Janda Kemboja
Tiga hari menikah, satu fakta tersibak. Suamiku pernah menjalin hubungan dengan sahabatku--bahkan punya anak darinya.Sejak itu, aku tahu rumah tangga tak akan berjalan baik. Aku menutupinya. Pekerjaan rumah tangga hingga melayani suami, kulakukan sebaik sebisaku. Kujalani seolah aku buta dan tuli.Kubunuh rasa iba tiap melihat sahabatku kesusahan memerankan orang tua tunggal. Aku juga menderita, ingat?Namun, aku sampai pada kecemburuan.Aku membandingkan.Aku merasa amat buruk.Aku merasa tidak dicintai.Dan tiba-tiba saja, semuanya tidak beres.Aku keguguran. Semua orang tampaknya menyalahkanku. Suatu hari sahabatku menitipkan anak, aku memukul anak itu dan mengurungnya di kamar mandi. Kupastikan dia tidak berani mengadu.Aku tidak bisa lagi tersenyum untuk suamiku. Kulakukan semua terpaksa. Aku terus melabeli diri, aku yang paling menderita.Hingga aku benar-benar kehilangan duniaku.Suamiku. Dia mati.Karena diriku. Dia mati karena aku.Tanpa sempat bahagia dengannya.Tanpa dia tahu, aku tetap sayang padanya meski masa lalunya begitu.Dengan semua kesialan ini, haruskah aku percaya Tuhan benar-benar ada?#JandaKemboja…