Bagian III : Like a Dream

Angin berhembusan begitu kencang di temani kepulan asap berwarna abu-abu hingga memunculkan dua sosok dari balik asap itu. Terlihat Jihyo yang terbatuk-batuk, bahkan dirasa tubuhnya ingin terjatuh karena tidak bisa menahan diri setelah menggunakan transportasi sihir. Jihyo sungguh lebih memilih berjalan kaki daripada menggunakan bilik telepon sihir. Tubuhnya seakan disedot dan kepalanya serasa diputar-putar. Jihyo bahkan ingin muntah dibuatnya.

Akan tetapi, melihat Twinkle yang tampak santai, membuat Jihyo tidak bisa berkata-kata. Walau mungkin Twinkle sudah terbiasa, bilik telepon itu tetaplah menyebalkan. Sembari menghentikan batuk, tatapannya tertuju pada Twinkle yang mendekat.

"Nona Muda, apa kau baik-baik saja? Astaga, saya tidak menyangka jika efeknya akan seperti ini," ucap Twinkle ingin memegangi Jihyo, tetapi sang empu buru-buru memasang tameng, tidak ingin didekati.

"Aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir. Hanya saja, apa kita memang perlu menggunakan itu?" tanya Jihyo dengan hati-hati. Ia juga merasa dirinya sudah baikan.

Sedikit terkejut dengan pertanyaan majikannya, tetapi membuat Twinkle tersenyum bahagia. Setidaknya, Twinkle bisa melihat rasa penasaran Nona Mudanya hingga bisa menerima fakta bahwa ia harus menetap di Magrinio. Sebuah pencapaian. Alhasil, Twinkle langsung menggelengkan kepala. "Kita bisa menggunakan alternatif lain Nona Muda. Seperti yang saya katakan. Kita bisa menggunakan teleportasi tetapi Nona Muda belum bisa melakukan hal itu sehingga mau tak mau kita menggunakan bilik telepon," jelas Twinkle. Memang, Jihyo bisa sedikit mengerti, tetapi beberapa hal tampak tidak jelas dan Twinkle langsung bisa menangkap kebingungan majikannya lewat raut wajah itu.

"Kekuatan sihir Nona Muda masih disegel. Ini bawaan lahir yang dilakukan oleh Nyonya Josie Chevalier, Ibu Nona Muda. Itulah kenapa Nona Muda harus belajar sihir di Magrinio of Academy bulan depan nanti. Sehingga Nona Muda bisa melakukan teleportasi. Walau saya bisa melakukan hal itu, tetapi saya tidak sanggup membawa seseorang yang tidak bisa melakukan hal yang sama karena kekuatan saya tidak sebanding dengan penyihir berkekuatan besar seperti ibu dan nenek Nona Muda." Twinkle menjelaskan lagi.

"Peri-peri seperti kami ini memiliki kekuatan di bawah tingkat Nona Muda. Sangat di bawah!"

Penjelasan dari Twinkle sudah bisa terserap ke dalam otak Jihyo. Ia mengerti, tetapi dibuat terpaku mendengar nama seseorang yang dijabarkan oleh Twinkle adalah ibunya. Apa wanita bernama Josie benar-benar ibunya? Atau ini hanyalah tipu muslihat? Jihyo tidak tahu benar dan salah.

"Twinkle, soal ibuku ...." Jihyo agak ragu untuk menjelaskan. Saat ini pun, ia hanya menunduk, mengamati pantofel miliknya.

Seakan paham dengan apa yang sang majikan ingin sampaikan, membuat senyum terbit begitu lebar di wajah Twinkle. Perlahan, ia memegang dagu Jihyo dan membuatnya terangkat—cukup tinggi. "Nona Muda adalah gadis dan penyihir bangsawan teratas. Dalam buku etika, Nona Muda tidak boleh menundukkan wajah di hadapan peri seperti saya," ucapnya yang membuat bola mata bulat Jihyo mengerjap.

Lantas Twinkle menganggukkan kepala. "Soal apa yang Nona Muda ingin tanyakan, Nona Muda bisa langsung menyampaikannya pada Madam Lyn. Mari, saya akan mengantar Nona Muda."

Twinkle mengangkat jemari Jihyo, kemudian mereka berjalan begitu anggun dan tanpa Jihyo sadari, ia melihat pagar berwarna perak—begitu tinggi menjulang ke atas dan tampak bercahaya. Jihyo hanya diam saja, mengamati hal yang dilakukan oleh Twinkle. Ia mendorong pintu gerbang—hanya sekali dan terbuka begitu lebar, memamerkan secara langsung sebuah bangunan—seperti istana yang biasa Jihyo lihat di film bertema fantasi—perpaduan warna biru laut, krem dan warna hijau dari rumput-rumput yang berjejer. Bahkan, terdapat air mancur.

