1. Kecelakaan
Kebisingan mengiringi tengah hari yang terik. Suara klakson bersahutan disertai gerutu tidak sabaran. Seakan ingin memaksa kendaraan untuk segera melaju. Menorobos kemacetan. Jalanan ini begitu padat dengan kendaraan tanpa terganggu oleh sengatan sinar matahari.
Cho Kyuhyun duduk di jok samping kursi sopir dengan tangan bersekap di depan dada. Beberapa kali memaksa Lee Donghae untuk menyalip mobil di depan, menerobos kemacetan. Hal yang tidak mungkin dilakukan.
Wajah datar dengan tatapan mata tajam terarah lurus ke arah depan. Embusan napasnya pun mengisyaratkan kekesalan. Namun, Kyuhyun hanya bisa duduk diam sambil menahan kesal. Waktu pun seakan berjalan lambat baginya.
"Bisakah kau menyalip mobil di depan?" Kalimat yang sudah lima belas kali Kyuhyun ucapkan.
Donghae menghela. "Kau sudah tahu pasti jawabannya."
Bibir Kyuhyun mencebik. "Sudah kukatakan kalau jangan pulang dulu. Lihat akibatnya ... terjebak macet!"
Tak ada jawaban dari Donghae. Memilih diam sambil terus memperhatikan kendaraan di depan. Sudah hampir setengah jam mobilnya tidak bergerak sedikit pun. Dan bukannya tidak merasa kesal, Donghae hanya bisa menyimpannya dalam hati. Tak ada gunanya menggerutu tidak jelas. Toh, mobil di depan tidak akan bergerak hanya karena gerutuannya.
"Aku sudah tidak tahan lagi," geram Kyuhyun, melepas sabuk pengaman lalu membuka pintu mobil.
Namun urung. Ia tidak bisa keluar karena jarak mobil yang ditumpanginya dengan mobil di samping sangatlah dekat. Sehingga pintu mobil hanya bisa terbuka sedikit. Kyuhyun pun mengumpat kesal.
"Bersabarlah sedikit lagi." Donghae menyodorkan botol air mineral yang diambilnya dari dashboard mobil.
Kyuhyun menerimanya tanpa mengatakan apa pun lalu membuka tutupnya. Kemudian meminumnya sampai hanya tersisa setengah. Lantas setelah menutupnya kembali, dilemparkannya asal ke jok belakang.
"Kau masih marah padaku? Bukankah Nyonya berpesan untuk segera pulang karena—"
"Diam!" Kyuhyun memotong ucapan Donghae. Ada kilatan amarah di dalam bola matanya.
Sekali lagi Donghae hanya bisa menghela. Tidak ingin lagi membela diri. Percuma saja. Dia sudah hafal dengan tabiat tuan mudanya ini. Tak boleh memancing emosi, hanya diam saja. Sudah cukup. Apalagi saat ini suasana hati Kyuhyun sedang buruk.
Beruntung, mobil di depan segera melaju. Kemacetan pun sudah berlalu. Dan Donghae segera melajukan mobil. Ingin cepat sampai di rumah. Kalau lama-lama bersama Kyuhyun, bisa kena masalah yang tidak terduga.
Kyuhyun susah ditebak.
Dan itu terjadi. Saat ini pun tiba-tiba Kyuhyun meminta Donghae untuk memutar arah, tidak jadi pulang. Hal yang tidak mungkin Donghae lakukan, karena mereka sudah hampir sampai.
Donghae tidak memenuhi permintaannya. Dengan sengaja mengabaikan perintah Kyuhyun. Mobil tetap pada jalurnya, menuju jalan pulang.
Sorot mata Kyuhyun kian tajam. "Kau sudah berani membantah? Hahaha...." Tertawa sarkastik, mengintimidasi orang di sampingnya. Seakan menegaskan status di antara mereka berdua.
Status yang bukan hanya teman sejak kecil atau teman sekelas, tetapi antara anak majikan dan anak dari seorang pelayan.
"Kita harus segera pulang. Nyonya Besar mungkin sudah menunggu."
Kemudian terdengar suara gebrakkan di dashboard. "Aku tidak peduli. Cepat putar arah!"
Donghae menggeleng. Berimbas pada kejadian yang tidak terduga. Sesuatu yang membuatnya menyesal telah menolak keinginan tuan mudanya ini.
Tiba-tiba Kyuhyun memegang setir mobil, memutarnya dengan cepat. Sehingga mobil berbelok arah dan membuat Donghae kaget. Tindakan yang bisa membuat keselamatannya dengan Donghae terancam.
"Kyuhyun, lepaskan! Kita bisa celaka." Donghae mencoba mempertahankan laju mobil agar tetap pada jalurnya. Namun sulit. Mobil melaju zig-zag dan hampir menabrak kendaraan lain.
Kyuhyun semakin kuat memegang setir. "Aku katakan putar arah!"
