6
Haloooo vote dan komennya ditunggu yaaaa.
Nggak bosan-bosan aku bilang bagi yang mau pesan CCM, HNM, KM versi cetak bisa ke aku yaaa. Ebooknya juga ada. Silakan DM aku aja yaaaa
Happy reading!!
--------------------------------------------------
Argh! Sial! Sial! Menyebalkan! Posisiku benar-benar memalukan sekarang. Seperti yang aku jelaskan sebelumnya bahwa di samping kananku adalah Kewa dan di sampingnya lagi adalah Angkasa. Karena adegan jatuh tak disengaja ini alhasil posisiku sekarang adalah terlentang di antara kedua tangan pria yang kusebutkan. Tangan Kewa menahanku pada area perut, sedangkan tangan Angkasa menahan pundakku. Untungnya mereka menahanku, kalau tidak pasti tubuhku akan terjerembab ke lantai atau mungkin saja tubuhku dengan Angkasa akan menempel. Huh!
Jantungku sudah mati rasa sepertinya karena ini benar-benar memalukan. Untungnya adegan mematung kami semua berhenti karena secara perlahan Donal, Menuk, dan Opey berusaha membantuku berdiri. Begitu juga dengan Kewa yang terlihat kagok karena sudah menahan perutku. Pasti ia merasakan lemak-lemak di perutku. Huaaa apes sekali sih.
Kini, aku sudah berdiri utuh. Teriakan pria di timku secara otomatis mengundang pandangan dari tim-tim lain. Mereka mendekati kami dan ricuh bertanya ada apa. Tapi Donal langsung bertindak dengan bilang tidak apa-apa dan mengusir mereka lembut. Tentunya hal itu membuat pandangan sinis menghampiri kami. Ya apa boleh buat.
"Jyo, lo buat gue jantungan deh." Ujaran Donal memecahkan keheningan sejenak di antara kami.
"Parah. Untung tangan Kewa cepat nangkap Jyo. Kalau nggak kaki Jyo bisa berdarah lagi deh," timpal Menuk.
"Ampun, Jy. Lo benar-benar bisa buat ketar-ketir gini," ungkap Opey sembari mengelus dadanya. Napasnya naik turun.
Ya sama sih halnya denganku. Dipikir aku tidak panik dan degdegan apa. Tadi itu benar-benar seolah ada diriku yang lain menggerakkan diriku. Bagaimana tidak. Angkasa menelpon Goana! Bahkan dia mengobrol dengannya. Ya ampun, tak kusangka bahkan sampai sekarang mereka masih berkomunikasi. Hubungan mereka mesra sekali ya sepertinya. Huhu, entah kenapa mengetahui ada yang sedikit perih di sini. Nunjuk hati.
"Maaf, tadi kepeleset," alasanku. Untungnya di tengah adegan tak jelas tadi, tanganku berhasil menangkap ponsel Angkasa. Kutelan ludahku berharap ia tak berkata yang aneh-aneh. Maklum, karena sekarang yang kulihat Angkasa sedang termangu kaku. Ia pasti syok sekali tadi. Aku pun menyerahkan ponselnya yang kulihat layarnya sudah menggelap. "Nih, Mas," ucapku.
Angkasa tersadar dan langsung menerima ponselnya. Ia pun melihat layar ponsel dan terlihat langsung mengetik sesuatu. Hmmm, pasti ia akan mengabarkan pada Goana apa yang terjadi barusan. Mataku tiba-tiba melotot. Jangan sampai ia menyebut namaku dan menanyakan soal Goana. Tapi dugaanku salah sepertinya karena Angkasa meletakkan ponsel ke dalam saku celananya. Fyuuh... lega....
"Oke. Sebaiknya sekarang kita mulai aja pekerjaan kita. Di sini buddy-nya Kewa kan? Tolong lo ajarin dan kasih tau hal yang bisa dia kerjain atau baca-baca ya. Ntar sorean kita meeting dan Jyora bisa kasih tahu apa aja yang udah lo pelajari hari ini. Oke?" tanyanya yang terlihat sekali sedang berusaha tenang.
Kewa dan aku hanya menganggukkan kepala tanda mengerti. Entah kenapa suasana mendadak mencekam karena suasana hening menyelimuti kami. Angkasa kembali fokus pada laptopnya. Begitu juga dengan Menuk, Opey, dan Donal. Sementara Kewa pun mulai memberikanku beberapa file yang bisa dibaca mengenai pekerjaan yang akan kuhadapi nanti. Suasana sejenak tampak seperti orang-orang profesional yang sedang bekerja.
"Kalau ada yang nggak lo ngerti, bisa tanya gue ya, Jyo," pesan Kewa. Aku mengiyakannya dengan senyum yang kupasang sesopan mungkin.
Untuk saat ini sebaiknya kulupakan perkara tinder. Termasuk perkara Angkasa. Angkasa hanya masa lalu. Begitu juga dengan Donal dan Kewa. Mereka murni teman tinder yang mulai detik ini akan menjadi mitra kerjaku. Beberapa selang waktu berlalu, suasana perlahan mulai ricuh. Mulai dari pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari mulut mereka ke anggota yang lain. Seperti ....
