Chapter 1,5

"Bagaimana? Budak ini salah 'kan?"

Setelah pengakuan panjang lebar dari saksi, tersangka, dan korban. Akashi Seijurou, -pemuda yang berteriak sebelumnya-  memegang dagunya berpikir. Beberapa detik kemudian mengangguk samar, "Baik aku mengerti. Penjaga!"

"Bawa Tuan tanah itu ke penjara sekarang juga!"

Si pria besar itu sudah hampir tersenyum kemenangan, tapi harapannya luluh latah mendengar ucapan pangeran itu. "Apa?! Kenapa Yang Mulia memutuskan itu sembarangan?!"

"Sembarangan katamu?" manik heterechrome itu mendekati dan menatap tajam sang pendakwa. Meski perbedaan tinggi badan cukup jauh. Bukan berarti si pangeran takut. "Kalau begitu, berikan aku alasan. Kenapa aku dikatakan 'sembarangan'?"

Nyali si pria kumisan itu ciut. Beberapa bulir tampak jelas meleleh di dahinya. "I-itu. Di-dia yang me-mengantarkan mi--minuman--"

"Jika seorang kurir mengantar barang. Apa dia juga yang membuatnya, hm?"

"Ah, sepertinya aku harus jelaskan lebih rinci pada kalian," Pangeran Akashi mundur beberapa langkah. Bibir itu menyeringai mengejek pada orang itu. Sungguh alasan yang bodoh. "Kau pikir Sharbat itu menggunakan daun cemara inggris, hm?"

Pria itu langsung membelalakkan matanya. "A-apa maksud An-anda--"

"Atsushi, bawakan barang buktinya."

Seorang pria berambut violet yang memiliki tubuh sangat tinggi itu datang dengan membawakan sebuah kotak yang terbuat dari perak. Dengan santainya, Akashi mengambil benda di dalamnya, sebuah botol kecil berisikan minuman berwarna merah kehijauan.

"Sesaat setelah pelaporan itu. Aku mengutus panglima Atsushi dan lainnya untuk menyelidiki tempat kejadian. Beruntung Nenek segera melaporkan ini."

Mata si majikan menggilir ke arah pelayan istrinya itu. Giginya bergeletuk cukup nyaring mendengarkan pernyataan Akashi. Namun ia masih terus berusaha melawan, "Tapi--"

"Cemara inggris hanya bisa ditemukan di wilayah Touo. Tentu para pembantu yang berada di wilayah Rakuzan tidak mudah keluar begitu saja."

"Tapi Yang Mulia. Bisa saja--"

"Kalau Anda lupa. Bukannya beberapa hari semua yang berstatus pelayan dipanggil ke kementerian?" Akashi cepat membalas pernyataan pria itu. Pemuda itu benar-benar cepat berpikir. "Semuanya berada di pengawasan pihak kerajaan, termasuk aku."

"Ah iya. Aku baru ingat, kau memiliki selingkuhan juga bukan di Touo?" tanya Akashi sambil memegang dahinya. Pura-pura tidak tahu dan bertanya. "Peraturan tertulis kerajaan kita, para pria di sini tidak boleh memiliki istri lebih dari 1. Kecuali istri itu meninggal, cerai, atau mendapat persetujuan."

"Dan istri pertamamu tidak setuju dengan perceraian dan poligami," final Akashi. Dengan demikian, jelas sudah akhir persidangan itu. "Tuan Sunikawa, Anda kami tahan."

"Apa?!" gagal sudah rencananya untuk menyamarkan pembunuhan sang istri. "Aku suaminya! Aku memiliki hak pada istriku sendiri bukan?!"

"Kalau begitu aku tahan atas kasus pencemaran nama baik," balas Akashi balik dengan seringainya.

"Tapi dia hanya budak! Mereka tak memiliki hak!"

"Rakuzan sudah menghapus sistem perbudakan paksa," timpal Akashi sambil terkekeh. Sudah ketahuan basah kuyup tapi pria itu terlalu keras kepala. "Kalau begitu hukuman Anda 2 kali lipat."

