Tadaima, Sarada

Wusssh 🍃

Angin sejuk musim gugur, menyapu wajah cantik Sarada dengan lembut. Membuat helaian-helaian rambut hitam legam panjangnya, bergerak-gerak lemah gemulai. Ia memandang langit cerah musim gugur di atasnya. Ia memejamkan matanya pelan. Lantas mengucap lirih nama seorang pria yang ia rindukan.

"Mitsuki...,"ujarnya lirih.

Sarada pov.

Mitsuki, nama seorang pria yang berhasil menempati tempat kosong dihatiku. Pria selain papa, yang berhasil membuatku setiap malam resah dan khawatir hingga tak bisa tidur. Ugh ! Menyebalkan.

Entah bagaimana aku bisa jatuh cinta dengannya. Yang pasti aku mulai menaruh rasa padanya saat papa dan Boruto pergi dari desa dan berkelana bersama. Saat itu aku merasa hampa dan sendiri. Tak ada baka Boruto lagi di sisiku, juga papa yang selalu berlatih denganku. Tanpa sadar, Mitsuki mulai mengisi hari-hariku yang kosong nan hampa. Kadang kami makan bersama, juga berlatih. Dan tak lupa juga mengerjakan misi berdua. Dan tanpa sadar aku mulai menyukainya. Dan menganggapnya lebih dari teman. Namun, tak disangka ia ikut pergi dari Konoha untuk mengerjakan misi sulit nan panjang, bersama papa. Sebenarnya misi tersebut untuk Boruto. Tapi, karena Boruto masih memiliki beberapa urusan di Konoha. Maka, Mitsuki yang menggantikannya.

Sudah sejak saat itu dan sampai sekarang. Sudah lebih dari 1 tahun ia pergi. Dan masih belum kembali. Hal itu membuatku khawatir sekaligus risau. Ia pergi dan tak memberi kabar padaku.

Kata-kata terakhir yang ia sampaikan padaku hanyalah sebuah kata pendek namun, berarti besar padaku.

Aku pasti kembali, Sarada

"Sarada !!,"

Sarada pov end.

"Sarada !!," panggil Choucho nyaring dan keras dari kejauhan. Memanggil sahabat ravennya. Hal tersebut membuat telinga Sarada berdenging. Segera saja ia menutup telinganya. Dan mendengus kearah Choucho.

"Choucho ! Teme !. Kau membuat telingaku hampir pecah tahu," marah Sarada. Sementara yang dimarahi hanya bisa nyengir gaje. Seakan ia tak hampir memecahkan gendang telinga Sarada, dengan suaranya yang setara dengan TOA masjid itu.

"Gomen-gomen, Sarada," Sarada hanya mengangguk lantas bertanya.

"Ada apa kau kesini ? Jangan bilang kau mau mengajakku ke kedai es krim yang baru di buka itu. Aku sedang tidak mood," ujar Sarada menyimpulkan.

"Ck. Bukan itu ! Ada berita yang ingin kuberitahukan padamu !," Sarada mengernyit.

"Berita ? Apa itu ? ," tanya Sarada tertarik.

"Akan ada seseorang yang datang ke Konoha,"

"Palingan juga 5 kage," ujar Sarada lantas berdiri.

"Bukan itu ! Yang pasti jika kau tahu maka kau akan terkejut," ujar Choucho lagi. Namun, Sarada kelihatannya sudah tak tertarik dengan berita Choucho. Ia lantas melangkahkan kakinya menjauh dari Choucho.

"Souka ? Kalau bukan berita tentang 'dia'. Maka aku tidak tertarik," Choucho mendengus kesal.

"Ayolah Sarada. Dengarkan aku dulu !," pinta Choucho. Namun, Sarada tak mendengarkan. Ia malah mempercepat langkahnya menjauhi Choucho. Dan secepat kilat menghilang dari pandangan Choucho.

"Ck. Dasar dia itu. Dia berubah sejak 'dia' pergi,"

"Hah~dasar. Padahal aku mau bilang jika 'dia' kembali,"

~ 🌙 ~

Di depan gerbang masuk Konoha...

Terlihat para Shinobi muda Konoha serta sang Hogake ke-8, Sarutobi Konoha. Sedang menunggu seseorang datang.

"Nee, Konohamaru sensei. Kapan mereka datang ?," tanya Boruto yang kelihatannya sudah tak sabar sedari tadi. Konohamaru menatap muridnya dan tersenyum padanya.

"Sebentar lagi. Lihat saja," jawabnya sambil menunjukkan senyum manisnya.

