❄ 08
Setelah puas mengingat masa lalu, Jeno mengetik pesan untuk Yena sebagai kekasih.
Choi Yena
Bae, aku sudah pulang ngampus
Kamu dimana?
11.35
Jeno langsung menutup layar ponselnya setelah mengirim pesan tersebut. Terlalu bingung dengan jawaban Reina tadi. Jeno ingin bertingkah biasa saja, tapi, batinnya mengatakan Reina sedikit menjauhinya tadi.
Apa karna Yena?
Apa karna status sebagai pacarnya anak pasangan donasi terbesar kampus?
Kalau itu benar, Jeno tidak segan-segan untuk memutuskan hubungannya dengan Yena.
Yena sendiri juga sedikit membebankan dirinya. Apa karena memang semua gadis seperti ini? Yena sering mengirim pesan tiap saat. Hanya sekedar bertanya apakah Jeno sudah makan atau belum, atau sudah tertidur lelap atau belum.
Jeno hanya membalas singkat. Ya atau belum. Hanya itu. Kemudian, Yena akan menceritakan apa yang ia jalani hari ini. Bu Kim yang suka memberikan tugas sampai Yena yang sering kesepian karena anak tunggal, semua diceritain.
Hanya Tuhan, Reina dan Mama Reina serta Jeno yang tahu, bahwasanya, Jeno pernah tertidur disaat Yena menceritakan kehidupannya dichatting. Terbangun ketika nama Yena tertera di ponselnya dibagian penelepon.
Pengecualian untuk Reina.
Kalian masih perlu tahu banyak lagi tentang pengorbanan Jeno hingga bisa sedekat ini dengan Reina. Reina kecil hanya berbicara saat ditanya oleh Jeno, dengan aksen cadel khas anak-anak, membuat Jeno kecil gemas.
"Reina kan?"
"Ya."
"Reina mau pudding coklatnya?"
"Tidak mau. Len sudah makan pudding coklat Mama."
"Jeno manggil Ren, Nana boleh?"
"Terserah. Mama Balbala suka manggilnya Len."
Jeno tersenyum kecil saat membayangkannya. Apa yang Jeno kecil pikirkan saat itu, hingga ia mampu mengekori Reina kemana-mana?
Benar-benar mengekori Reina.
Reina ke kamar tidurnya, Jeno ikut.
Reina ke ruang tamu untuk menonton televisi, Jeno ikut duduk, tapi, tatapan Jeno dilayangkan kepada Reina.
Reina duduk dikursi makan, Jeno ikut duduk.
Pengecualian, disaat Reina ke kamar kecil, Jeno hanya bisa duduk didepan pintu toilet untuk menunggu Reina selesai dengan urusannya.
Yang Jeno tahu, Jeno kecil tidak memiliki teman di area rumah barunya. Dengan keberadaan Reina kecil disana, Jeno kecil berpikir ia telah memiliki teman.
Sesimpel itulah pemikiran anak-anak.
Hari itu juga saat hari menjelang sore, Jeno kecil berontak tak ingin pulang didalam genggaman Bundanya. Terus-menerus meronta supaya bisa bermain lagi dengan Reina kecil yang tengah duduk tenang menonton acara kartun kesukaannya.
"Jeno, jangan bandel! Sudah malam, Jeno juga belum mandi kan? Mandi dulu, nanti Jeno kesini lagi."
"Tidak mau, Bundaaaaa. Jeno mau main lagi dengan Reinaaaaa."
"Jeno, dengerin Bunda. Sudah malam. Jeno bisa sakit kalau mandinya kemalaman."
"Tidak mauuuuu..."
Jeno kecil terus meronta hingga Bundanya sendiri pusing memikirkan cara untuk menarik anaknya pergi darisana. Reina kecil turun dari sofa dan mendekati Jeno kecil.
"Jeno, besok kita main sama-sama. Jam delapan pagi, Len ke lumah Jeno." Kata Reina kecil dengan senyum manis dihadapan Jeno kecil, jangan lupakan boneka beruang yang ia bawa kemana-mana.
"Reina bilang besok dia akan kerumah. Sekarang, Jeno ikut bunda pulang, segera tidur, besok Jeno bisa main lagi dengan Reina. Iya kan, Reina?" Kata Mina dengan sabar. Reina kecil mengangguk semangat, membuat Mina tersenyum senang. Berbeda dengan Jeno kecil yang menunduk dalam.
Cup!
Jeno kecil terbelalak, begitu juga dengan Bundanya. Reina kecil tersenyum riang, "Jeno halus mandi, bau. Besok Len mau main dengan Jeno. Jeno tadi bilang di lumah ada robot gede kan?" Tanya Reina kecil setelah berhasil mengecup pipi Jeno kecil.
Jeno kecil mengangguk kaku. "Len mau lihat. Tapi, besok ya." Kata Reina kecil yang dibalas lagi dengan anggukan dari Jeno kecil. Mina segera berpamitan kepada Barbara yang tengah membuat hidangan makan malam untuk keluarga kecilnya.
"Barbara, kami pulang dulu ya. Maaf sudah ngerepotin." Kata Mina yang membawa Jeno kecil pulang kerumahnya.
"Tidak apa-apa. Jeno, besok main lagi ya. Tante buat brownies kesukaan Ren." Kata Barbara yang melambaikan tangan pada sepasang ibu anak itu.
Entah apa yang dipikirkan oleh Jeno saat kecil itu dulu. Tidak mau pulang ke rumahnya sendiri, dan masih mau bermain dengan Reina.
Dan... masalah kecupan kecil dari Reina, itu adalah yang pertama bagi Jeno mendapatkan kecupan dipipi. Walaupun, Bunda sering mengecup pipinya saat mau tidur saat Jeno masih kecil. Tapi, itu Bundanya, dan ini Reina, yang sebagai temannya.
Jeno menatap heran pada ponsel yang tergeletak diatas meja. Biasanya Yena akan membalas cepat pesannya. Ada apa dengan gadis itu?
Choi Yena
Bae, apa kamu masih dikampus?
11.45
Jeno langsung kembali ke kampus, khawatir dengan Yena yang tak membalas pesannya sama sekali. Gedung jurusan Yena terbilang dekat dengan pintu utama kampus, dibandingkan dengan punya Jeno.
Kosong.
Kelas Yena kosong.
Semua meja dan kursi sudah dirapikan dan papan tulis juga sudah bersih dari noda tinta.
'Kemana dia?' Batin Jeno yang kembali berkutat pada ponsel dan mengetik pesan untuk Yena.
Bae, kok kelasmu kosong? Kamu dimana?
11.48
Bae, kamu sudah pulang ya?
11.55
Setelah menunggu, Jeno menyerah. Ia tak tahu dimana anak semata wayang donatur terbesar tersebut berada.
Ya sudah deh, besok saja ya kita ngedatenya... mungkin kamu tengah tertidur dirumah. Love you 💕
11.59
Jeno kembali ke rumahnya. Yena mungkin sedang tidur seperti yang ia kirimkan kepada gadis tersebut. Jangan diganggu. Jeno harus bertanya kepada Reina kenapa dengan dirinya hari ini.
Mungkin nanti malam adalah pilihan waktu yang tepat.
▪︎▪︎▪︎
Sweetest Problem
Chapter 08
︎▪︎▪︎▪︎
Haiii, aku akan double up, sebagai akibat dari aku tidak update kemarin Sabtu.
Maafkan aku 🥺
See ya ^^
︎▪︎▪︎▪︎
To Be Continue
︎▪︎▪︎▪︎
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top