Epilog
بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
"Jodoh itu pasti, dan menikah pun sesuatu yang Allah sukai, tapi jika memang takdir belum meridai, ya sudah jangan berkecil hati."
Sepahit apa pun hidup, sudah seharusnya kita jalani dengan penuh kelapangan serta keikhlasan. Jangan pernah berkeinginan untuk menentang takdir dan menyalahi aturan Tuhan yang berjalan tak sesuai dengan harapan. Berkhusnuzanlah, sebab apa yang terjadi kini mutlak atas garis tangan dari-Nya.
Pernah terlalu melambungkan harap pada seorang hamba yang ujungnya berakhir kecewa. Memang rasa itulah yang akan kita tuai, sebab melabuhkan harap pada sesama insan membuat-Nya cemburu. Mau tak mau kita harus menerima rasa sakit akan kekeliruan tersebut.
Lelaki yang sudah meminta untuk menanti, serta berjanji pula akan menikahi berujung patah hati karena mengingkari. Dan ia tak ingin terjerumus lagi, mencoba untuk menguatkan hati dan diri bahwa memang ia bukanlah jodoh terbaik yang Sang Illahi beri.
Di tengah rintik hujan yang mengguyur bumi, ia meluapkan tangis yang sejak tadi ditahan seorang diri. Beban yang dipikul terasa terangkat dan sedikit membuat plong, kini tak ada lagi yang akan mengomeli dan memarahi pada saat dirinya asik bermain di tengah hujan yang menyelimuti.
Sebab, Gunturnya telah pergi ....
"Aaaaaaaaa!" teriaknya di tengah guruh yang menyambar. Ia tertunduk lesu dan berjongkok di sana.
Baju kebaya yang dipakainya sudah basah kuyup, tapi gadis itu tak sedikit pun berniat untuk beranjak dan berteduh. Biarkan hujan dan guntur meluruh bersamaan dengan rasa sakit yang kini menghujam tanpa belas kasihan.
Namun kegiatan Ama terpaksa dihentikan paksa saat ada seorang pemuda yang berdiri gagah di hadapannya. Ia mendongak kala tak merasakan lagi terpaan air yang tengah Allah turunkan. Netranya mengerjap pelan sebelum akhirnya tersentak saat melihat seseorang yang ia kenal tengah berdiri memayungi.
"Guntur memang sudah menjadi jodoh orang, tapi masih ada guntur lain yang bisa kamu jadikan sebagai teman," ungkapnya dengan suara yang sedikit kencang agar sang lawan bicara dapat mendengar.
Ama terdiam tapi pandangannya masih tertuju pada sang pemuda yang kini masih setia berdiri di hadapannya. "Kak Badri ngapain di sini?"
Pemuda yang disapa Badri itu pun mengukir senyum kecil. "Kok Kak Badri, kenapa gak Kak Hadad?"
Gadis itu berdiri dan kini mereka saling berhadapan di tengah hujan deras yang semakin mengguyur. "Hadad artinya guntur, nama itu selalu mengingatkan Ama sama seseorang."
Hadad terkekeh dan mengangguk paham. "Kenapa malah hujan-hujanan di sini? Orang-orang lagi berteduh dan berbahagia atas pernikahan kakak kamu."
Ama meringis, bola matanya berkeliaran ke sana-kemari lantas secara spontan ia pun menggigit bibir bagian dalam, gugup. "Ama suka hujan," katanya singkat.
"Sama Kak Badri suka? Kan artinya hujan juga," cetus Hadad yang membuat bola mata Ama terbelalak tak percaya.
Ama meraup wajah yang basah guna melihat Hadad lebih jelas lagi, tapi pemuda itu malah memalingkan diri darinya. "Ama bukan mahrom Kak Badri, gak boleh ngomong suka-sukaan, nanti gak jadi."
"Jadi?"
Gadis itu mengangguk lantas menunduk resah dan menggerak-gerakkan tubuhnya untuk meredam kegugupan. Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah sang ayah memutuskan untuk tidak melanjutkan proses ta'aruf di antara keduanya.
Tak kunjung buka suara akhirnya Hadad pun memberanikan diri untuk berbicara. Namun sebelumnya ia meyakinkan diri, bahwa ini adalah waktu yang tepat dan tak boleh disia-siakan lagi.
"Ta'aruf?"
Ama mematung, ia terkejut bukan main. Secepat itukah dirinya mendapatkan pengganti? Hatinya masih meragu tapi pada saat ia melihat ke sudut kanan, di sana berdiri seluruh keluarganya dan juga keluarga Hadad, bahkan sang ayah mengisyaratkan untuk ia segera menjawab.
"Ulang coba, Kak, Ama gak denger tadi," kilahnya yang Hadad balas dengan kekehan ringan.
"Ta'aruf?"
"Siapa takut!"
-SELESAI-
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamualaikum semuanya ... Alhamdulillah atas izin Allah Ta'ala aku bisa menyelesaikan karya solo ke-tujuh dengan tenggat waktu 1 Bulan pas, yakni dari 18 Juli 2020 s/d 18 Agustus 2020. Terima kasih untuk teman-teman yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca, memberikan dukungan berupa vote dan juga komentar. Semoga ending-nya tidak mengecewakan yah :)
Oh ya, mungkin ada uneg-uneg atau berupa kesan/pesan yang bisa kalian ambil dalam cerita ini? Boleh dong di-share di kolom komentar, hehe.
Sampai ketemu lagi di cerita baru yah, tapi mungkin aku mau libur dulu beberapa hari. Otak lumayan ngadat dipake setiap hari buat mikir dan ngetik. Sekali lagi terima kasih banyak, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh🤗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top