Maka perebutan setir pun terjadi. Donghae tetap pada keputusannya. Dan Kyuhyun pun tak mau mengalah. Hingga mereka berdua terlambat menyadari datangnya sebuah truk dari arah depan. Suara klakson memenuhi indra pendengaran.
Donghae mencoba membanting setir. Namun nahas. Terlambat baginya. Jarak truk dengan mobilnya terlalu dekat, ditambah dengan kecepatan yang tidak bisa dikurangi. Sehingga tabrakan pun tak terelakkan. Mobil sedan hitam ini terguling, terseret beberapa meter jauhnya. Bagian depan ringsek. Kacanya hancur.
Dalam sisa-sisa kesadarannya, Donghae mencoba menoleh ke samping—tempat Kyuhyun duduk. Tampaklah tuan mudanya tak sadarkan diri dengan kepala berlumuran darah. Donghae pun mencoba menggerakkan tangan kirinya, menggapai Kyuhyun. Namun sulit karena terhimpit bagian depan mobil yang ringsek.
"Tu-tuan Muda ... kau bisa dengar aku?" ucap Donghae terbata-bata. Matanya basah saat mendapati napas Kyuhyun terdengar begitu lambat. Tak memikirkan keadaan dirinya sendiri yang tak jauh berbeda. "Kyu-Kyuhyun, bertahanlah."
Bibir Donghae masih belum tertutup rapat ketika datang sebuah mobil mini bus yang tiba-tiba menabrak mobilnya. Sehingga terbalik. Memperparah keadaannya.
Kejadian tersebut membuat kesadaran Donghae benar-benar hilang. Darah mengucur deras dari kepalanya. Pecahan kaca melukai wajah. Kakinya terhimpit menyebabkan tulang betisnya retak. Mungkin juga beberapa tulang lainnya patah. Sungguh keadaannya sangat parah.
Senja ini berubah merah karena darah yang membasahi jalan.
Kemacetan kembali terjadi. Raungan sirine mobil polisi diikuti mobil ambulans pun terdengar. Para petugas berusaha mengevakuasi tempat kejadian. Kecelakaan yang melibatkan tiga mobil sekaligus di dalamnya. Truk, mobil sedan hitam yang Donghae dan Kyuhyun tumpangi, serta sebuah mini bus.
Korban terparah adalah yang berada di dalam mobil sedan hitam.
Dalam satu jam, semua korban kecelakaan sudah dilarikan ke rumah sakit. Tempat kejadian pun sudah diberi garis polisi. Mobil sedan hitam diderek menuju kantor polisi sebagian barang bukti. Begitu pun dengan sopir truk dan sopir mini bus yang harus menjalani pemeriksaan. Mereka dikatakan beruntung karena hanya mendapat luka ringan.
Sementara itu Donghae dan Kyuhyun langsung dibawa ke ruangan gawat darurat untuk diberikan pertolongan. Keadaaan mereka berdua kritis. Banyak kehilangan darah dan mengalami luka dalam.
Pihak kepolisian sudah menghubungi keluarga mereka—tepatnya keluarga Kyuhyun melalui ponsel miliknya.
Tak berselang lama, ibu Kyuhyun datang ke rumah sakit. Ia menangis histeris ketika mengetahui keadaan putranya yang kritis. Memaksa untuk masuk ke dalam ruangan gawat darurat. Walaupun sudah ditahan beberapa perawat.
Ada ibu Donghae juga yang hanya menangis tanpa suara. Tubuhnya merosot jatuh di depan pintu ruangan gawat daruarat. Hatinya hancur, dipenuhi dengan ketakutan akan kehilangan putra semata wayangnya.
Dokter pun mencoba menenangkan. Mengatakan akan melakukan yang terbaik. Lalu, meminta persetujuan untuk operasi.
Kyuhyun mendapat luka cukup serius di bagian bahu, akibat serpihan kaca yang menusuk bagian tersebut. Beruntung tidak mengenai organ dalam. Hanya saja benturan di kepalanya membuat darah masuk ke dalam otak. Ditambah dengan tulang lengan kirinya yang retak.
Sementara itu, keadaan Donghae sama parahnya. Kepalanya terluka. Wajahnya terkena pecahan kaca. Tiga tulang rusuk patah dan hampir melukai paru-paru. Tulang betis kanannya retak dan tangan sebelah kanannya hampir saja putus, karena terkena bagian depan mobil yang terdorong ke dalam. Sehingga menghimpit dan melukai bagian tubuhnya itu.
Kecelakaan tragis ini membuat nyawa keduanya berada di ujung tanduk.
Ruangan operasi sudah disiapkan. Donghae dan Kyuhyun dibawa ke dalam ruangan yang berbeda. Namun, menjalani operasi dalam waktu yang sama.
***
"Sa-sakit...."
"Kau sudah sadar, Nak?" Satu suara terdengar, lalu disusul dengan teriakan memanggil dokter.
