8. Rasa

The Sweetest Daddy

Rasa

[]

Barata tidak bisa selamanya untuk terus berada di vila tersebut. Sudah waktunya bagi Barata untuk ke kota Jakarta dimana semua aktivitasnya berputar. Uang, bisnis, keluarga, dan konflik dalam rumah tangganya. Semua berpusat di kota. Bukan kota dimana alun-alun desa berada, tapi kota Jakarta yang terlalu terisi dengan hiruk pikuk warganya.

Lima hari cukup baginya untuk berada di vila. Itu normalnya. Biasanya memang dia sudah merasa cukup bosan untuk berada di vila selama lebih dari tiga hari. Namun, sekarang sudah berbeda. Barata mendapati dirinya tidak siap untuk pulang ke rumahnya di kota. Dan sekarang malah sibuk bersama Agniya.

Ciuman menjadi kegiatan yang sangat disukai keduanya. Tidak harus selalu berhubungan badan, Barata dan Agnia menyukai kegiatan yang serba saling melibatkan sentuhan.

Di atas karpet berbulu yang bisa saja dilewati sopir atau bahkan Karta yang suka menggunakan kamar mandi di dalam, mereka menyatukan bibir sesering yang tidak bisa dihitung lagi oleh keduanya.

Tayangan televisi di ruangan untuk bersantai itu hanya pengisi, tidak benar-benar ditonton oleh pasangan itu. Bahkan film romantis yang menampilkan adegan mesra membangkitkan gairah-gairah mereka guna melakukan hal yang sama, terbawa suasana, begitulah katanya.

"Om!" Agni mendorong dada pria itu untuk menghentikan ciuman mereka.

"Kenapa?"

"Nanti ada yang lihat gimana? Kayaknya kita dari tadi udah begini terus."

Barata tertawa pelan. Mencuri kecupan di bibir Agniya dan diterima saja oleh gadis itu.

"Ngapain kamu repot mikirin mereka, Agni? Nggak akan ada yang berani masuk, karena saya meminta mereka untuk nggak masuk sembarangan selama saya ada di rumah."

Sudah banyak perubahan yang Barata lakukan setelah kehadiran Agni yang belum lama berada di sisinya. Bagi beberapa orang hal ini akan terlihat begitu cepat, tapi bagi Barata, dia menyukai waktu yang berjalan cepat antara dirinya dan Agni. Dia suka karena rasanya hidup tidak begitu melelahkan dengan keberadaan gadis itu.

Tersenyum, Agni memeluk lengan pria itu dan memberikan kecupan di pipi Barata. Bagaimana dia bisa tidak menyukai pria yang penuh kasih sayang dan perhatian padanya seperti Barata? Agni yakin semua perempuan akan menyukai semua ini.

"Aku suka begini, Om." Kata Agni begitu saja.

Senyuman Barata sedikit memudar. Agni belum berpengalaman dengan pria manapun kecuali Barata. Tidak aneh jika Agni menyukai hal semacam ini terjadi diantara mereka.

"Hati-hati," ucap Barata seraya mengusap kepala Agni. Kebiasaan baru yang semakin disukainya.

Alis Agni tertaut, keningnya pun mengernyit, tak paham dengan ucapan Barata. "Hati-hati buat apa, Om?"

"Hati-hati, jangan sampai kamu jatuh hati dengan saya. Itu tidak akan bagus untuk hubungan yang kita jalani."

Agniya tahu. Dia sudah mencari-cari artikel mengenai sugar baby dan daddy. Di sana hanya berisi banyak jurnal negatif. Konotasi maknanya juga sangat jauh dari bagus.

Sugar baby - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sugar baby adalah orang yang berada dalam jenis spesifik dari hubungan saling menguntungkan untuk tujuan mencapai keamanan ekonomi. Pasangan laki-laki dari sugar baby sering kali disebut sebagai sugar daddy, om senang atau gadun, sementara istilah rekanan perempuan yang kurang umum adalah sugar momma.

Begitulah yang Agni dapatkan untuk arti kata sugar baby dan daddy. Semuanya hanya berdasarkan keamanan ekonomi semata. Dan memang itu yang Agniya lakukan, mencari keamanan ekonomi dengan bertahan bersama Barata.

"Kenapa melamun?" tegur Barata yang menyadari perubahan reaksi Agni.

"Lagi mikir aja, Om. Memang sebaiknya aku nggak jatuh cinta dengan Om."

Merasa ucapan itu menusuk dadanya, apa itu wajar? Bukankah Barata seharusnya merasa semua ucapan Agni benar dan tepat? Kenapa dia sedikit tidak terima dengan pesimisnya Agni untuk memperjuangkan hatinya pada Barata?

