Tanpa judul bagian 1


#Haruka POV

Huh ... sudah lama aku tidak mengunjungi ruang latihan ini. Aku merasakan betapa dinginnya semua alat musik yang tersimpan rapi disini. Kini, jemariku sudah jarang menari diatas senar gitarku ini, dan aku akan memulainya sekarang. Irama gitarku berbunyi, dan itu membuatku serasa dibangkitkan kembali.

"Aku selalu sendiri disini,
Mengalunkan gitar yang ku bawa,
Ku getarkan senar gitarku,
Alunan gitar ku dengar ... "

Ya, aku selalu bernyanyi sambil mengalunkan senar gitarku. Kini, aku mulai bersuara, dan lidahku serasa dibebaskan dari penjara penuh kelu.

#Yora POV

Sore itu, aku dan kedua teman laki-lakiku ingin mengunjungi rumah Haruka. Mereka berdua bernama Rokizou Mitsuki, dan Kazama Shin. Ya, mereka terkadang saling adu mulut, tapi itu sudah merupakan kesehariannya. Jam menunjukkan pukul 17.20, dan kami bertiga baru sampai ke tempat tujuan.

"Rumah Haruka-chan sepi sekali." Ucap Shin. Benar, rumahnya tampak sepi, lebih tepatnya tak ada penghuni.

"Sudahlah, Shin, Yora-chan. Kita mau masuk, kan? Ayo." Mitsuki berjalan mendahului kami berdua, lalu masuk ke dalam rumah Haruka. Saat kami masuk ke kamarnya, aku melihat sebuah foto band kami yang tertutupi oleh debu. Aku membersihkan debu yang menutupi warna foto itu, lalu aku melihat secarik kertas yang sudah usang.

"Shin, Mitsuki, sini dulu." Ucapku. Mereka berdua menghampiriku, dan membacakan tulisan yang tercantum di kertas itu bersama-sama.

"Hei, tunggu dulu," Aku dan Mitsuki menatap Shin.

"Ini lirik lagu, Yora-chan. Tapi, kita tidak tahu iramanya seperti apa." Ucap Shin. Lalu, kami bertiga mendengar suara alunan gitar milik Haruka, dan mendengar suaranya.

"Aku selalu sendiri disini,
Mengenggam sesuatu yang ku genggan,
Masa lalu terbayang di pikiranku,
Kau seperti nada ... "

"Itu suara Haruka-chan, kan?" Tanya Shin meyakinkan.

"Mmm ... sepertinya iya, Shin. Kita harus ikuti suara itu." Ajakku, dan kami bertiga keluar dari rumah Haruka sambil membawa kertas yang aku baca tadi.

#Haruka POV

"Seuntai kata aku lontarkan,
Di ruangan yang gelap dan hampa ini,
Ku pendam semua kalimat,
Yang ingin ku sampaikan ... "

Aku mengerti tentang perasaan Yora yang iri hati padaku. Aku ingin mengatakan sesuatu, tapi aku harus memendamnya. Ternyata, Tuhan berkata lain.

"Ku ucapkan melalui laguku,
Ku alunkan gitarku dengan lembut,
Symphony ... Symphony,
Itu kata terakhirku ... "

Entah kenapa saat aku mengatakan kata "Symphony", aku jadi teringat masa lalu. Masa lalu yang mengukirkan senyum kebahagiaan untukku, juga untuk Yora.

#Author POV

Flashback!

Di gakuen Izu, lebih tepatnya di ruang musik, mereka berempat telah selesai berlatih dalam bentuk sebuah band, Sekigahara band yang selalu orang dengar.

"Wiuh ... akhirnya lagu kita yang baru telah selesai dicoba." Ucap Haruka.

"Wow ... kau memang pantas dijuluki si pencipta lagu terkeren, Haruka-chan." Puji Shin. Hal itu membuat Haruka tersipu malu, terbalik dengan Yora yang merasa iri pada Haruka.

"Cih ... kenapa Haruka mulu yang di puji? Aku merasa terabaikan, Haruka." Geram Yora dalam hati. Mereka bertiga menatap Yora dengan bingung.

"Kau kenapa, Yora? Tidak suka, ya?" Tanya Haruka.

"Eh, tidak. Aku suka lagunya, Haruka. Hehehe ... " Jawab Yora dengan senyum paksa.

"Oh ... kirain apa. Eh, siapa yang mau ke kantin? Aku mau titip makanan." Tanya Haruka.

