2. Konfirmasi

The Sweetest Daddy

Konfirmasi

[]

Barata jelas langsung panik. Dia hanya mengira bahwa perempuan yang sudah berada di depan tempatnya tinggal adalah tipikal perempuan nakal yang suka bersikap layaknya gadis malu-malu. Itu sebabnya Barata bertanya apa perempuan di hadapannya selalu bersikap demikian untuk menarik perhatian pelanggan? Barata merasa tak mungkin Warta memberikannya seorang gadis ranum tanpa pengalaman. Namun, nyatanya yang didapati Barata kini justru mengejutkan. Dia mendapatkan gadis. Seorang perawan!

"Kamu bukan dari Warta?" tanya Barata yang mau tak mau menahan dirinya untuk menyentuh gadis itu.

Sengaja duduk berjauhan dan celana pendek untuk menutupi bagian bawahnya. Gadis yang menyasar itu juga sudah mengenakan kemeja besar milik Barata.

"Bu--bukan, Om."

Sukses Barata mengusap wajahnya dengan frutrasi. Bagaimana bisa pengalaman ini terjadi?

"Siapa nama kamu?" Akhirnya Barata bertanya hal ini. Nama si gadis. Padahal pantang bagi Barata untuk mengenalkan diri maupun mengetahui nama perempuan yang disewanya untuk beberapa hari selama berada di desa itu.

"Nama saya ... Agniya."

Mau tak mau Barata memejamkan matanya. Dia sudah berusaha keras menghindari bertatapan dengan Agni. Bahkan mendengar suaranya saja Barata suka. Sialan. Andai saja Agni adalah perempuan yang Warta bawakan, sudah pasti akan Barata sewa lebih lama. Sudah pasti juga Barata akan meminta Agni hanya untuknya sebagai pelayanan spesial. Sayangnya itu tidak akan terjadi, karena Agni hanya gadis menyasar ke tempatnya.

"Oke, Agni. Saya tidak mau terkena masalah karena membawa kamu ke sini. Saya nggak tahu dari mana asalmu, siapa orangtuamu, dan bagaimana bisa kamu berakhir di depan pintu rumah saya. Jadi, kamu bisa bebas. Pakai bajumu kembali, dan saya akan menyuruh orang mengantar kamu pulang."

Agni langsung menggelengkan kepala. Dia memohon pada Barata dengan cara bersimpuh, membuat paha gadis itu terlihat dari kemeja milik Barata.

"Nggak, Om! Jangan bawa saya pulang. Saya nggak mau pulang, Om."

Barata semakin dilanda pusing. Jika tidak membawa gadis itu kembali ke rumahnya, Barata harus apa?

"Saya nggak bisa membuat orangtua kamu cemas--"

"Orangtua saya sudah meninggal."

Tersentak dengan jawaban si gadis, Barata memikirkan ulang cara apa yang bisa dilakukannya dengan permohonan Agni.

"Kamu bisa tinggal di sini. Malam ini."

Barata berdiri dari tempatnya duduk. Tidak tahan untuk lebih lama lagi bersama Agni. Bisa semakin kusut kedua kepalanya jika dibiarkan mengamati Agni yang terlanjur membuatnya terpukau tadi.

Tahu Barata akan meninggalkannya sendirian di sana, Agni segera berdiri dan memeluk pria itu dari belakang.

"Kenapa Om mau tinggalin aku sendiri? Aku ... Om harus pakai aku supaya aku bisa bertahan hidup."

"Astaga!" Barata merasakan dada Agni di punggungnya.

Apa semua gadis zaman sekarang senekat dan pemaksa seperti ini?

"Kamu bisa bertahan hidup dengan cara yang lebih baik, Agniya. Saya hanya akan berakhir merusak kamu jika ini yang kamu lakukan."

"Om memang udah merusak aku." Meski pelan, tapi balasan itu membuat Barata tertegun. Benar. Dia sudah mersuak Agni tadi, sebelum mengetahui bahwa Agni bukan perempuan yang dia pesan dari Warta.

Menghela napasnya, Barata memberikan kesempatan pada Agni untuk mengeluarkan isi kepalanya. "Jadi, kamu ingin saya bersikap bagaimana? Merusak kamu sepenuhnya?"

Agniya juga sebenarnya tidak sampai hati mendengar kalimat itu. Bagaimana pun yang datang menyerahkan diri adalah Agni sendiri, Barata tidak bermaksud merusaknya sejak awal.