"Aku akan belajar untuk nggak suka sama, Om. Aku nggak akan jatuh cinta sama, Om. Tenang aja, hubungan kita cuma sebatas menjamin hidup aku supaya kebutuhannya terpenuhi."

Sialan. Kenapa sakit dengernya?

*

Setelah pembicaraannya dengan Agniya yang tidak berakhir dengan baik, karena begitu Agni selesai mengatakan tidak akan mencintai Barata, gadis itu pergi masuk ke kamar. Barata diam saja, karena dia juga bingung harus berkata apa. Itu yang seharusnya mereka lakukan. Lima hari bersama bukan berarti mereka bisa jatuh cinta ke depannya. Apalagi Barata nantinya harus pergi kembali ke rutinitas normalnya. Dia harus meninggalkan Agni di vila.

Karta masuk begitu Barata memberikan pesan melalui aplikasi obrolan teks. "Ada yang harus saya lakukan, Tuan?"

"Carikan ART untuk di vila ini. Cari yang bisa menginap setiap hari, begitu saya ke sini dia dapat jatah liburnya."

Sudah ada pengurus vila yang akan membersihkan rumah selama beberapa kali dalam seminggu. Tapi itu dulu ketika Barata hanya datang lalu pergi tanpa membiarkan wanita manapun berada di sana. Mulai sekarang dia tidak bisa membiarkan rumah dihuni sendirian oleh Agni.

Bagaimana jika perempuan itu makan? Karena Agni tidak ingin keluar rumah maupun diberi uang oleh Barata. Bagaimana jika Agni ketakutan? Barata membayangkan dengan ngeri jika Agniya sendirian di sana.

"Baik, Tuan."

Karta tidak ingin lagi banyak bertanya. Melihat bagaimana Barata dan Agni hobi sekali menempel satu sama lain membuatnya miris. Harus mendengar suara-suara aneh setiap malam hari sungguh menyebalkan.

Meski kamar Barata berada di atas, Karta terkadang tetap bisa mendengar debam dari lantai kayunya. Awalnya Karta mengira ada tukang yang memukul kayu, tapi lama-lama Karta dengarkan itu bunyi dimana pasangan kelebihan gairah menghabiskan malam mereka tanpa peduli suara yang ditimbulkan.

"Kapan Anda akan kembali ke Jakarta, Tuan? Ini sudah lima hari. Biasanya hari keenam Anda akan bersiap pulang. Jika saya harus mencarikan ART lebih dulu, itu artinya akan lebih lama. Atau, saya bisa meminta agen pembantu mengurusnya dan perempuan itu menemuinya sendiri besok?"

Barata menggelengkan kepala cepat. "Saya akan kembali begitu ART nya didapatkan. Saya ingin menyeleksi juga. Jangan memperkerjakan sembarangan orang."

"Tapi orang rumah akan curiga jika Anda terlalu lama pergi. Ini akan menjadi agenda lama, bukan dinas luar kota saja."

Barata juga memikirkan hal yang sama. Namun, dia tak ingin Agniya sendirian ketika calon pengurus rumah datang.

"Kalau begitu buat cepat, Karta! Kamu carikan ART nya dalam sehari, begitu selesai besoknya kita kembali ke Jakarta."

Karta yang ditekan hanya bisa menggangguk paham. Sudah tugasnya ditekan untuk melakukan bagaimanapun cara menyelesaikan apa yang Barata mau.

"Baik, Tuan. Kalau begitu kita kembali di hari minggu."

Mendengarnya membuat Barata senewen sendiri. Buru-buru dia mengusir Karta dari ruangannya.

Ah, hari ini malah terasa berat karena memikirkan harus kembali ke Jakarta. Barata juga merasa lelah karena ekspresi Agni dan perempuan itu tidak mengganggunya sama sekali sejak pembicaraan mereka siang tadi.

Barata gundah. Apa mengajak Agni bermesraan bisa dilakukannya sekarang? Bagaimana jika gadis itu tak mau?

"Kamu yang punya kendali di sini, Bar! Kenapa malah mikirin dia mau atau nggak?" Memarahi diri sendiri sudah menjadi kebiasaan Barata belakangan ini.

Dia bak pria bodoh yang tidak bisa menentukan keputusan, apalagi yang berkaitan untuk memaksa Agni.

Apa yang terjadi dengan dirinya? Kenapa melihat Agniya seperti ini malah menimbulkan rasa baru untuknya?

[Tenang aja. Konfliknya nggak berat-berat. Cuma nggak ringan aja.🤭]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top