan.

Salah satu pelayan berbisik di dekat telinga temannya, "Apa kau berpikir kesehatan Tuan Bungsu yang membaik karena keberuntungan dari rubah kecil menggemaskan itu?"

Pelayan di samping ikut berbisik saat menjawab, "Mungkin saja. Semenjak rubah kecil itu datang ke rumah ini. Tuan Bungsu selalu bahagia, kesehatannya membaik, dan dia juga lebih sering berbicara dengan kita."

Madam Xiu berbalik, melotot berang ke arah dua pelayan yang asik berbisik. "Kalian pergi selesaikan tugas, jangan bergosip atau tidak ada jatah makan siang!"

"Maaf, Madam!"

Dua pelayan pergi di ikuti beberapa pelayan lain di belakangnya. Madam Xiu ikut berjalan memasuki area dapur, mengambil sarapan yang sudah di hangatkan ulang.

Baik Tuan Utama maupun Tuan Bungsu belum sarapan atau memakan apapun sedari tadi. Mengingat suhu saat ini cukup dingin, makanan hangat akan baik untuk tubuh.

Madam Xiu membuat bubur berisi irisan daging babi, bawang bombay, sedikit jahe, dan biji bunga teratai. Dia hampir lupa tentang rubah kecil kesayangan Tuan Bungsu, bubur ini bisa menghangatkan tubuh hewan kecil tersebut.

Tuan Bungsu tidak suka bubur, melainkan lebih suka sup teratai dengan campuran iga babi. Dan Tuan Utama lebih suka sup sayur biasa dengan irisan daging ayam.

Menu sarapan semua sudah tersedia di atas meja. Jika Tuan Bungsu belum kembali dalam tiga puluh menit, dia harus memanaskan makanan lagi.

"Kim Tzuyu! Tunggu aku!"

Teriakan dari luar rumah menghantarkan keceriaan di wajah Madam Xiu, dia membuka pintu utama menyambut kedatangan rubah mungil yang telah bersandar di kaki kurusnya yang berkulit pucat.

Kim Taehyung cemberut melihat rubah menjengkelkan yang meninggalkan dia sendirian di jalan justru bersandar di kaki Madam Xiu. Menggosokkan kepala dengan nyaman sembari mengerang kecil.

Madam Xiu sudah hafal dengan perilaku anggota keluarga baru mereka ini. Tzuyu akan selalu menggantung di kakinya ketika meminta makanan.

Madam Xiu mengulurkan tangan meraih tubuh mungil Tzuyu, "Madam membuatkan bubur khusus untukmu."

Ekor gemuk Tzuyu terangkat semangat. Mata birunya melebar, air liurnya hampir menetes di seragam Madam Xiu. Bubur masakan Madam Xiu adalah yang terbaik dalam hidupnya!

"Madam, apakah ada sup untukku? Jangan bilang kau hanya membuatkan makanan kesukaan Xiao Zuwi!"

Madam Xiu tidak tahu harus menangis atau tertawa. "Tuan Bungsu, tentu saja saya menyiapkan makanan kesukaan anda di musim dingin. Sup sudah saya siapkan, Tuan Utama tadi berpesan ketika anda pulang, mohon temui beliau di kamarnya."

Taehyung menduga kakaknya pasti marah karena dia keluar dari rumah di musim dingin seperti ini. Jaket hitam tebal masih membungkus tubuhnya. Sedangkan Tzuyu hanya memakai syal kecil di lehernya, Kim Taehyung yang merajut syal itu khusus untuknya.

"Kalau begitu, aku akan pergi ke kamar Hyung lebih dulu. Xiao Zuwi, kemari. Ayo pergi ke kamar Hyung, setelah itu kita sarapan bersama." Kedua lengannya yang terlihat besar karena di lapisi jaket terentang.

Tzuyu melengos, membelakangi Kim Taehyung lalu memberikan pantat kecilnya. Menggerakkan ekor ke kanan dan ke kiri, seolah berkata, “Aku tidak mau! Aku mau makan!”

Madam Xiu menusuk perut gendut rubah kecil di dalam gendongannya. Menahan tawa melihat wajah masam Tuan Bungsu, "Xiao Zuwi, jangan seperti itu. Sangat tidak sopan."