Indah sekali. Apa ini nyata? Suara hati Jihyo seakan ingin menjerit mengamati sesuatu yang tampak mustahil, tetapi saat ini begitu nyata. "Tempat ini ...."

"Selamat datang dikediaman Chevalier, Nona Muda." Twinkle kembali memberikan ucapan selamat datang seraya terus menuntun hingga berada tepat di hadapan sebuah pintu. Jihyo hanya diam dengan kedua mata dan mulut yang membulat. Ia tidak bisa membohongi diri mengenai tempat yang saat ini ia pijaki. Jika dibagian luar sudah tampak begitu mengagumkan, apa di bagian dalamnya lebih luar biasa lagi?

Jihyo tidak tahu dan hanya memilih Twinkle yang mengambil alih, menuntun apa yang harus ia lakukan. Bahkan ketika Twinkle mulai membuka pintu dengan pelan, Jihyo tak berhenti terkejut. Termasuk saat ini ketika melihat jejeran wanita mengenakan gaun putih hingga bawah lutut dan jejeran pria yang mengenakan celana biru laut dengan atasan berwarna putih. Mereka menundukkan kepala dan memberikan penghormatan.

"Selamat datang Nona Mudah Chevalier," ucap mereka serempak, membuat Jihyo mengambil langkah mundur. Ia sangat takut dengan kondisi yang saat ini mengelilinginya. Tuhan, apa yang terjadi? sungguh, aku takut saat mereka seperti ini? Aku, aku bukanlah siapa-siapa!

"Kau adalah penerus keluarga Chevalier. Jadi, biasakan dirimu dengan apa yang kau lihat." Sebuah suara seketika menggema, membuat Jihyo sontak menoleh ke arah sumber suara yang berada jauh di hadapannya, pun mereka yang tadi menundukkan kepala semakin melakukannya.

Seketika, Jihyo mengerjapkan mata. Ia melihat seorang wanita dengan juntaian gaun berwarna perak, penuh kerlap-kerlip dengan riasan yang begitu mencolok dan rambutnya yang tersanggul amat indah. Terdapat tusuk sanggul berwarna perak dengan ujungnya yang berbentuk ukiran kuda—itulah yang Jihyo amati hingga ia melihat wanita itu semakin mendekat, menghapus jarak keduanya tanpa sadar, Jihyo langsung menundukkan wajah.

Tubuhnya terasa gemetaran. Kedua bibirnya bahkan kelu, seperti telah diberi lem karena tak mengatakan apapun. Kali ini, Jihyo merasa semakin terintimidasi dengan aura wanita yang begitu berkelas di hadapannya. Ia seketika meresa seperti hama sekaligus sampah secara bersamaan.

Wanita yang memiliki iris mata berwarna perak itu tersenyum miring. Terlihat ia—Madam Lyn Chevalier yang membuat dagu Jihyo terangkat dengan menggunakan kipas tangan berwarna perak yang selalu ia bawa, kemanapun dirinya berada. "Kau harus belajar lebih banyak lagi, Jihyo Chevalier. Dalam buku etika, Nona bangsawan sepertimu tidak pantas untuk menundukkan wajah kepada siapapun dan lagi, jangan takut menatap seseorang yang sepantaran dengan dirimu."

Jihyo yang mendengar itu dibuat mengerjapkan mata. Bingung dan cemas secara bersamaan. Bahkan, dengan gerakan spontan ia memilin ujung sweater sekolah yang ia gunakan. "Aku, maksudku, ini semua terasa asing. Aku tak berasal dari sini," ucap Jihyo dengan gugup. Terlebih saat wanita itu menyebut nama lengkap yang baru ia dengar, memberikan sensasi yang membuat bulu kuduknya meremang.

Jihyo Chevalier? Apa itu memang namaku?

Madam Lyn tersenyum lebar mendengar perkataan Jihyo—cucu satu-satunya sekaligus satu-satunya yang akan menuruskan silsilah keluarga Chevalier.

"Kau adalah Nona Muda Jihyo Chevalier. Kau bagian dari Magrinio dan inilah tempatmu. Kau tidak akan ke mana-mana," ucap Madam Lyn yang berterus-terang.

Dalam sekejap, Jihyo dibuat bergeming. Kalimat itu, seakan memberikan makna bahwa ia tidak akan ke mana-mana. Apa maksudnya, ia tidak akan kembali ke dunia yang selama tujuh belas tahun mengajarkan dirinya untuk bertahan hidup?