"Lo kemarin ngerjain request-nya si Nurma kan? Gue bisa liat query-nya nggak?" Atau ....
"Ada yang pernah ngerjain proyek Igun divisi Marketing tentang performance tahun lalu? Gue butuh nama table-table-nya nih."
Dan masih banyak lagi di mana jujur aku tak paham mereka sedang membicarakan apa. Table? Query? Apa itu? Kuhela napasku. Susah sepertinya aku mengikuti pola mereka. Wajah mereka benar-benar serius ketika melihat laptop. Dahi mengerut, berlipat, tangan yang sesekali memijat dahi. Hmmm, sepusing itu kah? Terutama Angkasa. Berkali-kali ia merundukkan wajahnya dengan posisi kedua telapak tangan yang meremas wajah dan berakhir ke rambut bergelombangnya.
Ah iya, aku belum memberi tahu kalian semua tentang rupa dan bentuk mereka. Akan kunilai berdasarkan pengamatan pertamaku ya.
1. Angkasa. Rambutnya tidak berubah. Tetap bergelombang hanya saja dulu aku tidak pernah melihatnya gondrong. Sekarang bisa dikatakan gondrong sebahu. Kulitnya tetap hitam seperti dulu. Walaupun begitu, bibirnya ternyata sangat merah ya. Hidungnya juga mancung. Hmmm, ketampanannya kuakui tidak luntur sama sekali. Aku juga baru kali ini memandangnya sedekat ini. Biasanya selalu dari jauh. Ternyata tangannya penuh bulu, bo!
Kugelengkan kepalaku cepat. Astaga, Jyo! Apa yang dirimu pikirkan sih?! Beralih ke pria di sebelahku.
2. Arkewa alias Kewa. Rambutnya lurus benar-benar jatuh seperti iklan shampo. Bahkan ia memiliki poni yang sekali ia goyangkan kepalanya akan otomatis ikut melayang. Rambutnya sepanjang telinga. Kulitnya putih. Hidungnya juga mancung. Kewa memang kuakui ganteng bahkan sekarang ia jauh lebih ganteng daripada beberapa tahun silam ditambah dengan lesung pipinya itu. Padahal dulu aku dan Kewa hampir jadian, tapi dirinya yang tiba-tiba menghilang tanpa jejak tentu saja menggagalkan hal itu. Sebenarnya Kewa menyebalkan sih kalau kupikir-pikir. Tapi yasudahlah, tak perlu dipikirkan.
Sekarang giliran ....
3. Donal. Pria yang selalu baik. Dulu ia memang tidak seberisi sekarang. Rambutnya cepak. Ia bahkan menggunakan gel untuk membuat rambutnya tegak berdiri. Donal tidak jelek. Hanya saja karena tubuhnya yang gemuk jadi menutupi wajah okenya. Tubuhnya juga tinggi setara dengan Angkasa dan Kewa. Hidungnya juga mancung kok kalau kuperhatikan sedekat ini.
4. Menuk. Pria yang biasa saja berkulit hitam berwajah agak sangar. Hidungnya biasa saja. Tidak mancung tidak pesek. Tapi ia tidak jelek dan sepertinya tubuhnya tidak lebih tinggi dari para pria yang sudah kesebutkan tadi.
5. Opey. Hmmm dialah pria terstandar di sini. Bukan bermaksud menghina. Rambutnya plontos. Ia memakai kacamata. Tubuhnya juga kecil, tapi sekali tertawa beuuuh suaranya lah yang paling menggelegar di antara kami. Tapi wajahnya juga lucu kok. Kalau tertawa matanya hilang.
Ya, itulah pria-pria yang akan memenuhi hari-hariku selama aku bekerja di sini. Pria yang dulu kusuka dan menjadi alasan kenapa aku menginstall tinder, pria yang meninggalkanku di saat aku mulai baper, pria yang kutinggalkan dan kulupakan karena tingkahnya yang super annoying, pria sangar berhati hello kitty, dan pria yang tidak melihat tempat jika melontarkan kalimat apa pun. Semuanya bisa kuamati dalam waktu hampir sehari bersama mereka.
Sampai akhirnya ....
"Jyo, ayo makan siang. Gue sama anak-anak mau makan nih di bawah," ajakan Kewa menyadarkan lamunanku.
Sepertinya aku tidak bisa, "Gue bawa bekal, Wa," aduku. Ya, karena ini hari pertamaku, Mama begitu semangat masak pagi buatku. Kewa, Donal, Menuk, dan Opey semuanya berdiri. Mereka mengerumuniku.
"Wah sama kayak Angkasa dong. Dia jarang ikut turun bareng karena bawa bekal terus," sambung Opey. Mendengarnya membuatku menoleh memandang Angkasa.
