Happy Birthday Mika!
2498 words
.
.
.
Sejak memasuki enam belas tahun, Mika memutuskan home schooling. Ketidakramahan yang ia hadapi; teman yang menjauhinya, tatapan dingin yang menuntutnya, semua itu membuat Mika tidak ingin lagi berinteraksi dengan siapa pun.
Ia benci semua orang.
Jauh sebelum itu, Mika sudah tahu kalau ia harus menjauhi apa yang ia tidak suka.
Permen dan anak kecil adalah dua kombinasi yang tidak seharusnya dipisahkan. Namun, Mika kecil tidak mengerti kenapa ayahnya terus memarahinya tiap kali ia makan permen.
Apa yang salah? Makanan manis itu sangat cantik dan enak, kenapa Mika kecil tidak boleh memakannya?
Dari sanalah Mika belajar menumbuhkan kebencian akan sesuatu. Sejak saat itu Mika benci ayahnya. Mika bahkan tidak menangis saat lima tahun silam ia dan ibunya mengantarkan jasad sang ayah pada peristirahatan terakhir.
•••••
Menit kian berganti, tidak terasa sebentar lagi usianya akan menginjak tujuh belas tahun. Memikirkannya seharusnya Mika akan senang. Namun, suasana hatinya saat ini sungguh sangat kacau.
"Bunda, besok Mika sudah tujuh belas tahun. Kali ini Mika boleh makan kue dan permen?"
"Boleh, tapi jangan banyak-banyak."
"Siap Bund! Oh iya Bunda enggak usah nyiapin apa-apa."
"Kenapa? Kamu enggak mau hadiah dari Bunda?"
Mika menggeleng dan tersenyum. "Mika mau rayain sama teman-teman Mika, Toby dan yang lainnya di Sweetyland."
Mika tidak tahu apa yang salah, tapi Mika benci ekspresi ibunya tiap kali ia menyebutkan tentang teman dan tempat itu. Lalu yang terburuk, entah bagaimana, ia pasti akan terbangun sendirian di dalam ruangan putih ini. Memandangi panel oksigen yang menempel di dinding lalu membayangkan itu akan segera berpindah ke hidungnya.
Tetes demi tetes cairan impus yang mengalir ke tubuh telah menjadi suara latar yang mengganggu. Entah obat jenis apa yang mereka alirkan di sana. Mika harus mencabut selang infus yang menyumbat itu nanti. .
Tentu saja terlalu berlebihan untuk mengeluh bagi pemiliki satu bed di sebuah kamar rumah sakit. Namun, persetan dengan semua itu, Mika hanya ingin mereka tahu kalau ia tidak pernah sakit!
Pukul 21.09
Ini adalah waktu yang tepat untuk kabur. Mika tidak boleh meratap terlalu lama jika tidak ingin melewatkan waktu pergantian usia yang hanya tinggal menghitung jam.
Jendela.
Seperti waktu-waktu sebelumnya, Mika selalu bisa sampai ke dunia itu saat ia melewati jendela. Mika hanya perlu menutup mata dan membayangkan .... kaca bening adalah jalannya untuk masuk.
'Selamat datang di Sweetyland'
Seperti yang diharapkan, begitu kelopak mata Mika terangkat, tulisan tebal bergaya miring dengan warna merah muda telah menyambutnya di atas sana. Kedua sisi yang mengapit tulisan itu adalah gerbang yang melengkung berwarna pelangi.
Awalnya Mika mengira zat pembentuk pelangi hanyalah serbuk-serbuk magis yang saling menyatu dalam lingkup warna-warni yang sudah ditentukan bagian-bagiannya. Apabila seseorang menyentuhnya, tangan itu hanya akan menemukan kalau lintasan tujuh warna itu bisa ditembus.
Hanya saja, pelangi yang Mika temui di Sweetyland ini berbeda.
Ada masing-masing panci emas setinggi pinggangnya yang menyangga kedua ujung bawah gerbang. Mika menduga dari sanalah mereka terbentuk.
Panci itu berisi cairan dengan warna abstrak dari gradasi tujuh warna, lengket dan kental seperti vla. Rasanya sangat manis.
Tentu saja. Tempat ia berpijak adalah Sweetyland, dunia kue.