"Aku ada urusan sama guru olahraga." Ucap Shin. Memang, Shin adalah seorang drummer sekaligus pemain basket yang terkenal dengan kelincahan dribbel, juga ketampanannya.

"Um ... hari ini aku ada latihan paduan suara, Haruka. Gomen ne." Ucap Yora. Dia adalah seorang guitaris, dan seorang dirigen dalam paduan suara.

Mereka bertiga menatap Mitsuki dengan tatapan mengancam.
"Kau mau kemana, Mitsuki?" Tanya Shin.

"A-aku ... huh, iya. Aku mau ke kantin." Ucap Mitsuki cemberut. Dia adalah seorang pemain bass yang suka ngemil, walaupun tubuhnya tidak akan gemuk.

"Oke, aku titip beli roti sandwich, tapi ada kentangnya. Boleh? Nanti aku yang bayar, tenang aja. Kamu bayar punyaku dulu." Pinta Haruka.

"Emang kamu mau kemana, Haruka-chan?" Tanya Mitsuki.

"Aku mau ke perpustakaan, mau kembaliin buku pinjaman. Aku duluan, ya? Bye!" Haruka pun pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Um ... aku juga mau pergi. Mitsuki, ayo." Shin dan Mitsuki pergi meninggalkan Yora sendiri.

"Cih, pergi sana." Gumamnya, lalu mengambil buku diary yang ada di rak lirik lagu beserta pulpen yang terselip di tengah buku. Ia menuliskan kejadian yang tadi.

Yora menutup diarynya, dan menyimpannya begitu saja di atas kursi.

"Duh ... haus. Aku mau ke kantin ah." Yora lupa akan buku diary yang belum diselipkan di rak lirik lagu. Tak lama kemudian, Haruka datang sambil membawa buku dan pulpen. Namun, ia melihat buku diary di atas kursi.

"Huh?" Haruka mengambil buku itu, dan menatap covernya. Ia celingak-celinguk agar tak ketahuan oleh siapa pun, lalu kembali menatap cover buku itu.

"Buku punya siapa?" Haruka membuka buku diary, dan membaca catatan harian yang terakhir.

"Dear diary ...

Kenapa selalu Haruka yang dipuji? Sedangkan aku tak pernah dipuji oleh mereka bertiga. Aku akui, lagu yang dia ciptakan memang bagus, tapi tak seharusnya ia dipuji terus. Aku selalu memujinya, tapi kenapa aku tak dipuji sama sekali? Aku merasa terabaikan. Haruka, apakah aku sudah kau anggap tidak ada?"

-Samune Yora-

Hal itu membuat hati Haruka serasa sakit bagai diiris oleh samurai. Seketika, air mata Haruka menetes membasahi pipinya.

"Kenapa kau tidak mengatakan hal ini sebelumnya? Aku merasa senang jika kau mengatakan yang sesungguhnya saat itu, tapi sekarang aku tak bisa." Ucap Haruka dalam hati.

Yora kembali sambil meminum soda kaleng. Mereka saling menatap dengan dingin.

"Kau sudah membacanya?" Tanya Yora dingin. Haruka langsung menghapus air matanya.

"Ya ... aku tidak sengaja membaca catatan harianmu. Lagipula, untuk apa aku harus membacanya? Itu benar-benar membuang waktu, kan?" Ucap Haruka berbohong.

"Temui aku di taman Tokyo, Haruka." Yora pun pergi meninggalkan Haruka.

"Gomenasai, jika aku menyakiti hatimu dan tak pernah mengartikan perasaanmu, Yora. Gomen ne." Ucap Haruka.

******

2 tahun berlalu ...

Satu per satu personil band hilang karena mengikuti kemauan orang tuanya, hingga tersisa Haruka sendiri. Saat itu, ia mengalami penyakit syaraf pusat, dan dimulutnya dimasuki selang untuk minum karena mulutnya sudah tak bisa terbuka lagi. Ia tak bisa berjalan, menelan, bahkan melirik pun ia tak bisa lagi. Tubuh yang masih berfungsi hanyalah mata dan tangan.

Di kamarnya, Haruka menuliskan sebuah lagu yang tidak diketahui oleh Shin, Mitsuki, dan Yora.