Tap.

Tap.

Benar saja, tak lama terdengar suara langkah kaki dari kejauhan. Mengalihkan antensi semua orang disana.

Dari kejauhan, terlihat seorang pria bersurai raven agak panjang sedang berjalan menuju ke arah mereka. Setelah semakin dekat, terlihat siapa sebenarnya yang datang. Yap, dia adalah si bungsu Uchiha, Uchiha Sasuke.

Grep!

Seorang wanita bersurai bubble gum, meloncat keluar dari dalam kerumunan orang disana. Dan segera memeluk suaminya erat. Sasuke sempat terkejut namun, ia membalas pelukan itu. Sementara, Sakura menangis bahagia dalam pelukan itu.

"Anata...hiks...a-aku...,"

"Hn. Tadaima, Saki...," ujar Sasuke memeluk Sakura. Tak lama mereka melepas pelukan mereka. Dan saling melempar senyum.

"Sasuke-san ! Selamat datang kembali !," ujar Boruto senang.

"Sasuke nii-chan. Okarienasai," ujar Konohamaru. Sasuke tersenyum tipis dan mengangguk.

"Hn. Arigattou," ujarnya.

"Nee, Sasuke-san," panggil Boruto.

"Nandayo ?,"

"Dimana 'dia' ? Apa 'dia' tak ikut pulang denganmu, hm ?," tanya Boruto.

"Benar, Anata. Dimana 'dia' ?," tanya Sakura penasaran. Saat tak melihat satu orang lagi yang mereka tunggu-tunggu. Sasuke hanya tersenyum tipis. Ia mengelus pelan surai pink manis Sakura dengan lembut.

"'Dia' akan datang,"

Tap.

Tap.

Tap.

Benar saja tak beberapa lama. Terdengar suara langkah kaki lain dari kejauhan. Spontan semua orang disana mengalihkan pandangannya pada asal sumber suara itu. Senyum Boruto mengembang saat melihat sesosok pemuda bersurai putih kebiruan, memakai jubah dengan tudung hitam, berjalan menghampiri mereka. Saat sudah cukup dekat, pemuda itu melepas tudung jubahnya yang menutupi kepala dan sebagian wajahnya. Beberapa orang terlihat senang saat melihat wajah pemuda itu. Apalagi Boruto.

"Kau kembali.....

























"Mitsuki,"

Pemuda tersebut tersenyum lembut.

"Tadaima. Minna,"

~ 🌙 ~

Hutan pelatihan Team 7...

Syyutt...

Syyutt...

Cring.

Cring.

Suara suriken bertabrakan menghiasi telinga Sarada yang sedang berlatih. Beberapa kali ia melemparkan suriken dan kunai menuju ke tempat sasaran. Entah karena kurang fokus atau apa, tak ada satupun lemparannya yang berhasil mengenai target. Karena kesal, ia membuang suriken yang ia pegang jauh darinya. Dan menendang-nendang tanah yang ia pijak.

"Argh ! Kenapa aku tak bisa fokus !!!," ucapnya frustasi. "Aku terlalu memikirkannya !! Sarada !! Tenanglah !!!," ujarnya lagi.

Namun, ia tak bisa tenang. Ia malah menarik-narik rambut indahnya. Tapi, sebelum ia menarik rambutnya. Sebuah tangan lembut mencegahnya.
Spontan saja Sarada menoleh.

Seorang pria berjubah hitam dan bertopeng, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Jangan menarik rambut indahmu itu. Mereka bisa rusak dan mati karenamu," ujar Pria misterius itu. Sarada sejenak tertegun. Suara ini. Mirip dengan suara orang ia rindukan. Namun, ia segera tersadar. Segera saja ia menjauh dan mengambil ancang-ancang, siap menyerang.

"Siapa kau !?," tanyanya sambil mempersiapkan kunai dan mengaktifkan sharingan 3 tomoe miliknya. Yang membuatnya tetap cantik, walaupun dengan wajah yang menakutkan. Pria itu tak menjawab. Ia malah mempersiapkan katana miliknya.

"Mata yang indah," ujarnya. Ia mengeluarkan katana panjangnya dari sarung pedang miliknya.

"Bagaimana jika aku menemanimu berlatih, hm ?," tawar Pria itu.

"Memangnya kau siapa, hah !? Berani mengajakku latihan bersama !?," tanya Sarada sarkas. Pria itu terkekeh misterius.

"Bagaimana kalau buat perjanjian," tawarnya. Sarada mengernyit.

"Perjanjian ?," Sarada membeo. Pria itu mengangguk.