Jalanan berwarna coklat di bawah sana bukanlah tanah, tetapi itu adalah karamel; gula yang dicairkan lalu mengeras. Jangan ragu, Mika sudah membuktikannya. Entah berapa tebal tumpukan karamel itu sehingga bisa menahan bobot tubuhnya. Biarlah. Mika tidak ingin memikirkannya. Bahkan jika ia berani bertaruh, Mika tidak akan mendapat jawaban pasti. Pertanyaan seperti: kenapa kubangan lumpur yang ia lihat rasanya semanis coklat? Kenapa sungai yang mengalir berwarna seputih susu bahkan rasanya pun sama? Kenapa semua pohon di sini berbuah kue dan permen? Bagaimanapun ia memikirkannya maka Mika hanya akan berakhir pada jawaban: karena ini dunia kue. Sudahlah Mika hanya perlu menikmatinya, bukan?
Suasana hati buruk sebelumnya sudah hilang. Apa yang lebih menakjubkan dari merayakan hari ulang tahun di tengah lautan kue?
Memikirkannya membuat Mika ingin segera menceburkan diri ke sungai susu. Namun, ia harus menahannya. Rumah kue di depan sana ... teman-temannya pasti sudah menunggunya.
Klik!
Pintu yang juga berbahan kue perlahan terbuka.
"Toby...Moly... Squidy?"
Mika mulai mengabsen teman-temannya setelah sebelumnya terdiam karena menemukan rumah kue itu sangat gelap. Ia masuk beberapa langkah, masih bertanya-tanya ke mana perginya teman-temannya.
"Popy...Loly...."
Toby si kelinci, Moly si beruang, Squidy si kucing, Popy si panda dan Loly si Koala. Kemana perginya mereka semua?
Sudut bibir Mika tiba-tiba melengkung saat sebuah pikiran muncul di kepalanya.
"Apa mereka menyiapkan kejutan?"
Dengan itu, Mika terus menuju ke tengah sembari menunggu kejutan. Namun, ia malah menginjak sesuatu yang lembek dan tanpa adanya satu pun suara, sekitar telah berubah terang.
Mika sungguh terkejut. Teramat membingungkan karena sekarang ruangan itu kosong.
"Masih ada kejutan lain?" Perasaan Mika berubah tidak enak.
Tidak ada siapa pun di sini, juga tidak ada rumah kue lain. Satu-satunya ruangan hanyalah tempat ia berpijak sekarang. Kenyataan bahwa tempat ini kosong, maka hanya ada satu kemungkinan.
"Tidak ada yang ingat ulang tahunku?"
Seketika hati Mika telah menjelma menjadi wafer yang diremas. Bahunya menjadi berat.
"Tawaran bunda memang yang terbaik."
Mika berbalik ingin pulang. Ia menuju satu-satunya pintu yang dimiliki rumah kue ini. Namun, saat itu juga ia baru menyadari adanya kejanggalan.
Mika ingat kalau ia mengatakan rumah kue hanya memiliki satu ruangan. Pintu yang ia masuki juga satu-satunya akses jika ingin keluar. Namun, Mika menemukan ada pintu lain di sisi kanan.
Sebuah pintu baru? Tapi sejak kapan?
"Apa mereka memperluas rumah kue demi pesta untukku?"
Kalimat itu ia ucapkan tanpa pengharapan. Mika tidak ingin kecewa, tapi ia tetap membuka pintu itu.
Klik!
Ada sebuah kotak dengan motif polkadot ping yang diikat pita warna biru tergeletak di depannya. Bukankah itu kado?
Seseorang menyiapkan hadiah!
Tapi ruangan apa ini?
Tampilannya seperti lorong sebuah asrama. Karena ada lima pintu, Mika berpikir itu kamar-kamar teman-temannya.
Mika tergerak untuk menyentuh kotak hadiah. Tadinya Mika belum berniat membukanya. Siapa sangka, ia baru menyentuh sedikit ujung atasnya ketika penutupnya sudah tergeser dan menampilkan isinya.
Mika mengernyit. Kotak itu kosong.
Tidak. Ada kertas di dalamnya.
Dari jarak yang ada Mika sudah melihat ada sebuah tulisan di kertas itu. Ia mengambil untuk membacanya.
Periksa setiap pintu untuk menemukan hadiahmu!
Tanpa sadar Mika terkekeh. "Mereka benar-benar menyiapkan kejutan untukku."
