• PANCA - Most Wanted Boy •
Cinta hadir dari mata turun ke hati, makanya banyak cewek yang suka cowok bling-bling.
🎭🎭🎭
"Kenapa sekolah di sini, Pa?" tanya Fernando dengan heran saat sang Papa menunjukkan sekolah barunya. Sejak beberapa hari yang lalu, Fernando akhirnya pindah dari Surabaya ke Malang, mengikuti keinginan sang Papa. Oleh karena itu, tentu saja Fernando pindah sekolah pula.
"Kamu masih inget, kan, Reynard, sepupumu?" Fernando langsung terbungkam setelah mendengar pertanyaan Bagas.
Ya, bagaimana pemuda tersebut tak mengingat sepupunya yang memiliki hobi pencitraan itu? Kelihatannya saja dari luar dia hebat, sempurna, dan tanpa cela, padahal jauh di dalamnya, banyak sifat busuk sang sepupu yang tak diketahui oleh semua orang. Kecuali Nando, tentu saja. Atau mungkin orang tua Reynard juga?
"Iya, Pa. Inget," lirih Fernando dengan perasaan dongkol. Mendadak saja perasaan pemuda itu menjadi tak enak kala nama sang sepupu disebut.
"Kamu pernah Papa ceritain, kan, kalau Reynard ini sering banget dapet peringkat satu paralel di sekolahnya. Tim basketnya juga dengar-dengar sering menang berkat dia. Papa mau, kamu bisa kayak dia. Bisa ngikutin jejak sukses dia di SMA. Makanya Papa mau nyekolahin kamu di sini." Setelah mendengar penuturan Bagas, Fernando mengerutkan kening. Bagas pun langsung dengan tanggap menangkap keheranan anak tunggalnya itu.
"Reynard sekolah di sini, Ndo. Kamu lupa kalau sepupumu itu tinggal di Malang?"
🎭🎭🎭
"Sumpah? Demi apa dia kakak sepupumu?" Fernando memutar bola mata dengan kesal mendengar gadis di sampingnya berteriak histeris.
Ini kenapa, sih? Memangnya kalau Reynard itu sepupuku, jumlah penyogok di negara ini bakal berkurang drastis atau terhempas begitu saja? Jumlah penyogok di sekolah aja jumlahnya belum tentu berkurang. Huh, heboh banget!
Ya, apa yang baru saja dipikirkan Fernando itu adalah sebuah realita. Untuk mendapatkan ilmu memang sangatlah membutuhkan uang. Akan tetapi, jika uang hanya digunakan untuk menutupi nilai yang bobrok, lantas apa gunanya ilmu yang dikecap selama ini? Hanya sebuah dongeng lalu kah? Atau hanya kisah mistis yang tak patut dipercaya, tetapi cukup didengar saja kah?
Fernando hanya geleng-geleng kepala saat menerima fakta tersebut. Terlebih lagi ketika mengingat sang Papa ternyata dulu diam-diam memberikan sedikit 'hadiah' pada pihak sekolah demi terangkatnya nilai Nando. Jujur, pemuda itu merasa terhina saat mengetahui kelakuan Bagas. Seolah kemampuan Fernando dalam bidang akademik sangat remeh dan tak mampu diandalkan. Fernando berharap di SMA-nya sekarang ini sang Papa tak melakukan hal yang serupa.
Bukankah nilai itu adalah tolak ukur sejauh mana ilmu yang dipelajari telah dipahami? Mengapa tiba-tiba beralih menjadi sebuah hal untuk meninggikan gengsi? Ah, sepertinya Fernando terlalu sebal dengan 'oknum' tersebut, sampai-sampai mengaitkannya dengan kekesalan pemuda itu saat ini. Padahal tidak ada hubungannya sama sekali.
"Wah, keren banget! Nggak lama lagi kamu pasti jadi most wanted boy di sekolah ini. Astaga, bangga banget aku punya temen sekelas yang bisa jadi idola cewek sesekolah." Semakin lama mendengar celotehan Arista, semakin kesal pula perasaan Fernando.
Cewek ini, dari tadi yang dibahas most wanted boy sama cogan mulu, sih? Kayak nggak ada bahasan yang lain.
Dari situ, Fernando langsung memiliki firasat, bahwa Arista adalah salah satu tipe gadis yang narsistik dan ingin selalu menunjukkan eksistensinya. Bahkan, gadis itu sudah berapa kali melontarkan sekaligus menyatakan bahwa Fernando 'ganteng' secara blak-blakan. Sepertinya urat malu gadis tersebut telah putus. Tidak ada salahnya memang jika Arista mengakui ketampanan teman barunya ini. Namun, apakah perlu mengungkapkannya langsung di depan Fernando?