"Perjanjian. Jika kau menang, maka aku akan memberitahukan siapa aku sebenarnya dan kau boleh meminta apapun dariku," ujarnya misterius.

"Kalau kau menang ?," pria itu menyerigai di balik topengnya.

"Kalau aku menang maka,....kau harus menciumku," ujarnya lagi. Okey, ini membuat Sarada terkejut. Namun, ia tertarik dengan tawaran ini. Lagipula tak ada salahnya menerima ajakan pria ini.

"Baiklah. Aku mau,"

~ 🌙 ~

Cring

Cring

Tak

Syutt...

Suara katana beradu dan menghasilkan melodi yang indah. Mengisi kesunyian hutan kecil ini. Terlihat pertarungan antar 2 insan disana. Seorang gadis raven dan pria misterius itu.

Bruk !

Sarada terjatuh ke tanah. Ia mengelap keringatnya kasar. Dengan nafas tersenggal-senggal, ia menyerigai.

"Eh...ternyata kau lumayan juga," puji Sarada sambil mengatur nafasnya.

"Tidak juga. Kau saja yang kurang bersemangat," sangkal pria itu. "Seandainya kau lebih bersemangat. Mungkin kau tak akan kalah," ujarnya lagi. Sarada menunduk. Menatap sendu tanah di bawahnya.

"Tetap saja...," Sarada menjeda kalimatnya. "'Dia' tetap tidak akan kembali," ujarnya sedih. Pria terdiam sesaat. Ia lalu mengulurkan tangannya pada Sarada. Membantunya berdiri.

"Yah. Mungkin hal itu tak dapat membantumu. Namun, jika kau melalui hari-hari dengan ceria,  mungkin tanpa sadar ia akan kembali padamu," ujar pria itu menggurui.

"Hmph ! Ini kedua kalinya aku digurui. Pertama nanadaime dan kedua adalah kau," ujar Sarada. "Arigattou ! Ucapanmu membuatku sedikit senang," ujarnya tersenyum. Pria itu tertegun sejenak. Lantas menghela nafas.

"Yah. Aku menang. Sesuai perjanjian, kau harus menciumku," ujar pria itu menangih janjinya.

"Baiklah. Lagipula aku sudah berjanji padamu," ucap Sarada. "Buka topengmu," titah Sarada.

"Kenapa kau tidak buka sendiri saja ?," jawab Pria itu. Sarada menghela nafas sejenak.

"Baiklah. Biar aku buka sendiri,"

Sarada perlahan membuka topeng pria itu. Saat itu pula, jantungnya berdebar tak karuan. Seperti debaran saat bersama 'dia'. Namun, Sarada tak terlalu memperdulikannya. Dan melanjutkan kegiatannya.

Perlahan tapi pasti. Topeng itu terbuka. Memperlihatkan wajah sang pemilik. Mata Sarada membulat.

"Ka-kau...tidak mungkin !!,"

Pria itu tersenyum.

"Ini aku. Tadaima, Sarada," ujarnya. Sarada tak dapat menyembunyikan kebahagiannnya. Ia segera memeluk tubuh pria itu erat. Dan menangis bahagia.

"Kau kembali ! Hiks...kau...kembali...Mitsuki !!!,"

"Hn. Tadaima. Uchiha Hime-sama,"

~ 🌙 ~

Buk !

Buk !

"Baka Mitsuki !! Baka !! Kenapa kau pulang tak memberitahuku, hah !? Kenapa kau tak mengabariku !!?? Apa kau tak tahu jika aku mengkhawirkanmu !?? Aku hampir putus asa saat tak mendapat kabar darimu tahu !!," Tanya Sarada bertubi-tubi sambil memukul-mukul dada bidang Mitsuki. Mitsuki terkekeh dan mengelus gadis cantik yang memarahinya.

"Sudah puas marahnya, hime ?," tanya Mitsuki. Sarada mengangguk. Lantas duduk di bawah sebatang pohon maple di sana. Diikuti Mitsuki yang ikut duduk di sampingnya.

"Kenapa tak memberitahuku jika kau pulang ?," tanya Sarada. Mitsuki tersenyum.

"Sebenarnya, aku sudah memberitahu Konohamaru sensei dan menyuruhnya memberitahukan yang lain," jawab Mitsuki.

"Lalu kenapa aku tak tahu ? Padahal aku juga mau menyambutmu dan papa," jelas Sarada menggembungkan pipi chubbynya. Membuat semakin imut.

