Prolog
Siapa tidak kenal dengan kumpulan dongeng '1001 malam' karangan khalifah Harun Ar-Rasyid dan Abu Nawas?
Karangan sastra timur tengah yang telah mendunia. Di dalamnya, terdapat bemacam-macam dongeng, meski jumlahnya tak sampai 1001 seperti judulnya.
Namun, tidak semua anak menyukai cerita ini.
"Cerita apa ini?! Terlalu happy ending. Tak logis."
Tapi, tidak semua anak membencinya.
"Ibu, aku kedinginan...."
Seorang anak berkulit pucat menatap ibunya yang berada di ambang pintu. Kemudian dirinya menoleh ke arah jendela. Badai salju akan segera tiba.
Gadis kecil itu memeluk lututnya. Walau sudah memakai selimut dan pakaian tebal, dirinya tetap merasa kedinginan. Ya wajar saja, tempat tinggal bisa di bilang bersuhu ekstrim, ditambah rumahnya tak memiliki penghangat ruangan.
Wanita paruh baya itu memerhatikan anaknya. Jika begini buah hatinya tidak akan bisa tidur. Didekatinya ke ranjang lalu menaruh nampan yang ditaruh susu dan lembaran kertas usang.
"Sabar ya sayang," ucapnya dengan sedikit gemetar. Beliau memeluk erat gadis bersurai laut itu, menyalur kehangatan padanya. Salahkan dirinya lupa mencari bahan bakar untuk tungku perapian.
Keluarganya terlalu miskin untuk sekedar membeli minyak tanah ataupun membayar uang bulanan gas. Jikapun bisa, tempat mereka terlalu jauh untuk dijangkau dan menuju toserba.
"Aku tidak bisa tidur...."
Wanita itu mengusap pelan surai yang serupa dengan miliknya. "Sebentar lagi ayah kembali. Dia pasti membawa kayu bakar untuk kita."
"Bagaimana jika Ibu membacakan dongeng?"
Sang anak memiringkan kepalanya. Ia menatap ibunya dengan bingung, "Dongeng? Dongeng apa itu, Ibu?"
Wajah sedikit menua itu menatap lembut anaknya. Setelahnya ia memberikan segelas susu yang sempat dibawa, lalu menunjukkan buku dongeng anak-anak. Covernya cukup menarik meski sedikit ada sobekan. "Ayame minum susunya. Biar Ibu ceritakan. Tentang takdir yang tak terduga."
Sang anak memiringkan kepalanya polos, "takdir tak terduga?"
Sedangkan Sang Ibu hanya terkekeh melihat ekspresi anaknya. Apalagi melihat bekas susu yang menempel di mulutnya. Wanita paruh baya itu lalu membersihkannya dengan lap yang ternyata ia bawa. "Benar Sayang. Takdir yang tak terduga."
"Karena kejadian kecil bisa saja mengubah jalan hidupmu."
-----
"KEMBALI KAU, MONYET NAKAL!"
Pria dengan rambut legam itu seperti sedang berlomba lari dengan seekor kera yang membawa sesuatu berkilau. Atau lebih tepatnya mengejar.
Hewan berwarna legam itu berlari di sepanjang lorong istana itu. Beruntung, semua penjaga dan keluarga berada di ruang utama. Jadi si pria ini tak akan dimarahi (baik karena berlari atau lalai menjaga kalung itu).
Ayolah, jangan salahkan ia karena diam-diam mengambil perhiasan kerajaan untuk dipakai bermain sebentar. Lagipula kenapa bisa ada hewan liar di sini?!
Merasa kesal, orang langsung melepaskan lalu melempar sepatunya ke arah pencuri kecil itu. Namun, sayangnya dia berhasil kabur dengan keluar lewat jendela terdekat. Bertepatan dengan itu, seseorang tiba-tiba muncul dari tikungan dan--
"Aduh!"
"Demi Dewa! Maafkan aku, Furihata!"
Oknum pelemparan langsung bersujud minta ampun di hadapan Furihata. Sedangkan, Furihata sendiri masih mengaduh kesakitan. Pelayannya itu memang berbakat melakukan shooting. "Mibuchi, apa yang kamu lakukan? Kalau terkena Yang Mulia raja atau pangeran, kau bisa dalam masalah besar!"
"Maafkan aku!" Mibuchi Reo -orang itu- masih terus bersujud beberapa kali. Hingga akhirnya, saat merasa lelah ia baru berhenti. "Maafkan aku! Aku tadi ingin melemparkannya pada pencuri perhiasan permasuri tapi monyet itu berhasil lolos."
"Tetap saja itu berbahaya-- Tunggu, kau bilang?! Jangan bilang kalung mempelai wanita itu?!"
Mibuchi mengangguk bak beo. Furihata hampir panik karenanya. Tapi dia berusaha menghibur kawannya itu, "Tenanglah Mibuchi. Hanya kalung saja 'kan yang hilang?! Kalau mau, aku bisa--"
"Oh iya, Cincin itu juga ada tersangkut di sana." Perkataan Mibuchi sukses membuat raut optimis Furihata berangsur hilang, dari senyum cerah yang semangat menjadi senyum kecut yang sangat memprihatinkan.
"Menyiapkan pemakamanmu sebentar lagi."
Hai hai, Rain coba buat cerita baru dengan ikut project ini. Tenang, story sebelah bakal lanjut kok akan update selang seling ^_^/ *meskipun kyknya gk ada yang nunggu:v
Kuharap aku bisa menyelesaikan ampe akhir Juni nanti:")
Anyway jangan terlalu serius bacanya, gak bakal sama kayak cerita aladdin pada umumnya. Sesungguh cerita ini akan amat random bin aneh:v/ *plakk
See you next chapter
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top