26. Ask

The Sweetest Daddy

Ask

[]

Pertanyaan akan selalu muncul dalam diri manusia. Siapapun orangnya, mereka akan terus mencari jawaban atas apa yang tidak mereka mengerti. Begitu juga dengan Barata yang ingin memastikan sendiri, apa jawaban putranya kali ini. Mengapa ada perbedaan keyakinan antara Barata dan Agni mengenai dalang dari semua masalah ini.

Untuk Barata sendiri, memang tidak begitu mudah untuk mempercayai bahwa Khris melakukan semua ini tanpa alasan yang jelas. Apa motifnya hingga hampir menyakiti Agni dan bayinya?

"Pa, aku benar-benar minta maaf."

Barata mengangkat tangannya, memberi tanda pada Khris untuk tidak langsung bicara dan mengambil posisi nyaman dalam duduknya. Mereka butuh kondisi yang tidak panas untuk membahas mengenai semua ini. Tidak perlu banyak drama, Barata hanya ingin Khris tahu jika pria itu menyayanginya sepenuh jiwa.

"Papa mencoba mengerti, Khris." Mulai Barata. "Papa hanya nggak mau kamu salah paham. Kehadiran Agni dan adik kamu di dalam perutnya, itu bukan ancaman bagi kamu. Papa bisa menyayangi kamu dan mereka dengan kadar masing-masing yang cukup."

Khris menatap Barata dengan ekspresi yang mengatakan ketidaksukaan. Dia tidak menutupi hal tersebut, karena sungguh Khris tak suka gagasan memiliki taraf yang sama seperti Agniya.

"Apa Papa cinta dengan mama?" tanya Khris setelah diamnya.

"Pernah. Papa cinta dengan mama kamu bahkan sebelum kamu ada, tapi cinta itu tidak tumbuh dari mama kamu. Sekarang, kami bahkan nggak memiliki tujuan yang sama lagi, Khris." Barata menghela napasnya. "Kamu pasti sudah bisa merasakannya. Kamu pasti tahu, bahwa hubungan papa dan mama tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kamu pasti sadar bahwa kita hanya hidup dalam kepura-puraan, Khris."

Tak ingin menutupi apa pun lagi, Barata mengatakan hal ini di depan Khris langsung. Dia tak mau mengubah hubungannya dengan Khris menjadi kebohongan. Maka Barata mengatakan kejujuran agar putranya mengerti.

"Lalu kenapa papa membawa masuk perempuan itu? Apa papa nggak berniat bertahan di rumah ini lagi?"

Sedikit terkejut dengan sambutan tanya dari Khris yang beruntun. Namun, Barata tahu dirinya mampu untuk mengatasi segalanya. Dia tidak lagi memiliki niatan untuk melanjutkan hubungan palsunya dengan Trisha, dia ingin keluarga kecil yang menerimanya sebagai kepala keluarga. Sebagai penopang yang diakui dan diandalkan.

"Kamu pasti menyadari, papa nggak mau berpura-pura lagi. Kita harus menjadi pribadi yang jujur, Khris."

Mendengar kalimat tersebut membuat Kris merasa lucu. "Menjadi pribadi yang jujur? Kenapa nggak papa lakukan sejak awal? Kenapa baru sekarang? Setelah aku juga besar dalam kebohongan. Kenapa harus mengubahnya? Kita jalani aja kebohongan ini sampai akhir, Pa. Nggak perlu papa mundur, kalau memang perempuan itu mau bertahan dengan papa, jadikan aja dia simpanan sampai akhir. Yang dia butuhkan hanya fasilitas hidup, bukan status yang jelas. Papa nggak perlu repot untuk bertanggung jawab."

Barata tidak terkejut jika memang Agniya menyatakan bahwa dirinya adalah dalang dari segalanya. Pemikiran pria itu memang patut dikatakan sebagai orang yang jahat. Menempatkan Agniya pada level dimana perempuan itu bukan manusia yang harus dipedulikan statusnya, hanya perlu memberikan materi dan fasilitas hidup saja.

Barata tahu, didikannya tidak sempurna. Dia begitu paham bahwa sosok Trisha juga menjadi contoh yang menambahkan sisi keras kepala putranya. Jadi, tidak heran jika Khris hobi merendahkan orang lain yang dianggapnya tidak berguna.

"Khris, sepertinya memang kamu tidak suka kalau ada orang lain yang memiliki kebahagiaan tulus."

"Aku memang nggak suka dengan hal yang berbau ketulusan. Kenapa Papa jadi ikutan bodoh seperti perempuan itu? Di dunia ini nggak ada cinta, Pa. Dunia ini cuma terisi dengan kepalsuan. Bisa nggak, Papa membedakan mana yang tulus mana yang butuh?"

