Sekilas Tentang Fahim
Aku gak begitu ingat sih. Tapi kata Umma, saat usiaku bahkan belum genap satu tahun, aku udah divonis menderita penyakit jantung bawaan tipe Atrial Septal Defect dan Ventracular Septal Defect. Entahlah aku ini enggak begitu pinter ngejelasin sesuatu. Apalagi itu berbau medis kayak gini. Pastinya sih ada lubang pada alat pemompa darahku waktu itu.
Saat usiaku menginjak tiga tahun, aku harus menjalani dua kali operasi besar. Operasi pertama yang dijalani cukup lancar. Lubang di area bilik dan serambi jantungku emang berhasil ditutup. Tapi, pasca operasi itu aku mengalami Aritmia, irama detak jantungku jadi lemah gitu, deh katanya. Hal itu membuat aku kembali ke ruang operasi untuk pemasangan Permanent PaceMaker. Semacam alat pacu jantung gitu.
Setelah 9 tahun hidup ditemani alat pacu jantung, akhirnya berkat doa dan usaha orangtua dan saudara-saudaraku yang enggak ada putus-putusnya, aku dapat donor jantung. Nah, pas aku umur 12 tahun, empat tahun lalu tepatnya, aku lagi-lagi harus masuk ke ruang operasi buat melakukan transplantasi jantung.
Alhamdulillah, udah 4 tahun sejak operasi transplantasi itu dilakukan, aku bisa hidup normal dengan jantung baruku ini. Salah satu hal yang patut aku syukuri sepanjang hidupku. Tapi, itu bukan berarti aku terlepas dari segala hal berbau medis. Setiap enam bulan sekali aku tetep harus pergi check up ke rumah sakit.
Beberapa bekas sayatan di bagian dadaku adalah bukti betapa aku ini penuh dengan keterbatasan. Membuat aku berpikir bahwa aku cukup tau diri untuk bermimpi lebih.
Aku tau, sejak lahir aku ini hanya bisa membuat Umma dan Abba menderita. Mereka harus mengorbankan banyak hal untukku. Taulah, biaya pengobatanku itu gak bisa dibilang murah meriah. Untuk biaya operasi terakhirku saja, Abba harus bekerja dua kali lebih keras dan Umma sampai harus melelang beberapa properti rumah. Bahkan Abang Wahid harus menunda kuliahnya sebab dana pendidikannya Umma pakai dulu untuk biaya pengobatanku.
Aku tau, hidupku ini unfaedah banget! Makanya aku ini gak pernah berani meminta lebih sama Umma dan Abba. Aku tau dirilah, Umma dan Abba mau mempertahankan hidupku aja aku udah syukur banget.
Aku tau, sepanjang hidup aku ini gak akan pernah bisa bikin Umma sama Abba bahagia. Makanya aku cuma pengen di sisa-sisa hidupku ini aku gak mau lagi buat Umma sama Abba juga saudara-saudaraku bersedih dan menangis karenaku.
Setidaknya jika kita tidak bisa membuat seseorang bahagia, maka jangan pernah membuat ia bersedih kan?
Aku cuma mau jadi anak yang baik buat Umma sama Abba. Gitu aja, sih.
....
Btw, Syubbanul Yaum udah bisa diorder di shopee. Search aja di toko orinami.official.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top