❄ 05
Yena menyuapkan sesendok penuh kue coklat dilapisi dengan bubuk tiramisu dengan lahap. Gadis itu tidak peduli dengan Mark yang tersenyum sinting di hadapannya dengan kepala yang menumpu pada tangan.
"Eum ... enak." Kata Yena lalu menyuapkan sesendok kuenya lagi.
Mark tersenyum, "Mau lagi? Kudengar kue matcha di sini juga enak." Balas Mark yang akhirnya bersuara. Ia sedaritadi hanya menatap Yena yang asyik dengan dunia kuenya.
Yena memperbaiki postur duduknya, "Eung ... tidak apa-apa? Jangan deh. Aku sudah kenyang." Kata Yena dengan perasaan tak enak. Gadis itu tahu diri, walaupun, Mark mengatakan biaya adalah tanggungannya. Bukan berarti, ia bisa sesuka hati.
"Belum ... Kamu hanya memakan kue itu tadi. Sudah ... duduk disini, aku akan memesankan satu kue matcha. Tunggu sebentar ya." Kata Mark final. Pria tinggi itu langsung menjauhi meja Yena dan pergi ke area kasir.
Yena bahkan belum sempat menolak. Ia hanya dapat memandang punggung lebar Mark dengan sendu.
'Kenapa baru sekarang kamu perhatiannya? Kemana saja kamu dulu?'
- Choi Yena
Yena mengambil ponselnya yang ia letakkan disaku celananya. Satu pesan dari Jeno.
Jeno Lee
Bae, aku sudah pulang ngampus. Kamu dimana?
11.35
Yena menatap pesan tersebut dengan mata sedih. Ia baru teringat dengan perkataan Jeno di koridor. Baru saja ia hendak melangkah, suara Mark menginterupsinya.
"Mau kemana? Kue matcha sudah menunggu." Kata Mark dengan nada bahagia. Ia meletakkan sepiring kue berwarna hijau lumut itu dihadapan Yena.
"Balik kampus. Jeno menunggu." Kata Yena yang langsung melangkah, tanpa peduli dengan kue matcha dihadapannya. Tangannya dicekal oleh Mark.
"Buat apa mendatangi kesedihan kamu sendiri?" Tanya Mark dengan nada datar. Wajahnya penuh menahan amarah yang siap meledak.
"Dia kebahagiaanku, Mark. Dan kebahagiaan harus ditemui." Kata Yena tak kalah datar, tangannya yang dicekal bergerak-gerak, berusaha melepaskan diri.
Mark malah semakin mengeratkan cekalannya. "Stop lying yourself, Choi Yena." Geram Mark dengan nada rendah. Yena meneguk ludahnya sendiri, ada terbesit rasa ketakutan didalam netra gadis tersebut.
Mark menarik kasar tangannya yang masih mencekal Yena, hingga gadis itu tidak dapat menjaga keseimbangannya. Mark mengalungkan tangan satunya di pinggang ramping Yena, dan satunya lagi masih mencekal.
Dalam posisi ini, Yena dapat melihat jelas pahatan wajah Mark yang sempurna. Hidung bangir, dan bibir tebal, membuat Yena meremang. Ditambah lagi tatapan tajam nan marah memuncah membuat Yena semakin ketakutan.
"Tidak kubiarkan kau kesana, Choi Yena. Perih rasanya saat melihatmu menangis dalam diam setiap kali selesai berbicara dengan si brengsek itu." Kata Mark dengan penekanan disetiap perkataannya. Seolah, ia tidak mau dibantah. Ia bahkan tidak sadar dengan panggilan 'kau' kepada Yena.
Namun, Yena tetaplah Yena.
"Biarkan aku pergi. Kamu tidak berhak atas hidupku, Mark Lee." Balas Yena yang semakin membuat Mark dikobar api.
"SUDAH CUKUP YENA!" Teriak Mark yang membuat Yena terjengit. Ia semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuh Yena, hingga tidak ada celah diantara mereka. Tanpa peduli bahwa, mereka telah menjadi tontonan drama gratis untuk pengunjung lainnya.
"Harus kubilang berapa kali untuk tidak mengejar Jeno lagi? Harus kubilang berapa kali untuk menolak Jeno?" Kata Mark yang menurunkan nadanya, terbesit rasa bersalah saat membentak Yena.
Mark menghembuskan napasnya pelan, seolah, mengusir rasa amarahnya perlahan-lahan. Setelah dirasakannya, emosi sudah cukup stabil, ia bersuara, "Kamu tahu sendiri bahwa Jeno mencintai sahabatnya. Ia dikenal dengan selalu melindungi Reina." Kata Mark to the point.
Yena menggigit bibir bawahnya, "Tapi, dia sendiri mengatakan ia mencintaiku," Sanggah Yena dengan sebuah cicitan.
"Dan, aku percaya itu, Mark." Sambung Yena yang membuat Mark bergemeletuk giginya, ia melepaskan pelukannya dengan kasar. Mark berbalik badan, mengacak surai rambutnya sendiri, dalam hati, ia mendengus kenapa gadis didepannya ini sangat kepala batu.
"Dia hanya menggunakanmu sebagai pelarian. Karna, ia tak sanggup untuk membayangkan hubungan persahabat mereka yang bisa retak karena istilah cinta." Kata Mark yang telah hilang kesabaran. Ia mengatakannya dengan kasar. Yena membeku, seolah tubuhnya menjadi es dalam sedetik.
Mark membuang napasnya lagi. Ia menarik pelan tangan Yena hingga mereka kembali duduk diatas kursi bersebelahan.
"Makanlah. Akan sia-sia jika aku membuangnya." Kata Mark dengan lembut. Seolah, ia tidak marah sebelumnya.
"Mark, ...." lirih Yena yang memainkan kue matcha dengan asal-asalan.
"Heum? Apa, sayang?" Tanya Mark dengan tatapan lembut pada Yena yang masih menunduk.
Yena terdiam. Ia bahkan tidak memarahi Mark. Karena dengan lancang telah memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.
Mark tidak mengatakan apapun, ia menarik tubuh Yena kedalam dekapannya. Menepuk punggung sempit Yena dengan tepukan pelan.
Sekejap, bahu Yena bergetar, ia terisak lagi dalam diam.
Dan, Mark hanya bisa diam, membiarkan hatinya kembali tersayat karena tangisan Yena.
▪︎▪︎▪︎
Sweetest Problem
Chapter 05 | Done
▪︎▪︎▪︎
Haiiii, aku balik. Nanti senin aku akan kembali membawa cerita yang baru lagi.
Penasaran?
See ya ^^
▪︎▪︎▪︎
To Be Continue
▪︎▪︎▪︎
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top