Candala dalam Asa
Kadang dia berharap esok pagi dia tidak terbangun dalam tidurnya. Terus terlelap hingga rasa lelahnya terbayarkan. Namun, baskara tetap mengibarkan cahayanya pada buana setiap pagi itu datang. Meski ayam berkokok tak ada lagi terdengar dalam radius di sekitar perumahan tempatnya tinggal, maupun perumahan-perumahan lain hingga ke kota besar yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit itu. Masih ada alarm yang berbunyi samar dekat telinganya, membangunkannya setiap pagi. Setelah itu arunika menyambutnya yang baru melangkahkan kaki keluar rumah. Kadang pula ia berharap bisa pergi jauh. Sejauh mungkin. Hingga tak ada yang bisa menyusulnya. Pergi ke belahan bentala lain. Bertemu bumantara yang menaungi tempat lain. Bukan terperangkap terus-menerus dalam ketakutan yang kian menghimpit hati. Apalah daya, itu hanya sekedar angan, bagaikan asa yang tak lebih, tak bukan hanyalah keputusasaan dari dalam hatinya yang kian hari, kian retak. Dia harus bisa mendekap renjana seerat mungkin, agar saat kembali terambau dirinya bisa bangkit sebaik mungkin.…