Ia menatap kami sebentar lalu kembali melihat laptop sembari mengeluarkan kotak bekal dan sebuah tumbler yang detik itu juga membuatku membeku. Dadaku berdenyut memandang tumbler tersebut. Serius, aku ingin menangis memandangnya. Itu kan ....
"Iye. Dimasakin sama ceweknya terus tiap hari. Gimana mau turun coba?" timpal Menuk.
"Ce--cewek?" Ya ampun, kenapa aku malah bertanya seperti ini? Tapi tak kupungkiri hatiku sakit mendengarnya.
"Lo lihat tuh tumblernya. Itu semenjak join di sini, tumblernya nggak pernah ganti. Katanya sih itu tumbler idaman."
Kepalaku kembali menoleh memandang Angkasa yang tampak acuh dengan obrolan kami. Kini ia malah mulai melahap makanannya dan meneguk minuman dengan tumbler itu. Ya Tuhan, Goana jahat. Dia benar-benar jahat sekali.
"Beneran, Mas?" tanyaku pelan. Ya, aku tak kuat untuk tidak menanyakannya langsung.
Angkasa pun menatap kami satu per satu. "Kenapa, Jy?" tanyanya.
"Beneran sama yang dibilang Menuk barusan?" tanyaku lembut.
"Tentang apa ya?" tanyanya lagi.
Ia sepertinya benar-benar pria yang sama sekali tak peduli akan keadaan sekitar. Ia tak akan bergabung mengobrol dengan kami selama dirinya tidak diikutkan dalam percakapan kami. Ya, seperti sekarang.
"Itu tumbler dari cewek lo kan?" Kali ini Donal yang bicara.
"Kenapa emang?" tanyanya balik.
"Nggak apa-apa. Jyo nanya," jawab Donal.
Mataku sontak memelototi Donal. Buat malu saja sih.
"Iya," jawabnya singkat.
Ya Tuhan, tubuhku seketika lemas. Ceweknya Angkasa? Mereka jadian? Mereka pacaran? Goana benar-benar jahat. Dia perebut! Huaaaa! Entah kenapa, mendengarnya membuat emosiku naik. Aku segera berdiri. Kutatap mata Angkasa dalam. Melihat dirinya seolah ada Goana di sampingnya dan itu benar-benar membuat amarahku meluap tak mampu terkontrol.
"Mending lo tanya cewek lo deh. Beneran nggak itu dari dia? Jangan ngaku-ngaku doang. Tanya dia belinya di mana dan harga berapa?!" Aku pun segera membalik badanku. Kuambil bekalku dan kupeluk. "Gue ikut kalian ke bawah ya!" Dan aku segera melangkahkan kakiku cepat. Meskipun rasanya perih, tapi kutahan sekuat mungkin.
Aku pun terus berjalan sampai akhirnya aku berhenti di depan lift. Emosiku benar-benar tak mampu kutahan. Goana menyebalkan! Ternyata dia jadian dengan Angkasa coba! Dia merebut Angkasa dariku! Bahkan tumbler yang dulunya merupakan titipan dariku untuk diberikan ke Angkasa, dia akui sebagai tumbler dirinya. Jahat! Seandainya dulu aku tidak sepolos dan sebodoh itu. Asli, dirimu bodoh sekali, Jyooo. Air mataku bahkan tak sengaja turun. Setelah bertahun-tahun melupakan Goana, tak kusangka aku akan menangis lagi akibat perbuatannya. Goana, sialan!
"Jyo, lo nggak apa-apa?"
Pertanyaan dari seseorang di belakangku mengagetkanku. Kutoleh kepalaku cepat. Ternyata yang bertanya adalah Donal. Ia menatapku cemas. Dan mataku membesar ketika melihat di sampingnya ada Kewa, Menuk, dan Opey yang sedang memandangku bingung. Seketika aku tersadar. Putaran kejadian barusan kembali melintas di pikiranku. Apa yang barusan aku perbuat?!
"Lo gila, Jyo. Hari pertama kerja udah berani bentak-bentak Angkasa. Juara lo," tambah Opey sembari menepuk tangannya tanpa suara.
Ya Allah, ini gila. Jantungku langsung bekerja ekstra saat itu juga. Napasku naik turun cemas. Mataku pun mulai berkaca-kaca. Allahuakbar! Kenapa aku bisa kelepasan begitu sih?!!!
"Udah udah. Yuk, makan. Ada gue, tenang," ujar Kewa sembari merangkul diriku dan membalikkan tubuhku karena di saat yang bertepatan lift terbuka. Lalu ia mengajakku berjalan disusul Donal, Menuk, dan Opey.
Aku cuma terpelongo bingung sampai-sampai ujaran Kewa tak aku gubris. Astaga, satu-satunya yang ada di pikiranku sekarang adalah bagaimana menghadapi Angkasa setelah makan siang ya? Argh!!! Pengen resign aja deh. Hiks!
***
PLIS TANGGAPANNYA DONG UTK CHAPTER INIIII
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top