Dengan penuh semangat, Mika menuju pintu terdekat dan membukanya.
Sesuatu yang tidak terduga, cahaya dengan intensitas yang tidak bisa ia tanggung berserobok keluar dari balik pintu. Mika refleks mengangkat lengannya. Gadis itu tidak ingat kapan ia masuk, tapi detik berikutnya sudah terdengar suara pintu menutup di belakangnya. Lalu suara yang lebih lantang menyita semua atensinya.
Ambil semua pisau dan tusuk bagian tubuh yang kau mau. Jika kau berhasil menusuk pada bagian yang tepat. Pintu akan terbuka dan kau akan mendapatkan hadiahmu.
Mika masih memproses pikirannya ketika ia sudah merasakan cahaya perlahan menghilang. Sebagai gantinya ia dikejutkan dengan pemandangan lain. Ada tiga buah pisau yang menempel di dinding, tapi bukan itu yang paling penting.
Sosok yang berdiri di depannya ini...
"Toby?"
Jika biasanya Toby, si kelinci berdasi itu sering sekali mengoceh maka kali ini ia hanya diam seperti patung. Matanya juga tertutup.
Mika tentu saja terkejut. Intruksi yang ia dapat adalah menusuk salah satu bagian tubuh. Apa mereka gila?!
"Toby... Bangun... "
Mika berusaha mengguncang tubuh Toby agar si kelinci itu bangun, tapi yang ia dapat malah tangannya lengket oleh sesuatu yang kental.
"Dia bukan Toby."
Mika akhirnya merasakan sedikit kelegaan. Ia beralih pada pisau di dinding.
"Baiklah ini hanya permainan. Mari selesaikan."
Satu pisau sudah ia cabut. Walaupun Toby yang ada di depannya hanyalah sebuah replika dari kue, rasanya Mika masih tidak sanggup. Tangannya gemetar saat ia berusaha menancapkan ujung pisau itu ke replika tangan Toby.
Cahaya yang entah dari mana berkedip dalam warna merah. Selanjutnya suara yang sebelumnya ia dengar kembali menggema.
Gagal. Coba lagi.
Berikutnya pintu di belakangnya tiba-tiba terbuka. Tentu saja Mika langsung menoleh. Betapa terkejutnya saat ia melihat Toby di belakangnya sedang berdiri tegap dengan tangan yang berlumuran darah. Mika kehilangan kata-kata lalu bergantian menatap antara kue replika Toby dan temannya yang asli.
"Ba-bagaimana bisa?"
"Tidak masalah Mika. Cepat selesaikan permainannya, coba tusuk bagian yang lain."
Mika tidak mungkin salah. Toby terlihat menahan sakit.
Apa aku yang melakukannya? Apa tusukan itu....
"Kenapa tanganmu berdarah? Aku hanya menusuk...."
"Cepat lanjutkan Mika. Tusuk bagian yang lain. Kalau kau gagal, kami tidak akan kembali."
"Apa maksudmu?! Aku tidak mau kau—"
Waktu tersisa empat menit.
"Cepat Mika. Abaikan saja aku. Kalau kau berhasil menusuk bagian yang tepat aku akan kembali dengan baik-baik saja."
Ini gila!
Mika frustasi. Ia menghapus kasar air mata yang baru saja turun. Walaupun kesal dan takut, Mika masih meraih pisau lainnya. Dengan mata tertutup, ia menusuk ujung pisaunya ke bagian dada.
Sebuah erangan tertahan terdengar. Pendar merah tanda kegagalannya kembali berkedip.
Ia menoleh ke belakang dan melihat cairan merah keluar persis di tempat yang ia tusuk.
Dia hanya menusuk kue kenapa Toby yang malah terluka?
"Aku tidak mau melanjutkan lagi! Aku menyerah!"
"Tidak bisa Mika. Sudah terlambat untuk berhenti. Saat kau membuka kotak sebelumnya, maka kau tidak bisa berhenti."
"Apa-apaan! Aku tidak mau kau mati. Permainan bodoh macam apa ini!"
Waktu tersisa satu menit.
"Cepat Mika."
"Aku tidak mau!"
Mika berusaha keluar, tapi ia baru menyadari kakinya tidak bisa digerakkan.
"Satu tusukkan lagi. Itu pasti bagian yang tepat. Cepat Mika."
Waktu tersisa tiga puluh detik.
