❄ 10

Reina menghela nafasnya untuk kelima kalinya di hadapan Jeno.

Jeno?

Maksudnya Jeno Lee yang menjadi pacarnya Choi Yena?

Yup. Entah bagaimana ceritanya di malam hari itu, Mama Barbara sedang tidur cantik di kamarnya. Sehingga, saat Jeno hendak bertamu, yang menyambut hanyalah seorang asisten rumah tangga yang telah mengabdi kepada keluarga ini sejak Reina masih bayi.

Tentu. Bibi Kim tidak tahu menahu kesepakatan Reina dengan nyonya besarnya, sehingga mempersilahkan Jeno masuk dengan hangat. Meminta lelaki tersebut untuk ke kamar Reina karena, di sanalah putri sulung keluarga Jung berada.

Reina tentu senang saat Jeno berada di rumahnya. Ia ingat tentang bagaimana kebiasaan mereka jika di kamar Reina setiap malam.

"Na, kita marathon film. Mau enggak?"

Reina ingat sekali. Itu disaat mereka menginjak menengah pertama. Saat malam minggu, Jeno merasakan kebosanan dengan berguling-guling tak jelas di atas kasur Reina, sedangkan Reina sendiri mengerjakan tugas matematika. Jeno mengajaknya untuk menonton film secara marathon dari jam tujuh malam sampai jam sebelas malam. Mama tidak memberikan ijin pada Reina untuk tidur diatas jam sebelas.

Reina menolak dengan halus. Beralasan bahwa tugasnya lebih penting daripada film yang bahkan mereka belum tahu akan menonton film yang mana. Jeno segera membalas, besok mereka akan mengerjakan tugas tersebut bersama-sama.

Setelah itu, Reina duduk diatas kasur dengan Jeno disampingnya dan sebuah laptop yang berada didepan mereka, tengah memutar film sci-fi, Maze Runner.

Puas telah menonton film Maze Runner dan berlanjut pada Narnia, Reina mengusulkan untuk marathon film ataupun drama setiap malam minggu.

Jeno tak keberatan. Karna, tidak ada yang bisa ia lakukan saat malam minggu selain berkeliling didalam rumah Reina dan saat jam sepuluh atau sebelas pulang ke rumahnya untuk segera tidur.

"Jeno, aku pengen nonton drama, Missing You. Kata mereka seru."

"Kata siapa?"

"Itu ... teman sekelas. Tadi gak sengaja mendengar pembicaraan mereka."

"Besok malam, kita nonton bersama."

"Heum ...."

"Aku kembali ke lapangan basket dulu ya, Na. Jangan pulang dulu, tunggu aku jam dua. Kalau bosan, Nana bisa ke tempatku."

"Okay. Bye bye, Jen."

Reina tersenyun tipis, setelah percakapan itu, Reina marathon drama tersebut dalam tiga hari. Jeno tentu menemaninya.

Reina nangis tak henti di beberapa pertengahan. Jeno sigap memberikannya tisu dan segelas air mineral untuknya.

Setelah drama tersebut selesai ditonton. Reina beralih ke drama korea yang lain. Winter Sonata, My Girlfriend is Gumiho, He is Beautiful. Semua ia tontonin bersama Jeno.

Senyuman Reina yang tipis membuat Jeno yang tengah duduk diatas kasur juga ikut tersenyum. Mereka belum mengeluarkan satu katapun sejak Jeno masuk ke kamarnya.

Jeno bingung harus bagaimana. Reina tak pernah begini sebelumnya. Reina jarang marah pada Jeno, ngambek dan kesal aaja masih bisa dihitung jari.

Apa yang harus Jeno lakukan? Apa ia harus bersikap biasa saja seperti tak ada yang terjadi? Atau ... ia harus bertanya ada apa dengan Reina?

"Jeno,"

Jeno tersenyum bahagia saat Reina memanggil namanya. Jeno mencondongkan tubuhnya, menyangga wajahnya dengan lengan yang ditekuk berdiri di atas kedua paha.

"Jeno Lee,"

Jeno masih tersenyum saat Reina mengucapkan namanya, walaupun, ia sendiri tidak mengetahui kenapa Reina tiba-tiba begini.