Tzuyu mengangguk cepat seperti kepala mainan.

Taehyung menarik satu telinga rubah kecilnya sambil lalu. "Aku pergi ke Hyung sekarang, jangan makan terlalu banyak atau kau bisa sakit lagi seperti sebelumnya."

Memutar mata birunya dengan jengah. Tzuyu menunjukan dua taring kecilnya. Bosan mendengar semua ocehan Kim Taehyung. Menjalani hari bersama dan menghabiskan sepanjang hari bersama membuat Tzuyu mulai jengah dengan sifat baru Kim Taehyung, pemuda itu ternyata sangat cerewet dan tidak masuk akal dalam waktu tertentu.

Madam Xiu membawa Tzuyu ke meja makan. Pelayan bernama Qian berdiri siap menerima perintah, dia adalah pengasuh khusus yang di pilih untuk membantu Tzuyu makan

"Qian, awasi Xiao Zuwi. Aku harus pergi mengurus buku akuntan pengeluaran bulanan keluarga." Ucap Madam Xiu, memindahkan Tzuyu ke gendongan pelayan bertubuh mungil di depannya.

Qian tersenyum lembut, "Baik, Madam."

Di meja makan penuh oleh makanan berkuah dengan kabut tipis mengepul ringan di atas makanan. Tzuyu berjalan menyusuri semua wadah makanan di atas meja. Mengetahui apa yang dia inginkan selain bubur tidak ada di sini, kepala kecilnya mendongak menatap Qian.

"Uh... apa ada yang salah Xiao Zuwi?" Qian bertanya kikuk. Mengapa rubah kecil ini menatapnya dengan mata besar seperti itu?

Tzuyu duduk putus asa, memeluk ekornya sendiri dan menggigitnya tanpa tenaga.

Qian, "... " Apa? Apa? Dia tidak bisa mengidentifikasi isyarat hewan rubah!

Mingze menyenggol bahu temannya dari belakang. "Kau ini, dia mau ayam goreng. Kau sudah cukup lama bersama Xiao Zuwi di meja makan, tetapi lupa apa makanan wajib yang harus ada di meja makan meskipun kali ini di musim dingin sekalipun."

Menggaruk kepalanya canggung, Qian terbatuk pelan. Wajah kecilnya memerah karena malu.

Tzuyu berbinar melihat piring berisi ayam goreng di tangan Mingze. Memasang pose ancang-ancang, di detik berikutnya dia melompat ke piring.

"Astaga!" Mingze jantungan di serang gerakan mendadak dari Tzuyu. "Untung tidak jatuh, jika kau terluka, Tuan Bungsu bisa mengembalikan aku ke orang tuaku di desa."

Qian terkikik, "Maafkan aku Xiao Zuwi, aku lupa membawakan ayam untukmu."

Mendapatkan banyak paha ayam goreng, Tzuyu mengabaikan semua hal di sekitarnya. Bersemangat menghabiskan semua daging ayam yang ada di piring.

"Oh iya, Natal nanti kau jadi pulang ke rumah?" Mingze melirik perempuan kecil di sampingnya.

Qian merenung sebentar, kegugupan melintas di mata sipitnya, "Aku ingin, tapi aku tidak berani meminta ijin ke Tuan Utama. Aku baru satu tahun di sini, mana mungkin aku langsung meminta cuti?"

"Kenapa tidak berani? Apa aku sekejam itu hingga tidak memberikan kesempatan bagi orang-orangku untuk bisa pulang ke rumah saat Natal?"

Suara Seok Jin berhasil mengejutkan Mingze, begitu juga Qian. Gadis itu merunduk ketakutan. Seluruh pelayan di rumah ini hanyalah anak remaja berusia tujuh belas tahun hingga sembilan belas tahun, semua anak gadis di rekrut oleh Madam Xiu dari desa asalnya yang jauh dari kota Shanghai. Kehidupan di sana sederhana dan anak gadis tidak bisa bersekolah tinggi karena biaya.

Dengan jabatan di rumah Kim, Madam Xiu merekrut banyak anak gadis desa untuk di pekerjakan di sini bersama dirinya. Dan Qian adalah gadis paling kecil di rumah.