"Salah sendiri. Tak mau mendengarkan kata-kata Choucho sampai selesai. Jadi kena karma kan !?,"ujar Mitsuki.

"Heh !? Jadi maksud Choucho tadi...," seakan bisa membaca pikiran Sarada, Mitsuki mengangguk dan tersenyum lembut.

"Kau memang tak pernah berubah ya ? Sarada," ucap Mitsuki tersenyum. Yang membuat ronah merah muncul di pipi putih Sarada. "Kau tetap sama," ujar Mitsuki lagi sambil mencubit pipi Sarada.

"Pipi merah tomatmu membuatku gemas tahu," ucap Mitsuki.

Cup!

Mitsuki mencium pipi kanan Sarada yang memerah. Membuat wajah Sarada makin merah dan panas. Segera saja Sarada mendorong tubuh Mitsuki, menjauh darinya.

"Huwaahhh !! Ja-jangan dekat-dekat !!," teriak Sarada. Membuat Mitsuki menyeringai.

"Dekat ? Maksudmu...seperti ini ?," Mitsuki lantas mendekatkan wajahnya pada Sarada. Sehingga pucuk hidung mereka bertemu. Deruh nafas Mitsuki bahkan menerpa wajah cantik Sarada dengan lembut. Dari jarak seperti ini, Sarada mengakui jika Mitsuki itu tampan. Lebih tepatnya sangat tampan. Kedua onyxnya seakan terkunci oleh kedua iris gold Mitsuki yang menatapnya tajam.

Deg.

Deg.

Deg.

Jantung Sarada berdebar hebat. Seakan bersiap keluar dari tempatnya. Wajahnya juga memerah akibat ulah Mitsuki.

"Mit...mitsuki ?," Ucap Sarada lirih. Mitsuki meraih tangan mungil Sarada dan meletakkannya pada dada kanannya. Sarada terkejut saat merasakan debaran jantung Mitsuki. Sama seperti dirinya.

'Ja-jantung Mitsuki...berdebar. sama- Sama sepertiku. A-ada apa ini sebenarnya ???,' batin Sarada.

'Apa jangan-jangan !! Mitsuki juga merasakan rasa yang sama denganku !!??,'

"Sarada...," suara lembut itu, menyadarkan Sarada dari lamunannya. Mitsuki menatapnya dengan pandangan aneh. Tak seperti biasanya.

"Apa...ini sebenarnya ?," tanyanya. "Apa ini yang namanya...cinta ?," tanyanya lagi.

Sarada tersenyum. Membelai pipi Mitsuki lembut.

"Ya," jawaban singkat dari Sarada. "Dan aku juga merasakannya," ujar Sarada sambil melakukan hal yang sama dengan Mitsuki. Mitsuki tertegun sebentar.

"Kalau begitu...bolehkah aku memilikimu ? Bolehkah aku menjadikanmu milikku seorang ? Maukah kau menjadi milikku ?," tanya Mitsuki penuh harap.

Sarada tersenyum. Lantas mengangguk.

"Ya. Kau boleh," jawab Sarada. Mitsuki tersenyum tipis. Menatap Sarada dengan air mata bahagia. Begitu pula Sarada. Ia menangis bahagia.

Cup~

Keduanya berciuman manis. Ciuman singkat yang telah mengubah mereka berdua. Juga takdir mereka berdua.

"Aishiteru," Mitsu-Sara.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
[

Bonus ]

"Kyyaaa~ Manis sekali....," ujar Choucho dari balik semak-semak.

"Stt~ dikecilkan suaramu gendut ! Kau akan membuat kita ketahuan," ujar Inojin mengingatkan.

"Iya-iya aku tahu," jawab Choucho asal.

"Tak kusangka. Kukira Sarada naksir Boruto. Ternyata Mitsuki toh. Pasti itu sebabnya ia berubah saat Mitsuki tak ada di konoha," jelas Shikadai.

"Kau benar, Shikadai. Mereka manis dattebasa," ujar Boruto.

"Kau benar, Boruto-kun !," sahut Sumire.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Uwahh !!!~ mereka berciuman !!!~ manis sekali~," ujar Sakura.

"...,"

"Mereka sangat serasi~," ujar Sakura lagi.

"...,"

"Nee, Sasuke-kun. Kau harus merestui hubungan mereka," usul Sakura.

".........hn. dengan syarat. Mitsuki harus ku tes dahulu," ujar Sasuke menyeringai.

"Kelihatannya, Mitsuki butuh perjuangan untuk mendapatkan Sarada," ucap Sakura sweatdrop.


[Tamat]


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top