Berkali-kali Reina memanggil nama Jeno tanpa adanya tujuan pasti. Jeno bingung dan mengetahui ada masalah dengan gadis didepannya ini. Hingga lelaki itu memilih untuk berjalan kearah Reina.

Jeno jongkok didepan Reina yang duduk sembari menatap kebawah, "Nana, ada apa, heum?" Tanya Jeno lembut.

"Apa aku memutuskan hubungan saja, ya, denganmu?"

Jeno membeku. Ia tak habis pikir dengan Reina. Setelah memanggil namanya berkali-kali, gadis itu mau memutuskan hubungannya?

Apa maksudnya?

"Kenapa?" Tanya Jeno dengan pelan. Kedua telapak tangannya menjulur dan mengait telapak tangan Reina sehingga menjadi satu.

"Aku lelah ...." kata Reina dengan putus asa.

"Aku tak sanggup lagi. Mereka menatapku layaknya harimau yang mendapatkan dua kilo daging sekaligus. Mereka mencibirku seakan aku tidak ada disana. Belum lagi, Yena yang selalu menatapku dengan beragam ekspresi." Kata Reina yang menatap Jeno dengan sendu.

"Bukankah sudah aku katakan, jangan memusingkan mereka dan Yena? Cukup bahagiakan dirimu."

"Aku sudah mencoba. Mencoba sampai aku lelah dan menyerah, Lee Jeno. Besok pagi, ajak Yena keluar jalan-jalan. Aku akan memberikan referensi tempat seperti biasanya." Kata Reina yang sedikit menaik. Tautan mereka terlepas karena Reina yang menjadi memilih duduk diatas kasurnya.

"Stop it, Reina Jung!" Teriak Jeno yang membuat Reina tersentak kuat. Seketika Jeno kalap, ia tahu ia melakukan hal yang tak pernah ia lakukan kepada Reina.

"Astaga, Na ... aku minta maaf, okay? I'm sorry, baby girl ...." kata Jeno dengan nada menyesal. Ia mendekati Reina lagi, dan memilih duduk disebelahnya.

"Aku hanya tak habis pikir denganmu. Kenapa kamu tak mengatakan kalau Yena mengganggumu? Aku akan memutuskannya kalau begitu." Kata Jeno dengan serius. Netra mata Yena bergerak ketakutan.

"No no no. Kamu tahu, Yena mencintaimu, Jeno. Kenapa kamu harus memutuskannya?" Tanya Reina yang menggenggam tangan Jeno, kepalanya bergerak kesana dan kemari untuk menolak sugesti Jeno.

"Dia bahagia kamu menjadi pacarmu, Jeno."

"Yang kamu pura-pura lupa adalah, aku tidak bahagia pacaran dengan Yena! Tidak mencintainya, melainkan kamu, Reina Jung!" Jeno tersengal-sengal. Amarah membuncah, Jeno tak bisa mengeluarkannya semua. Ia kesakitan dalam relung hatinya.

"Yena lebih membutuhkanmu, Jeno." Kata Reina dengan kalem.

"You are wrong. Dia tidak membutuhkanku. Dia lebih membutuhkan seseorang yang dari awal seharusnya bersamanya." Kata Jeno yang mendekati pintu kamar Reina.

Jeno mendorong pintu tersebut agar ia dapat keluar, "Kamu lebih membutuhkanku. Dan, kamu hanya menolak kenyataan tersebut, Jung Reina."

Setelah Jeno menutup pintu tersebut, setetes air mata turun mengaliri pipi kiri Reina.

▪︎▪︎▪︎

Sweetest Problem
Chapter 10 | Done

︎▪︎▪︎▪︎

Hey, hey, hey ... Yo!

Bagaimana kabar kalian?

Sehat selalu, ya. Untuk kalian yang masih sekolah ataupun kuliah, semangattttt 🔥🔥🔥

Fighting!!!

Kalian pasti bisa menyelesaikan tugas seabrek dari guru-guru kalian.

Maaf, kalau banyak puebi yang salah di dua atau tiga chapter belakangan ini, ini draft sudah dari lama. Sudah ada sebelum aku niat belajar puebi dengan benar.

See ya ^^

▪︎▪︎▪︎

To Be Continue

︎▪︎▪︎▪︎

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top