Tanpa bicara, Agniya tidak mengerti dari mana keberaniannya timbul. Membalikkan tubuh Barata, dia cium bibir pria itu dan memantik gairah Barata kembali.

Sebuah konfirmasi yang sangat jelas. Karena Agniya menginginkan dirinya dikuasai oleh pria itu kembali.

"Kamu yakin--"

"Lakukan saja, Om."

Karena Agni akan mengikat pria itu dengan rasa tanggung jawab dan penyesalan yang nantinya akan dimiliki pria itu setelah menjadi yang pertama bagi Agni.

Tak mau kecolongan dengan bersikap tidak sabaran hingga membuat Agni menangis seperti awal tadi, Barbara mengambil keputusan untuk bersikap lemah lembut pada Agni.

"Kamu memang gadis kecil yang nakal, Agni."

Agniya tidak peduli. Dia akan menerobos. Membuat Barata menjadi sugar daddy nya.

*

Keinginan Agni adalah bisa bersama Barata untuk membuat hidupnya menjadi lebih baik dengan keluar dari keluarga bibinya yang tidak menghargainya sama sekali.

Dia berharap, pagi hari usai Barata menjadi pria pertamanya adalah segera ada rancangan Agni menjadi simpanan pria itu. Namun, ketika paginya dia mendapati rumah itu kosong dengan amplop putih besar berada di dekat bantalnya, Agni menangis.

Pria tetaplah pria. Baik itu muda atau tua. Yang kaya maupun tak punya apa-apa. Mereka sama brengseknya. Barata pergi, meninggalkan harapan Agni sia-sia. Uang saja tidak akan membantunya, dia membutuhkan pria itu. Karena uang di amplop itu bisa habis jika ketahuan bibinya. Sedangkan Barata tidak akan habis meski dicabik-cabik oleh bibinya yang mata duitan.

"Sialan!" maki Agni sembari memakai kembali pakaiannya.

Dia memutuskan untuk tidak mandi. Karena pulang dengan rambut yang basah hanya membuat tatapan curiga orang rumah. Agni benci dipermainkan seperti ini. Ternyata ucapan Yani tidak sesuai kenyataannya. Barata bukan pria kota kaya yang akan membuat hidupnya lepas dari siksaan bibinya.

"Nona," panggil sebuah suara.

Agni melihat pria yang tidak lagi muda menghampirinya ketika akan melewati gerbang.

"Bapak panggil saya?" tanya Agni.

"Iya, Non. Mari masuk ke mobil. Tuan besar meminta saya mengantar Anda sampai ke rumah."

Agni mulanya merasa Barata peduli padanya. Namun, pikiran itu segera ditepis begitu menyadari uang di amplop tanpa ucapan apa-apa dari pria itu.

"Nggak, Pak. Makasih. Saya jalan kaki dari sini. Nanti ada kendaraan umum."

Sopir yang mendapatkan amanah itu panik. Jika tidak melakukan sesuai komando Barata, dia akan mendapat masalah.

"Jangan, Non. Mari saya antar, ini mandat tuan besar."

Agni menggeleng. Dia mengucapkan terima kasih sekali lagi dan beranjak pergi.

"Non! Non! Saya bisa dapat masalah kalau tidak mengantar Anda!" teriakan itu tidak Agni pedulikan.

Dia kesal. Barata yang dia ingin jadikan tempatnya bertahan, justru meninggalkannya dengan mudah. Agni memberikan dedikasinya dengan menyerahkan miliknya untuk pria itu, tapi dibayar dengan cara sama seperti wanita bayaran lainnya.

Padahal sudah jelas Agni katakan semalam, bahwa dia ingin ada di sisi Barata.

"Om, aku mau lakuin apa aja buat, Om. Asal jangan usir aku. Nggak perlu dibayar, yang penting aku dapet tempat tinggal."

Namun, sepertinya Barata menganggap ucapan Agni sebagai candaan. Karena pria itu hanya terkekeh dan memeluk Agni saja sebelum akhirnya tidur nyenyak bersama.

"Sialan!"

Agni masih menitikkan airmata meski sudah berada di jalanan. Dia tidak menggunakan uang dari Barata untuk naik kendaraan umum. Dia berjalan kaki hingga rumah. Membiarkan rasa ngilu dan sakit dibagian bawahnya menyebar.

Memang tidak ada jalan mudah untuk keluar dari jeratan keluarga bibinya. Agni harus mencari cara lain.



[Jahat banget sih, Om! Habis dipake, ditinggal gitu aja.😔]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top