"Gomenasai, minna-san. Aku tak bisa menahan penyakitku lagi, dan mungkin beberapa hari lagi aku akan pergi tinggalkan dunia. Maafkan aku karena tak bisa memberitahu kalian, ah lebih tepatnya tak ingin memberitahu. Aku tak ingin kalian menangis untuk menyambut kepergianku, itulah alasanku. Dan saat itu aku menutupi penyakitku ini yang sudah lama aku derita dari kalian bertiga. Tapi, aku akan selalu mengingat kalian dengan satu kata. Symphony, hanya itu sebagai eratnya hubungan kita di band saat itu. Aku ingin kalian membaca surat ini, dan mengartikan laguku yang aku tulis sebelum ku pergi. Semoga kalian suka dengan laguku ini \(>•<)/

Arigatou gozaimasu to sayonara, minna-san."

-Ichirune Haruka

Setelah Haruka menuliskan surat dan lagu, ia meminta ibunya untuk memberikannya pada ketiga personil saat datang ke Jepang. Dunia gelap mulai menghampiri pandangan Haruka, dan hembusan terakhir terdengar. Suara tangisan histeris ibunya beserta keluarga menghiasi duka keluarga Ichirune.

******

Di pemakaman, Haruka dimakamkan dengan hujan deras dan suara tangisan ibunya.

"Beristirahatlah dengan tenang, Haruka." Ucapnya.

Flashback End!

#Yora POV

Kami terus mengikuti suara Haruka, dia ada di gakuen Izu. Kami terus mengikutinya, walaupun banyak anak tangga.

"Satu per satu telah hilang,
Hingga tinggal diriku sendiri,
Ku tulis dan ku rekam laguku,
Sebekum ku pergi ... "

Baanngg!! Kami telah sampai di atap sekolah dan ya, ada Haruka sedang mengalunkan gitar.

"Haruka." Ucapku.

"Eh, ada surat yang terselip disini." Ucap Shin. Kami bertiga membacakan surat itu, dan aku baru tahu kalau sebenarnya Haruka menderita penyakit syaraf pusat yang sudah lama menggerogoti anggota tubuhnya.

"Seuntai kata aku lontarkan,
Di ruangan yang gelap dan hampa ini,
Ku pendam semua kalimat,
Yang ingin ku sampaikan ... "

"Haruka, apa maksud semua ini?" Tanyaku setengah berteriak.

"Ku ucapkan melalui laguku,
Ku alunkan gitarku dengan lembut,
Symphony ... Symphony,"

Aku langsung berlari menghampiri Haruka, tapi Haruka berjalan menghampiriku. Aku berhenti melangkah, dan tubuh Haruka ...

"I' ll hope you happy ... "

Tubuh Haruka menembus tubuhku, ternyata dia adalah jiwanya. Ia berhenti melangkah, dan berkata tanpa melirikku.

"Aku mengerti perasaanmu, Yora. Kau merasa sangat terabaikan. Sebenarnya, akulah yang merasa terabaikan. Lihatlah orang di sekitarmu, banyak yang ingin berteman denganmu. Sedangkan aku hanya terbaring di tempat tidur, dan menatap langit-langit kamarku. Kau masih beruntung, dan kini kau sudah mempunyai banyak teman. Semoga kau merasa senang dengan kepergianku, Yora." Ucap Haruka, lalu pergi menembus tubuh mereka berdua.

"Kalian berdua, terus populerkan band kita. Shin, kau pasti bisa menciptakan lagumu tanpa aku. Mitsuki, jaga Yora baik-baik." Ucap Haruka lagi tanpa melirik.

"Symphony ... "

Kata itu benar-benar menggema ditelingaku. Aku berbalik menatap Haruka yang pergi seiring bulir cahaya putih yang mengelilingi tubuhnya.

"Haruka ... " Ucapku. Symphony, kata itu akan selalu ku ingat sampai Tuhan memanggilku untuk pergi meninggalkan dunia. Tidak semua orang yang populer itu tidak punya penderitaan yang dialaminya sejak lama. Seperti Haruka, yang merupakan seorang vokalis sekaligus guitaris dan pencipta lagu yang populer ternyata mengidap penyakit syaraf pusat yang menggerogoti anggota tubuhnya.

Bagiku, kaulah orang yang harus dikenang oleh kami semua, Haruka yang mempunyai kerja keras yang tinggi.

"Symphony ... Symphony ... I' ll never forget about you ... "

Ya, aku tak akan melupakan tentangmu, Haruka. Rest In Peace, my Symphony.

The End
***********

Semua orang yang mempunyai bakat luar biasa pasti ada satu penyakit mematikan, tapi dengan kerja keras yang tinggi akan membuat semua orang yang berteman dengannya akan selalu di kenang.

Love you all, my symphony

Copyright by : Yushiji
Wattpad : Yushiji

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top