- 𝔽𝕠𝕦𝕣

Amane mengerjapkan matanya berusaha untuk bangkit dan langsung memandangi sekelilingnya, pemuda itu tersenyum puas tatkala menyadari dirinya masih berada dirumah dengan wujud Tsukasanya.

Pemuda itu langsung melompat turun dari ranjangnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak butuh waktu lama, Amane sudah selesai membersihkan diri dan kini tengah merapikan peralatan sekolah yang akan dibawa ke tasnya.

Sesaat kemudian pandangannya teralih kearah ranjang Tsukasa, sejenak dia baru ingat jika kemarin dia belum sempat menjenguknya dirumah sakit dan sepertinya Amane harus ke rumah sakit nanti sepulang sekolah.

"Tsukasa sayang, sarapannya sudah siap! Ayo turun!"Teriak Ibunya dari ruang makan.

"Aku datang!"

Amane buru-buru memasukkan buku-bukunya ke tas dan segera berjalan cepat menuju ruang makan.

Seperti biasa, Ibu menata makanan di meja makan dibantu oleh Amane sebelum akhirnya mereka mengucap doa lalu menikmati sarapan mereka pagi itu.

"Tsukasa, bagaimana kondisi Amane kemarin sayang?"Tanya Ibunya tiba-tiba membuat Amane sedikit gelagapan mengingat dirinya kemarin sibuk menikmati waktu diluar hingga tidak menjenguk Tsukasa dirumah sakit, Amane hanya nyengir kikuk.

"M-Maaf bu, kemarin aku lupa jenguk Amane hehe"Ucap Amane sedikit panik, Ibunya mengerutkan alisnya heran.

"Lupa? Tidak biasanya kamu lupa menjenguknya, padahal biasanya kamu yang paling semangat menjenguknya deh, Ada apa? Apa kalian bertengkar kemarin?"Tanya Ibunya heran membuat Amane semakin panik.

"Ah eh t-tidak kami tidak bertengkar kok haha, a-aku hanya lupa waktu bermain futsal dengan teman-teman kemarin ahahaha"Jawab Amane semakin panik dengan suara sedikit bergetar, Ibunya semakin curiga namun pada akhirnya beliau hanya menghela nafas lalu menyumpitkan ikan salmon dan meletakkannya pada mangkuk Amane.

"Baiklah, Ibu percaya padamu tapi tolong jangan lupa menjenguknya ya? Ibu dan Ayah tidak bisa kesana setiap hari karna sibuk kerja"Jelas Ibu yang entah kenapa membuat Amane kesal karna orang tuanya lebih memprioritaskan pekerjaannya daripada menjenguknya.

"Kenapa ayah dan ibu tidak kesana sendiri sih? Kasian Amane"Gerutu Amane kesal, orang tuanya saling menatap namun kemudian menghela nafas sembari mengelus surai hitam legam Tsukasa.

"Kita sudah pernah membahas ini Tsu, tolong mengertilah dan kami yakin Amane juga mengerti jika kami bekerja untuknya"Ucap Ibunya lembut, Amane mendengus namun dia juga tidak bisa banyak berkata karna dia tidak ingin orang tuanya semakin curiga dengan perilakunya.

"Baiklah, maaf aku sudah berkata seperti tadi bu"Ucap Amane lirih, Ibunya hanya tersenyum.

"Tidak apa-apa, habiskan sarapanmu nanti kau bisa terlambat sekolah"

Amane hanya mengangguk seraya kembali memakan sarapannya tanpa selera lagi.

= × 🍩 × =

"Huft, kenapa Tsukasa suka sekali melukis?"Gerutu Amane sebal sejak tadi memutar otak untuk menggambar sketsa apa yang mudah baginya.

Hari ini adalah jam olah raga kelas sebelah atau lebih tepatnya kelas Amane sendiri tapi karna sekarang Amane sedang dalam wujud Tsukasa, dia jadi harus terjebak di dalam kelas seni yang mana merupakan pelajaran yang paling Amane benci karna skill seninya benar-benar sampah.