"Sialan!"
Mika ragu apakah semuanya bisa kembali membaik setelah apa yang terjadi. Namun, ia tidak punya pilihan.
Tanpa berpikir lagi, satu tusukkan terakhir ia tancapkan ke bagian perut. Kali ini Toby yang berada di belakangnya benar-benar jatuh terkapar di lantai.
Sialnya ruangan itu kembali dihiasi warna merah. Mika gagal lagi.
"Apa maksudnya ini? Kenapa tidak berhasil?!"
Pintu pertama gagal. Beralih ke pintu berikutnya.
Mika belum sempat protes, tapi cahaya terang kembali menerobos penglihatannya. Saat ia membuka mata, tiga pisau baru telah kembali berjejer di dinding. Mika refleks membekap mulutnya saat melihat siapa yang mengganti posisi Toby.
"Moly...." Air mata Mika bercucuran sangat deras. Ia menggeleng saat pikiran buruk muncul di kepalanya.
"Ini sungguh gila! Kau ingin aku membunuh satu persatu teman-temanku?!"
Tidak ada penawaran. Selesaikan misi dan bersiap untuk pesta.
"Persetan dengan semua itu! Aku tidak mau bermain lagi!"
"Mika...."
Suara lembut yang ia kenal dari si beruang berdaster terdengar dari arah belakang. Mika menoleh dan melihat Moly tersenyum sangat manis di belakangnya.
"Ayo Mika. Selesaikan misinya. Tusuk saja. Itu tidak akan sakit. Aku tidak sabar ingin berpesta. Aku punya hadiah bagus untukmu."
Mika hanya menggeleng dan terus menangis
Waktu tersisa tiga menit.
"Mika..." Wajah Moly berubah sendu. "Kalau kau tidak menusuknya semua akan gagal. Kami tidak bisa kembali."
"Tapi aku tidak ingin semua ini. Kenapa kita tidak membuat pesta sederhana saja. Kenapa harus begini?"
"Tidak bisa Mika. Tempat ini memang penuh makanan manis. Tapi untuk sebuah pesta...tidak ada pesta yang biasa saja di sini. Sudah begitu aturannya."
Omong kosong.
Tentu saja Mika berpikir ini tidak masuk akal.
"Kalau tau begini...."
Waktu tersisa tiga puluh detik.
Mika tidak ingin lagi berbalik. Ia meraih dua pisau sekaligus di tangan kanan dan kirinya. Mika menusuk asal semua bagian kue yang kali ini mirip Moly. Namun, bahkan sampai pada tusukkan terakhir, kedipan pendar merah selalu menjadi penyambut kegagalannya. Ia harus melihat temannya sekali lagi jatuh di lantai dengan berlumuran darah.
Seolah pemandangan itu bukan apa-apa, suara yang menggema sejak tadi terus membayangi Mika seperti mimpi buruk. Ruangan terus berganti tanpa ia sadari. Begitu pula wajah teman-temannya yang saling bergiliran mengisi posisi itu.
Mika berteriak frustasi meminta semuanya dihentikan. Namun, sosok yang bersuara hanya peduli pada waktu yang berjalan mundur.
Popy, Squidy .... Tangan Mika bahkan seluruh badannya sudah bergetar karena memegang pisau, tapi ia tak kunjung meraih keberhasilan dan hanya bisa melihat satu persatu temannya tumbang karena dirinya.
Loly.... Si Koala yang manis adalah yang terakhir. Permainan ini seperti hanya ingin membuat Mika menjadi seorang pembunuh.
Loly sudah setengah berlutut saat Mika telah meluncurkan kedua tusukkannya.
Tangan Mika menggantung di udara tidak sanggup memberi tusukan terakhir. Jika ia gagal semua teman-temannya akan mati.
"Sejak kapan Sweetyland yang manis berubah menjadi neraka? Aku tidak ingin pesta seperti ini?! Kembalikan semua teman-temanku!"
Waktu tersisa tiga puluh detik.
Dengan putus asa Mika meluncurkan tusukkan terakhirnya. Namun, kali ini bukan di tubuh Loly.
Dinding, Mika menancapkan pisaunya ke dinding.
"Aku tidak sanggup lagi," lirihnya.
••••••
Mika terdiam untuk waktu yang lama. Namun, ia tidak ingat kalau ia mendengar alarm tanda kegagalan atau suara menyebalkan itu.