Seok Jin meneliti dua gadis merunduk di dekat meja makan, wajahnya tidak sabaran karena jawaban tidak kunjung datang. "Kalian tuli? Angkat kepala kalian."

Mingze dan Qian sama-sama mengangkat wajah bersamaan.

Kim Taehyung melirik sekilas tidak memiliki minat. Berbeda dengan Seok Jin yang cukup terpengaruh dengan wajah mungil Qian yang sangat cantik dan terlihat seperti anak-anak berusia lima belas tahunan. Kim Seok Jin jarang datang ke Shanghai, sekali datang ke sini pun jarang di rumah, memperhatikan wajah parapelayan? Dia tidak ada waktu.

Memperbaiki ekspresi wajahnya, Kim Seok Jin memberikan titah, "Kalian bisa pulang ke rumah kalian ketika Natal tiba, lagi pula aku akan kembali ke Korea Selatan di saat Natal. Lebih baik kalian pulang ke rumah selagi aku dan adikku pergi."

Mingze memegang tangan kecil Qian bahagia, membungkuk hormat kemudian pergi masuk ke dapur. Qian menilik rubah kecil di atas meja, pergi dengan hati enggan. Dia ingin bersama rubah kecil Tuan Bungsu...

Tepat saat Seok Jin duduk di kursinya sendiri, Kim Taehyung meletakan sendok di sisi mangkuk. Menopang dagu seraya menatap geli kakaknya, "Hyung, kau suka dengan Qian?"

"Apa kau bilang?" Iris pekatnya terangkat. Menatap sengit ke adiknya yang mulai menyebalkan, namun juga menandakan hubungan keduanya semakin dekat. "Anak kecil jangan omong kosong."

Mengangkat bahu acuh, Taehyung menusuk perut berbulu Tzuyu, menimpali tanpa menoleh, "Aku hanya menebak. Tatapan terkejutmu membuat aku berpikir kau jatuh cinta pada pandangan pertama. Qian masih muda, menurutku dia cantik dan baik. Mengapa tidak membuat dia menjadi kakak iparku?"

Risih dengan tusukan di perutnya. Tzuyu menampar punggung tangan Taehyung menggunakan cakar mungilnya, memasang wajah galak. Dia tidak ingin di ganggu! Biarkan dia makan!

"Kau semakin galak, Kim Tzuyu."

Kim Seok Jin mengusap sudut bibirnya. Mendorong mangkuk sup yang baru termakan sedikit, beranjak dari kursi hendak pergi ke kamar. Sebelum pergi, dia menusuk kepala kecil Tzuyu, "Rubah kecil, kau membawa banyak keberuntungan untuk adikku. Sebagai tanda terima kasih, pulang ke Korea Selatan nanti, aku berjanji akan membuatkan istana kecil berlapis emas untukmu."

Taehyung melongo. Bahkan Tzuyu tidak lebih baik, bubur di dalam lidahnya sampai terlihat dari luar. Istana emas? Tzuyu semakin yakin pada kekayaan di balik kantong tersembunyi kakak Kim Taehyung.

Tersadar dari keterkejutan, Taehyung menarik ekor gemuk yang terkulai. Menjatuhkan ciuman di wajah mungil rubah kecil kesayangannya— tidak lupa menghindari area bibir bertemu bibir. Jika tidak, rubah di gendongannya bisa berubah menjadi anak gadis.

Taehyung belum bisa menerima perubahan bentuk manusia dari rubah tercintanya. Rasanya masih terlalu canggung berinteraksi dengan perempuan, di tambah wujud perempuan ini sangat cantik. Kim Taehyung tetaplah seorang pria yang memiliki dorongan ketertarikan terhadap kecantikan.




.
.
.
.
.
.

-selesai-
mungkin cerita ini terbilang lamban atau bosenin:( Di cerita ini, aku cuma ngasih konflik yang datang karena perpindahan jiwa, nggak ada tokoh jahat atau apapun.

karena di buku ini, aku cuma mau nunjukin dan ngajak para pembaca untuk menyaksikan kisah cinta Taetzu dari tiga dunia dan tiga kehidupan yang berbeda. 💜💜💜

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top