Karna sudah mulai bosan, Amane memutuskan untuk meminta ijin ke toilet padahal dia ingin membolos ke kelas kosong yang terletak di lantai 2 untuk melihat teman sekelasnya sedang berolah raga.

Tidak, bukan itu tujuan Amane sebenarnya karna tujuan pemuda itu adalah memandangi gadis yang sudah lama tidak dia temui selama beberapa minggu ini.

Tentu saja itu Yashiro Nene, Amane benar-benar rindu bersenda gurau dengan gadis itu saat jam olah raga seperti dulu tapi sayangnya sekarang jangankan untuk olah raga Amane perlu energi ekstra hanya untuk turun dari ranjangnya.

"Yashiro.."Gumamnya dengan wajah sedikit bersemu memandangi lekat-lekat Nene yang sedang berlari melempar bola ke arah Aoi, kapan terakhir kali Amane bisa memandangi Nene tertawa lepas dengan teman-temannya seperti itu?.

Rasanya Amane ingin melompat turun bergabung dengan teman-temannya disana tapi mustahil baginya dengan wujud Tsukasa begini karna hanya akan membuat keadaan semakin rumit.

Semakin di pandangi begini, ternyata gadis itu jadi semakin cantik setiap harinya dan Amane yakin jantungnya nyaris meledak ketika menyadari fakta tersebut.

Seandainya saja dia tidak dikejar waktu, Amane yakin saat ini dia akan menyatakan perasaannya pada gadis itu persetanan dengan saingannya sang ketua osis yang penting dia bisa mendapatkan gadis itu sepenuhnya.

Tak terasa bel istirahat berbunyi, Amane tersadar dari lamunannya dan buru-buru kembali ke kelas seninya.

Astaga, gadis itu memang seperti candu hingga membuatnya lupa segalanya.

Karna terlalu terburu-buru berlari, saat di lorong sekolah dia tidak sengaja menabrak seseorang.

"Itta- AH! MAAF AKU TIDAK SENGAJA!"

"Ugh, tidak apa-apa kok Tsukasa-kun"

"Eh?"

Amane membelalakkan matanya tatkala mengetahui ternyata yang di tabraknya adalah Nene, gadis yang tadi dipandanginnya.

"Kau baik-baik saja Tsukasa-kun?"Tanya Nene bingung sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Amane karna pemuda itu justru terdiam tak kunjung bangkit dari jatuhnya.

"Ah! Eh a-aku baik-baik saja kok Yashiro ahaha"

"Yashiro?"Celetuk Aoi bingung karna seingatnya Tsukasa selalu memakai embel-embel chan setiap kali memanggil Nene.

"Ah eh, m-maksudku Yashiro-chan maaf tadi aku tidak lihat kamu sedang lewat sini"Ralat Amane panik, Nene tertawa kecil melihat ekspresi Amane karna bagi Nene ini pertama kalinya dia melihat Tsukasa yang sedang malu-malu seperti ini.

Tawa Nene justru membuat Amane semakin salah tingkah tapi sebisa mungkin dia mengatur dirinya sendiri agar tidak terlihat salah tingkah, Amane pun berdehem.

"Ngomong-ngomong Tsukasa-kun ada yang ingin aku sampaikan dari kemarin tapi tidak sempat-sempat karna aku sibuk dengan klub berkebunku"

"Apa itu?"

Setelah mengatakan apa yang ingin Nene katakan, mereka pun berpisah karna mereka harus segera kembali ke kelas.

"Nene-chan? Ada apa?"

Nene terkejut dari lamunannya lalu tersenyum kikuk.

"Tidak ada apa-apa hanya saja.."

Nene melirik punggung Tsukasa yang semakin menjauh.

"Sejenak, dia seperti Amane-kun".

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top