Chapter 4 - Minutiae Part I

Rated: K.

Setting: Canon Universe.

Summary: Mari, sejenak kembali ke awal, tatkala sanubari sukar mengartikan rasa dalam bentuk kata, saat apa yang dikandung oleh hati tak mampu dilisankan namun terlihat dalam perbuatan.

Notes: Minutiae adalah kumpulan drabble yang berdasarkan my fav scene of InuKago di canon (yang kemungkinan hanya tersirat atau yang hanya ada di manga). Hope u enjoy it.

***

**

*

"Tidak salah lagi, ini baunya," gumam Inuyasha. Ia berhenti mengendus, menjauhkan hidungnya dari permukaan bumi, lalu menegakkan tubuh. Tak jauh dari tempatnya berada, ia menemukan sesuatu tergeletak di tanah. "Baju gadis itu. Sialan, dia benar-benar pulang."

Inuyasha berdiri, memandang mulut sumur tua itu. Desa telah diserang, Kaede terluka, karena alasan tersebutlah ia harus menemukan dan menyeret bokong gadis itu kembali.

Sepenuhnya, manusia separuh siluman itu yakin, persis di tempat itu harum si gadis berisik menghilang. "Di sini!" Ucapnya sambil melompat masuk.

Dalam waktu singkat, cahaya biru lembut pertanda lorong waktu yang menghubungkan dua zaman menyambutnya.

.

.

.

Ketika mengetahui maksud kedatangan Inuyasha, Kagome bersikeras untuk tetap tinggal di rumah. Akan tetapi, setelah putri tertua di keluarga Higurashi itu melihat sehelai rambut milik musuh yang menempel di haori laki-laki itu dan lebih banyak rambut lagi di bangunan kecil tempat sumur keramat di zaman modern itu berada, ia malah meminta untuk segera kembali ke era feodal.

Kala itu, sang inu hanyou mengenali keberanian besar dan tekad yang kuat untuk menjauhkan orang terkasih dari bahaya di wajah Kagome. Oleh karena itulah, putra Izayoi memberikan jubah tikus api yang melekat di tubuhnya untuk gadis itu.

Pertikaian pertama Inuyasha bersama kenalan barunya sebagai tim tidak berjalan lancar. Dengan jutaan helai rambut yang tak kasat mata, sang lawan tidaklah mudah ditaklukkan. Dengan demikian, pemuda itu menerima satu tebasan dan dua luka tusuk di badannya.

Tapi, lagi-lagi, gadis bodoh itu mengejutkannya. Meski disambar api dan di ancam pedang oleh siluman yang mendeklarasikan keabadiannya, nyali Kagome tidak serta-merta mengerut. Pemilik mata biru kelabu itu terus berjuang menggunakan kemampuan miko yang masih mentah serta kecerdikannya.

Dengan cepat, gadis itu menemukan titik lemah Yura.

Pada akhirnya, youkai wanita itu terkalahkan dan beberapa pecahan shikon no tama berhasil mereka rebut kembali.

Setelah pertarungan, Inuyasha memperhatikan gadis berpakaian tak biasa itu berjongkok, lalu mengambil kepingan bola empat arwah yang terkumpul di dalam kantung kecil berwarna merah. Suara femininnya lirih, hanya sebatas gumaman pada diri sendiri tapi, tentu saja, itu sudah terdengar lantang bagi indra pendengarannya yang sensitif. "Perlu waktu berapa lama untuk mengumpulkan semua pecahan ini?"

Melupakan semua penolakan juga perdebatan di antara mereka, Kagome menyatakan kesediaannya 'tuk mengumpulkan kembali permata itu.

Bertambah satu hal lagi yang ia hargai dari gadis itu.

Disaat itulah, Inuyasha menyadari bahwa waktunya telah tiba. Waktu untuk salah satu perkara yang tak dapat dianggap enteng di dalam hidupnya. Waktu untuk mengaitkan diri dalam satu hubungan dekat yang mereka sebut sebagai pertemanan. Waktu untuk menghormati gadis itu dengan hadiah terindah yang telah diberikan oleh kedua orang tuanya.

"Ayo," melalui sudut mata, bersamaan hela napas, berusaha terdengar wajar, untuk kali pertama, Inuyasha melafalkan nama indah itu, "Kagome."

*IYxHK*

End notes: Live Stage yg 'wow' dan manga Inuyasha bahasa Indonesia (yang terbit ulang) lah yg membuahkan drabble ini.

For all reader, minna saiko arigatou.

Originally published 01/12/2017

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top