Chapter 9 - Mellifluous
*The art belong to their respective owners
Summary : Hanya salah satu malam sekembalinya Kagome ke era feodal.
Rate : M
Notes: Ide dadakan karena amazing fanart di atas
...
..
.
Lembut.
Bibir merah muda itu begitu halus saat berbenturan dengan miliknya. Sensasi yang melandanya begitu baru dan penuh candu. Inuyasha menutup penglihatan. Kini, ia memusatkan segenap fokusnya pada sentuhan sayang yang diberikan gadis itu di lengan, juga punggungnya.
Bergidik.
Sekujur rambut halus di tubuh Kagome berdiri kala cakar hanyou yang ia cintai bersemayam di pinggangnya, juga menangkup kepalanya. Tiada rasa takut di hati, justru ia mengantisipasi akan kesenangan yang menanti.
Di bawah naungan pondok yang belum lama dibangun itu, Inuyasha dan Kagome bagai terurai dari segala pembatas, tidak ada lagi keraguan jua rasa sungkan. Perpisahan membawa kedewasaan bagi keduanya.
Gravitasi yang menarik mereka kian tak terperi. Pasangan kekasih itu tidak rela memberi secercah pun jarak. Tidak, setelah ribuan hari lebih mereka terkendala masa.
Inuyasha mengambil jeda, menikmati kemesraan dalam keheningan. Kening mereka menempel. Masih dengan mata terpejam, ia merapal nama satu-satunya gadis yang ia idam.
"Hm," sahut gadis bermahkota hitam kebiruan itu dengan suara parau karena gairah.
"Apakah kamu yakin?" bisik putra Izayoi itu dengan napas panas.
Kagome membelai rahang Inuyasha menggunakan hidungnya, ia memiringkan kepala sebelum memulai satu pertautan. Ia mencium Inuyasha dengan mulut sedikit terbuka, ujung lidahnya terselip 'tuk menyapu bibir bawah lelaki itu sekilas.
Jawaban non verbal yang diterimanya sudah lebih dari cukup. Inuyasha lantas mendekap erat gadis itu dan membalas dengan ciuman kental akan hasrat yang melibatkan lidah dan gigi.
Kagome menengadah pasrah kala manusia setengah siluman yang ia puja menyerbu lehernya. Satu dua kecupan dihadiahkan, sebelum berubah menjadi jilatan manja, dan isapan kuat yang membuat si sulung Higurashi mendesah.
Seketika, telinga segitiga di puncak kepala lelaki itu bergerak kecil dan harga diri Inuyasha melambung tinggi.
Desah nan merdu yang meluncur dari Kagome laksana untaian mantra yang menangkap sukma Inuyasha. Lelaki itu lantas tunduk pada suatu tujuan, yaitu keintiman terdalam bersama gadis yang ia cinta seluruh jiwa.
"Inuyasha," panggil miko itu lirih. Tatkala pria itu membuka mata, "Menjadi milikmu adalah harapan terbesarku sejak dulu." Di penghujung kalimat, gadis itu mempersembahkan senyum manis, yang tanpa ia sadari berdampak besar pada Inuyasha.
Lidah pria itu kelu, netra emasnya ikut tersengat tatkala sanubarinya tersapu oleh setitik bukti dari kasih murni Kagome untuknya semata. Si penyandang Tessaiga kehilangan kemampuan untuk berkata-kata. Ia meminta persetujuan dengan melafalkan rapsodi pribadinya, "Kagome ... "
Sebagai respons, gadis itu mengangguk haru. Manik biru kelabunya berkaca-kaca oleh pelampiasan kedukaan saat terpisahkan zaman.
Rengkuhan kian intens, demi mengganti hari-hari memilukan dalam penantian. Dengan putus asa, Kagome berusaha melebur dalam afeksi, Inuyasha mencoba berbagi kehangatan. Pakaian yang dikenakan keduanya mendadak menjelma menjadi rintangan. Bunyi kain yang berjatuhan di lantai menjadi awal dari begitu banyaknya malam yang menandaskan kerinduan.
.
~InuKag~
.
Minna saiko arigatou,
28/12/2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top