Pemuda bermata tajam itu menggelengkan kepala dengan heran. Dulu, dia juga pernah memiliki teman perempuan yang sangat narsistik, tetapi teman barunya yang bernama Arista ini ternyata jauh lebih parah dari temannya dulu saat masih di SMA D Surabaya. Fernando heran, mengapa di mana saja tempatnya, dia selalu dipertemukan dengan spesies jenis ini.
Lalu, atas dasar apa lelaki tersebut mengatakan Arista adalah gadis narsistik? Pemuda itu menyadari bahwa Arista sejak tadi berusaha untuk mengakrabkan diri dengannya. Terlihat sekali dari gestur tubuh Arista, gadis itu tampak berulang kali berusaha mendekatkan diri pada Fernando.
Sebenarnya tidak salah jika Arista berusaha akrab dengan Fernando, apalagi Fernando adalah teman barunya. Hanya saja, ia menduga jika memang dirinya nanti dicap sebagai most wanted boy di SMA ini, Arista pasti ingin namanya ikut nyantol atau dengan kata lain nebeng tenar. Itulah spekulasi terburuk yang Fernando pikirkan tentang gadis yang terus berceloteh di sampingnya.
Jangan salahkan Fernando, tetapi salahkan otaknya yang terus saja memproduksi berbagai macam pemikiran negatif.
"Aku ramal, nih. Nggak lama lagi kamu bakal jadi perbincangan banyak orang di sini. Wong kamu waktu ke kantin bareng kita tadi, sepanjang perjalanan banyak banget ciwi-ciwi yang melotot. Bukan ke arah aku sama Tony, tapi ke kamu, Ndo. Emang, ya, cewek itu kalau lihat cowok bening pasti bawaannya nggak tahan buat melongo." sambung Hendra yang membuat Fernando rasanya ingin menghilang saat ini.
"Ya iyalah, Ndra. Aku bukan orang yang munafik, nih. Jujur aja, kalau aku suka sama cowok pasti karena lihat wajahnya dulu. Kalau ada yang bilang langsung suka karena sikapnya, bukan ngelihat dari wajahnya dulu. Fix, dia munafik banget. Kan, dari mata turun ke hati."
Setelah asyik berceloteh, Arista langsung menoleh ke Fernando dan melanjutkan ucapannya.
"Kamu tau nggak, Ndo—"
"Nggak!" pungkas Fernando yang membuat Arista cemberut.
"Ih, Nando. Aku belum selesai ngomong. Dengerin dulu!" protes Arista yang membuat gendang telinga Fernando rasanya berdenging saja. Sedangkan Tony dan Hendra, pundak mereka tampak berguncang kecil pasca mendengar keluhan Arista. Sepertinya menahan tawa yang bisa saja sewaktu-waktu akan meledak.
"FYI, Ndo. Selain ganteng dan jadi most wanted boy di sekolah kita, Mas Reynard itu sering banget dapet peringkat pertama rangking paralel dari kelas 10, loh."
Nggak usah diomongin bisa nggak? Kayak penting banget.
"Bahkan, Mas Reynard itu pentolan di tim basket kebanggaan kita. Yah, walaupun dia bukan kapten basket, tapi namanya justru yang jauh lebih tenar. Eh, lupa. Aku, kan, sudah kasih tau kamu ini tadi."
"Sudah selesai ngomongnya?" tanya Fernando saat suasana di antara mereka hening sejenak. Sepertinya ia juga agak lelah memendam kekesalannya dalam hati. Tak mendapatkan respon dari pertanyaan yang ia lontarkan barusan, pemuda tersebut pun melanjutkan ucapannya, "Kalau sudah selesai dan nggak ada hal penting lagi yang mau diomongin, udah sana bubar."
Selepas itu, Fernando menelungkupkan kepala di atas meja, membuat tiga orang yang berada di sekitar Nando saling berpandangan.
"Udah, ah. Ayo kita balik, Ndra. Jangan gangguin dia terus," ujar Tony yang mengajak Hendra beranjak dari posisi awal dan kembali ke bangku mereka. Sedangkan Arista yang duduk di bangku Ranita meniup poni pagarnya dengan perasaan dongkol. Sembari berdiri dari posisi duduknya dan mengibaskan rok, gadis itu menggerutu kesal.
"Huh, masih anak baru aja tapi udah songong banget. Untung ganteng." Meski ucapannya lirih, tetapi Fernando dapat mendengar gerutuan dari Arista. Namun, pemuda tersebut tak memedulikannya.
Gadis seperti itu diladeni? Urusannya tentu tidak akan pernah selesai. Akan lebih baik jika didiamkan saja.
🎭🎭🎭
To be continued ....
Terima kasih teruntuk kalian yang sudah membaca kisah Fernando.
Jangan lupa tinggalkan jejak positif serta share jika kalian suka kisah ini, ya.
Borahae all 💜💋
©putriaac
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top