"Sialan!" Merasa tak terima, ia maju meninju Akashi. Namun, Akashi dengan mudah menghindari lalu back choke pria itu hingga tercekik ke belakang. "Sayangnya, Aku itu absolut, Tuan."

"Jangan macam-macam kau anak pendek!" sepertinya seseorang dengan pedang dipegangnya mencari mati kali ini.

"RAWRR!!!"

"Ups, sepertinya Taiga kelaparan? Beruntung aku punya makanan segar untukmu hari ini."

Seekor singa putih langsung menerkam pria bersenjata itu. Pengikuti Tuan tanah yang sempat mau menyerang langsung menciut seketika.

Akashi membanting badan pria yang lebih besar darinya ke lantai. Kemudian ia menoleh ke Atsushi. "Cepat, bawa tahanan ini. Sebelum aku mencongkel matanya."

Persidangan sudah selesai. Semua orang akhirnya kembali ke aktivitasnya masing-masing. Sang nenek tak henti-henti mengucapkan rasa syukurnya. Ia langsung menghadap ke depan Akashi. "Terima kasih, Yang Mulia."

Akashi sempat terlonjak saat nenek itu bersujud. Pemuda itu langsung memegang pundak beliau. "Itu sudah menjadi tugas saya. Keadilan memang harus ditegakkan bukan? Sekarang nenek pulang beristirahat."

"Penjaga, tolong siapkan kendaraan untuk beliau pulang," perintahnya pada anak buahnya. Ya, anggap saja kebaikan Akashi sebagai kompensasi atas waktu nenek yang terbuang untuk persidangan 'aneh' ini.

------

Meskipun terlihat dingin dan kejam. Akashi Seijurou sebenarnya adalah orang yang pengasih. Hanya saja beberapa orang bisa membuat emosinya tak stabil seperti... pada suatu saat setelahnya.

"Em. Tuan Akashi."

"Oh, itu kau Kouki. Ada masalah apa?" Akashi yang sedang menikmati pemandangan bangunan dari balkon istana, memalingkan ke arah Furihata yang bergemetar.

Furihata tak sendirian, ia bersama Mibuchi yang entah kenapa sudah berkeringat layaknya orang dikejar pembunuh. Tingkah laku mereka patut dicurigai, "Em. Mibuchi mau bicara."

"Kok aku? Bukannya kau sudah--"

"Reo, bisakah kau diam sebelum orang lain selesai bicara." Permintaan yang lebih mirip perintah itu membuat Reo seketika kicep. Furihata yang berada di sebelahnya hanya bisa menghela napas. Sebenarnya dia memang berjanji pada Mibuchi kalau dia yang berbicara juga.

"Aku ingin memberitahu... Tapi Tuan janji jangan marah," pinta Furihata dengan raut memelas. Kalau sudah seperti ini, Akashi mana tega memarahi orang.

Senyum bak malaikat terukir di mulut Akashi, itu artinya dia sudah lebih tenang. Lagipula, untuk apa dia marah pada orang yang sudah dianggap keluarganya itu, "Tentu saja silahkan."

"Mibuchi menghilangkan kalung dan cincin Ratu."

Senyum cerah itu langsung hilang seketika. Digantikan oleh wajah datar aura negatif yang berasal dari putra mahkota. Furihata yang sudah meramalkan yang akan terjadi selanjutnya, langsung berteriak keras.

"MIBUCHI CEPAT LARI!!"




Akashi janji tidak akan marah pada 'orang'. Tapi mungkin, dalam kamusnya Mibuchi Reo dihitung parasit.

AKHIRNYA AKU LANJUTKAN CERITA INI. SETELAH ARTBLOCK SEKIAN LAMA!!! T_T

Btw maaf adegan persidangannya gaje. Aku gak bisa serius soalnya dan dalam kamus Akashi selalu benar :v *ngeles

Mungkin nanti aku harus banyak baca referensi lagi. Sekali lagi maaf ini gaje🙏

Sharbat : minuman khas asia barat. Biasanya terbuat dari buah-buahan atau kelopak bunga.

Cemara inggris : tanaman beracun yang dapat ditemukan di daerah eropa, Iran dan sekitarnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top