Tak berselang lama, seorang dokter ditemani dua orang perawat pun masuk ke dalam ruangan. Mereka dengan sigap memeriksa keadaan Kyuhyun yang terbaring lemah. Dokter pun menyuntikkan obat ke selang infus.
Setelah memastikan semuanya baik-baik saja, dokter pun berkata pada ibu Kyuhyun, "Masa kritisnya sudah berlalu. Hanya perlu observasi. Jangan biarkan pasien terlalu banyak bergerak."
"Baik, dokter. Terima kasih."
Dokter dan dua orang perawat keluar ruangan. Meninggalkan Kyuhyun beserta ibunya yang sedang menangis haru. Bahagia karena anaknya baru saja siuman setelah hampir lima hari tak sadarkan diri paska operasi yang dijalaninya.
"Bagiamana keadaanmu? Kau tahu? Jantungku hampir saja berhenti saat melihatmu berlumuran darah. Kau membuat ibumu ini ketakutan." Ada jeda sejenak. " Kau harus cepat pulih. Ibu berjanji akan memenuhi permintaanmu agar tidak kuliah ke luar negeri. Mana mungkin bisa membiarkanmu hidup sendiri di negeri orang, apalagi setelah...."
Tak ada lagi kalimat lanjutan karena yang terdengar hanya suara tangis.
Sementara itu, Kyuhyun yang terbaring di atas tempat tidur dengan keadaan tubuh dipasangi beberapa alat medis, hanya membisu. Kepalanya dibalut perban, wajahnya sendiri penuh luka yang sudah hampir mengering.
Selain merasakan nyeri yang mulai menjalar ke seluruh tubuh, Kyuhyun mulai berpikir. Meski kepalanya terasa kian berat. Rasa heran bercampur tak mengerti memenuhi pikirannya.
"Nyonya, ibuku di mana?" Kalimat ini meluncur dari bibir Kyuhyun yang pucat dan kering,
Ibu Kyuhyun kaget. "Nyonya? Aku ini ibumu!"
Kyuhyun tertegun. Ingin kembali berbicara, tetapi apa daya, sakit kain mendera. Hanya lelehan air mata yang meluncur tanpa diperintah membasahi pipinya. Dia pun mengabaikan rentetan pertanyaan dari orang yang berada di sampingnya. Memejamkan mata, mencoba untuk terlelap. Setidaknya saat tidur, rasa sakit tidak akan terasa.
Beruntung Kyuhyun bisa segera menjelajah di dunia mimpi, akibat suntikan obat yang dokter berikan tadi. Menyingkirkan gejolak rasa, berbagai pertanyaan yang memenuhi hati dan pikirannya.
Barulah dua jam kemudian, Kyuhyun kembali terjaga.
"Kyuhyun... aku pikir akan kehilanganmu," ucap seorang gadis yang langsung memeluk tubuh Kyuhyun. Ia adalah Cho Ahra, kakak perempuannya.
"Sakit." Kyuhyun terbatuk-batuk.
Ahra terkejut. Segera melepaskan pelukannya. Dia meringis, menyadari kesalahannya. Hampir lupa kalau Kyuhyun baru saja sadar dari operasi karena terlalu gembira.
"Ibu, aku kira dia tidak akan bangun lagi." Ahra memeluk tubuh ibu Kyuhyun yang berdiri di sampingnya. "Beruntung kau sudah sadar. Padahal lukamu sama parahnya dengan Donghae. Tapi dia masih koma."
Jantung Kyuhyun seakan melompat. Bibirnya bergetar. Dengan mengerahkan segenap tenaga, ia mencoba untuk bangun. Namun sia-sia. Tubuhnya terasa seperti kapas basah. Lemas, sulit untuk bergerak. Hanya ada rasa nyeri yang menjalar.
Ibu Kyuhyun segera mendekat. Mengusap lembut lengan Kyuhyun. "Jangan memaksakan diri. Istirahat saja. Donghae pasti akan kembali siuman. Dokter sedang menanganinya."
Kedua kelopak mata Kyuhyun terpejam. Namun tidak tidur, melainkan sedang berpikir keras. Semuanya begitu aneh.
Kenapa mereka terus memanggilku Kyuhyun? Aku ini Donghae!
Tbc
SWITCH, pureagiest ©2020
All right reserved | 11 Mei 2020 | 20.10 WIB
Annyeong.
Bagaimana tanggapan dari FF ini?
Tolong berikan komentarnya ya. Biar aku tahu tanggapan kalian semua. Jika suka, mungkin akan segera dilanjut. Jika tidak, lebih baik kembalikan saja ke draft agar nggak nambah utang update juga.
Tahukah kalian jika vote dan komen itu lebih bermakna daripada sekadar pulsa yang kudapat? Seperti bensin untuk laju semangat menulis lanjutan cerita.
Semoga suka dan betah di sini.
Terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top