Jihyo tidak paham, karena wanita itu hanya tersenyum lalu melirik ke arah Twinkle yang menundukkan kepala. "Twinkle, antar Nona Muda ke kamarnya. Persiapkan dia dan aku akan menyusul beberapa saat lagi."

***

Sejak mengetahui dirinya adalah salah satu penyihir yang sama dengan mereka, bahkan harus menatap di tempat yang disebut Magrinio, Jihyo tidak berhenti untuk terpaku. Suasana dan apa yang ada di Magrinio seakan melempar Jihyo ke dalam kisah kerajaan fantasi. Setelah dikejutkan dengan kediamaan Chevalier, Jihyo tidak tahu harus mengekspresikan diri dengan kamar yang Twinkle jelaskan.

Perpaduan warna yang begitu estetis: biru navy, putih hingga gold yang memanjakan mata. Furnitur-furnitur mewah juga tampak menghiasi, tak membuat mata berkedip. Segala yang ada di sini, membuat Jihyo begitu kagum. Belum lagi, ketika Twinkle membantu untuk mempersiapkan dirinya, menenggalamkan Jihyo dalam keindahan dan kemewahan.

Iris mata cokelat Jihyo dibuat takjub dengan pemandangan tubuh yang sebelumnya berbalut segaram sekolah yang usang, kini berubah 180 derajat. Tubuh ini telah dibaluti sebuah gaun quinceanera berwarna biru muda dengan beberapa detail di bagian dada dan lengan balon pendek, pun menjuntai hingga tumit. Rambut panjang hingga selangka milik Jihyo juga dibiarkan tergerai dengan memberikan hiasan jepitan berbentuk pita yang senada dengan gaun di bagian belakang.

"Sungguh, Nona Muda begitu memukau! Saya tidak sabar menantikan masa debutante Nona Muda di usia 18 tahun nanti," ucap Twinkle yang tersenyum begitu merekah.

Jihyo yang masih mengamati dirinya yang untuk pertama kali mengenakan gaun yang begitu mewah, dibuat sedikit heran. "Debutante?"

Twinkle mengangguk. "Pesta yang diselenggarakan di Kastil Universe. Kastil yang berada di antara bagian pemukiman penyihir cahaya dengan penyihir kegelapan. Pesta yang wajib diikuti seluruh penyihir yang memasuki usia ke-18 tahun sebagai bentuk dari awal perjalanan menuju kedewasaan," jelas Twinkle, pun Jihyo ingin bertanya beberapa hal tetapi sang empu langsung memberikan salam penghormatan.

"Saya minta maaf, Nona Muda. Akan tetapi, Nona Muda saat ini harus menemui Madam Lyn. Tidak lama lagi." Beriringan dengan pintu kamar yang mereka tempati terketuk. Seakan memang paham, Twinkle sekali lagi melakukannya lalu berlalu membuka pintu.

Sangat jelas terlihat seorang wanita yang sama, mereka sebut dengan nama Madam Lyn. Walau sudah diperingati untuk tidak menundukkan kepala, Jihyo tetap melakukannya karena tekanan yang diberikan. Madam Lyn yang mengamati hal tersebut, dibuat menghela napas. Tampak ia yang mencoba untuk tetap tenang. "Jihyo, kau harus mulai belajar mengenai apa yang sudah kukatakan sebelumnya."

Seakan mendapat sindiran secara langsung, Jihyo menghembuskan napas kasar, tampak begitu sulit karena ia merasa serba salah. Namun, ia tetap mencoba. Perlahan, ia mengangkat kepala hinga saling bersitatap dengan iris perak itu.

"Seperti itu, kau harus memperlihatkan kewibawaanmu sebagai Nona Muda Chevalier."

"Bagaimana bisa aku dikatakan sebagai Nona Muda Chevalier? Aku, aku sejak bayi berada di Panti Asuhan Hakyung dan ...." Jihyo tidak melanjutkan perkatannya, membuat Madam Lyn mengangguk dengan perlahan.

"Aku paham dengan apa yang kau katakan karena akulah yang menaruhmu di sana karena itu adalah pilihan yang baik untuk kita semua. Saat itu, kau harus menjauh dari Magrinio. Saat di mana kau baru saja lahir dari seorang wanita yang hanya ingin berjuang seorang diri dan begitu keras kepala. Kala itu, Magrinio bukanlah pilihan tepat untuk membuatmu tetap hidup Jihyo."


Hola, aku baru update disini. Ya, karena fokus sama sebelah, jadi belum bisa rutin up di sini. Tapi, tetap aku usahakan kok, jelas.

Tandain ya kalau nemu tipo🥰🤟

Dan see u di bab selanjutnya. Hayo, yang nantiin scene ML-nya keluar👀 sabar ya, wkwk.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top