Khris tidak bisa menahan dirinya lagi dihadapan Barata. Terbukti bagaimana cara bicara Khris yang tidak lagi tenang. Amarah membuat Khris lupa bahwa ada Barata yang mengasihinya dengan tulus.

"Jadi, bagimu cinta papa ini nggak tulus untukmu? Bagimu papa hanya kepalsuan selama ini?"

"Iya." Barata tertegun. "Papa adalah bentuk kepalsuan selama ini. Untuk apa papa terlihat bahagia, tersenyum, tertawa, dan menghiburku. Kalau ternyata papa selalu menangis di ruangan papa. Sendirian. Papa nggak pernah bercerita atau melibatkan aku dalam kesakitan papa. Papa tunjukkan kebahagiaan semu! Dan papa tahu? Aku bertahan dengan hal palsu itu bertahun-tahun sampai aku terbiasa dengan semua kepalsuan, kepura-puraan, dan akting keluarga bahagia hingga sejauh ini!"

"Khris?"

"Papa menemukan Agniya dan mau keluar dari lingkaran keluarga gila ini?" Khris mendengkus. "Nggak bisa, Pa. Nggak akan aku biarkan papa dan mama bahagia dengan hidup kalian masing-masing! Aku akan pastikan perempuan papa itu hanya simpanan, nggak lebih."

Khris meninggalkan ruangan papanya dengan wajah tak lagi tenang. Berbeda dengan ucapan maaf pertama yang keluar, tadi adalah luapan emosi yang tidak pernah Barata dapati sebelumnya. Mungkin putranya memang membutuhkan banyak hal yang bisa meruntuhkan dinding kepalsuan yang selama ini dirasakan.

*

Agniya tidak tahu harus melakukan apa ketika keberadaan Khris tanpa diundang membuat apartemen itu menjadi lebih menegangkan ketimbang Agniya yang sendirian. Khris mengacak-acak isi dapur, membuat Agni akhirnya geram dan mendorong lelaki itu mundur.

"Kamu minggir. Biar saya buatkan mie untuk kamu makan."

Khris tidak menolak. Dia mangamati Agniya yang mahir menggunakan peralatan dapur dan bahan-bahan dasar memasak.

"Kamu mengincar apa dari papa saya?" tanya Khris dengan tatapan tetap pada Agni yang membelakanginya.

"Kamu sudah tahu, kan. Lagi pula, kenapa harus bahas papa kamu lagi? Aku nggak berniat kembali—"

"Papa saya yang akan mengejar kamu, apa pun caranya."

Agniya tidak membalas kalimat tersebut. Khris sepertinya sudah bicara dengan Barata dan berakhir tidak baik.

"Kamu nggak mau tahu apa masalah saya dan papa?"

Lagi. Agniya tidak ingin membalas kalimat apa pun yang keluar dari mulut Khris dan menyangkut pautkannya dengan Barata.

"Dia bicara jujur. Dia nggak mau kehilangan kamu dan anak yang kamu kandung. Nggak mau lagi berpura-pura." Khris mendecih. Wajan mulai berdesis, entah apa yang Agni buat begitu serius. Padahal Khris hanya mau makan mie instan saja.

"Berapa umur kamu?"

"Dua puluh."

"Kapan 21 nya?"

Agniya tidak langsung menjawab pertanyaan mengenai hari lahirnya.

"Kapan??"

"Delapan Agustus."

Khris mengangguki. "Sebentar lagi ternyata."

Tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka. Khris akhirnya memilih menunggu di depan televisi dan membiarkan Agni sibuk di dapur sendiri.

"Ini mie nya."

Tampilannya tidak seperti mie biasa. Khris semula malas untuk mencoba, tapi karena lapar sebab emosinya tadi, dia melahap mie tersebut dan cocok.

"Pantas papa saya nggak bisa melapaskan kamu."

Agni yang berniat membereskan bekas masakannya menoleh. "Apa?"

"Papa saya kamu pelet pakai masakan kamu, kan?"

Menghela napasnya, Agni memilih kabur dari sana. Membiarkan Khris menghabiskan makanannya sendiri.

Sibuk dengan kegiatan masing-masing, pintu apartemen terbuka dan seruan seseorang membuat Agni dan Khris menoleh dengan terkejut.

"Sayang, aku bawa susu dan buah—" Barata menatap putranya. "Khris? Kamu ... ngapain di sini?"


[Apakah bapak dan anak ini bakal saingan mengunjungi Agniya tiap malam?]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top