Semua sekitarnya hening.
Tidak. Mika mendengar sebuah nyanyian.
Happy birthday... to you ...
Happy birthday... to you ...
Ia refleks membuka mata.
Sensasi menegangkan sebelumnya masih sangat membekas. Melihat semua teman-temannya kini berdiri di depannya sembari menyenandungkan irama itu, kelegaan yang ia peroleh membuat Mika hampir tidak bisa merasakan kakinya. Ia jatuh berlutut karena lemas.
"Kalian semua ... kalian semua baik-baik saja?"
Moly dan teman-teman lainnya mendekat dan membantu Mika berdiri.
"Selamat Mika! Kau memecahkan teka-tekinya. Sekarang terima hadiahmu."
Kelima hewan yang dapat berbicara itu membuka jalan untuk memperlihatkan sebuah kue tar yang tertata rapi di meja, lengkap dengan banyaknya kotak hadiah. Mata Mika berbinar, air mata bahagia meluncur dengan bebasnya.
"Ini, buka hadiahmu." Moly memberikan sebuah kotak pada Mika, itu kotak yang sama persis seperti yang ia buka sebelumnya.
"Itu dari kami semua. Bukalah."
Setelah mendapat anggukan dari semua temannya, Mika menggeser pelan kotak hadiahnya yang ternyata juga berisi sebuah kertas. Namun, kali ini dengan tulisan berbeda.
Sebutkan satu permintaan, kami akan kabulkan untukmu.
Mika kembali menatap teman-temannya. Mereka tersenyum dan memberikan anggukan.
"Apa pun," tambah Loly, meyakinkan.
Dengan itu, Mika memejamkan matanya lalu menyuarakan satu permintaan yang paling ia inginkan.
"Aku ingin semua yang aku benci menghilang."
Mika tidak tahu apa yang salah, tapi saat ia membuka mata ruangan yang tadinya penuh kue dan hadiah kini berubah menjadi ruangan kosong dengan dinding tembok yang sangat tidak terawat.
Ia menoleh dan menemukan semua teman-temannya terbaring di lantai. Mika berusaha membangunkan, tapi mereka semua tetap diam bahkan tidak lagi bergerak. Mika tidak bisa merasakan napas mereka.
Mereka kaku seperti ... boneka.
Mika tiba-tiba tertegun saat ingatan masa lalu merebak di kepala.
"Mika kenapa kau menangis. Apa yang sakit?"
"Ayah, Bunda, gigi Mika sakit sekali hiks."
"Coba Ayah lihat ... Mika kamu tadi makan permen?"
Mika kecil mengangguk sambil terus memegangi pipinya.
"Mulai sekarang jangan makan yang manis lagi. Itu bisa buat gigimu rusak."
Mika meraung dalam tangisnya.
"Aku benci permen! Aku benci makanan manis!"
••••••
Dua orang perawat baru saja keluar dari ruangan pasien. Langkah mereka terhenti saat mendengar pembawa berita di TV menyiarkan kabar terkini.
Menderita gangguan mental, seorang pasien skizofrenia membunuh ibunya tepat di malam ulang tahunnya. Ditemukan barang bukti berupa ...
"Benar dia yang bunuh?"
"Iya, ada lima pisau yang disembunyikan dibalik lima bonekanya. Semua berlumuran darah. Tangan anak itu juga ada bercak darah."
"Padahal mau rayain ulang tahun, kan? Kasian banget."
•••••
Ada garis batas polisi berwarna kuning bertuliskan policie line yang menyegel pintu masuk di depan sebuah kamar. Ruangan itu sudah kosong. Bercak darah yang menempel di beberapa sisi belum bisa dibersihkan. Semua barang bukti sudah diamankan pihak kepolisian. Satu-satunya yang tertinggal di sana hanyalah sebuah kartu ucapan bertuliskan:
'Happy birthday Mika. Jangan makan kuenya terlalu banyak nanti gigimu sakit lagi'
Tamat
.
.
Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis ketika pengidapnya mengalami halusinasi, delusi, kekacauan dalam berpikir, dan perubahan sikap. Umumnya, pengidap gangguan kesehatan mental ini menunjukkan gejala psikosis, yaitu kesulitan membedakan antara kenyataan dengan pikiran pada diri sendiri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top