Prolog
بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Antara lelaki modus dan tulus itu beda-beda tipis, maka tak heran jika banyak kaum perempuan yang menjadi korban."
Gemericik hujan yang mulai membasahi bumi membuat orang-orang berkumpul dan berteduh mencari perlindungan, terkecuali gadis berkerudung merah muda yang malah asik berputar-putar di tengah rintik hujan yang semakin deras mengalir.
Tatapan aneh dari orang-orang sekitar sama sekali tak membuat kesenangannya terusik, ia malah berteriak dan berlarian ke sana-kemari. Meluapkan gejolak dalam hati yang sedari tadi dirasai. Sebuah luka yang ia tutup rapat dengan tawa dan senyum palsu ceria.
Namun kehadiran seorang pemuda bertubuh jangkung dengan setelan casual, berkemeja kotak-kotak dengan kancing yang dibiarkan terlepas serta dilengkapi kaus hitam polos di dalamnya. Tak ketinggalan celana jeans serta sepatu kets putih bergaris hitam semakin menambah gaya anak muda trendi masa kini.
"Ngapain?" tanya sang gadis heran sekaligus bingung, keningnya terlipat dan membentuk beberapa garis.
"Handphone saya jatuh, tapi gak tahu di mana. Bisa tolong miss call?" ucapnya setelah meraup wajah yang basah karena kucuran hujan yang masih belum kunjung reda.
"Kenapa saya?" tanya gadis tersebut, ia seperti tak ingin melakukan pinta sang pria. Keraguan sangat terlihat jelas di sana.
"Hanya kamu harapan saya satu-satunya." Pemuda itu melirik ke arah kerumunan yang tengah menepi di halte, "mereka tidak ada yang mau membantu."
Antara ikhlas dan tak ikhlas perempuan itu pun mengangguk ragu, ia sedikit menepi untuk ke halte agar gawainya tak basah.
"Berapa nomornya?" tanyanya setelah mengambil gawai di dalam tas. Benda canggih itu terbungkus plastik putih dan hal tersebut mengundang kekehan dari sang lawan bicara.
"Apa kamu tak mampu untuk membeli case handphone anti air?"
Perempuan itu mendengkus sebal. Seenaknya saja menuduh, ia bukan tak mampu tapi tak ingin saja. Lagi pula jika ada yang gratis kenapa harus memilih yang mengeluarkan modal.
"Dasar gak tahu diuntung, udah sukur mau dibantuin, eh malah ngehina!"
"Maaf," katanya tak enak hati. Ia hanya berniat meledek saja, tapi tanggapan yang diberikan perempuan di depannya malah berlainan.
"Berapa nomornya? Buang-buang waktu tahu gak sih. Hujannya keburu reda nanti," protes sang gadis penyuka hujan tersebut.
Pemuda itu menyebutkan 12 digit nomor ponselnya, dan tak lama dari itu terdengar suara deringan nyaring yang berasal dari dalam tas punggung yang ia gunakan.
"Makasih nomornya, lain waktu akan saya hubungi."
Selepas mengatakan kalimat itu sang pemuda langsung melesat pergi, meninggalkan sang gadis yang kini diam seribu bahasa. Otaknya masih berceceran dan belum terkumpul sempurna.
Sampai akhirnya ....
"Dasar modus!" teriaknya bersamaan dengan suara guntur yang begitu menggelegar memekakkan telinga.
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum semuanya🤗
Ketemu lagi nih sama aku😗 ... Ada yang kangen gak yah?🤔
Kali ini aku akan bawa cerita baru yang super fresh untuk kalian. Semoga suka dan ada yang menunggu kelanjutannya🙈
Mau lanjut apa cukup?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top