Blood Sweat and Tears

"Hyung, begadang lagi?" Suara Jung Hoseok terdengar dari ambang pintu.

Yang diajak bicara tak menanggapi, bahkan masih terus asyik menyumpal telinganya dengan earphone sambil menulis not balok pada sheet kosong.

"Yoongi-hyung!" Hoseok memanggil dengan keras, berusaha bersabar akibat dimasa bodokan.

Gerakan tangan yang menggenggam pena terhenti, Yoongi— Min Yoon Gi menoleh, air mukanya tak bersahabat.

"Apa?" tanyanya singkat tanpa melepas earphone yang terpasang.

"Jangan begadang lagi, noona tak akan senang melihatmu memaksakan diri, hyung." Hoseok menatap cemas pada punggung Yoongi.

"Aku memilih untuk tetap menulis lagu ketimbang istirahat, aku tak ingin kehilangan ideku," balas Yoongi seraya kembali berfokus pada sheet kosong dan mulai menulis deretan not balok serta lirik.

"Hyung, tak takut nanti akan tumbang?"

Senyum Yoongi terulas meremehkan, "Aku tak akan tumbang selama muse-ku, Shin Sung Gi tetap berada dalam jarak pandangku."

"Kau terlalu meremehkanku, Hoseok."

AoiKitahara present

Sweeter Than Sweet

BTS fanfiction

BTS belongs to BigHit Entertainment

Warn: Typo(s), OOC, cliffhanger, dark romance, song-fict, establilazed romance, obsession, madness!SugaxOC, etc.

Saya tidak mengambil keuntungan materiil dari pembuatan fanfict ini, semua semata-mata untuk kesenangan pribadi.

Recommend song: BTS - 피 땀 눈물 (Blood Sweat & Tears)

Don't like don't read

Happy reading!
.
.
.
'My dear...
We are slow dancing in a burning room.'

Yoongi mengangkat tinggi-tinggi lembaran sheet yang dipegang dengan penuh kebanggaan. Akhirnya ia dapat menyelesaikan lagunya dalam waktu yang relatif lebih singkat dari biasanya, yakni 2 bulan. Dirinya tak sabar ingin mempersembahkan lagu yang dibuat khusus untuk kekasihnya, Sunggi.

Suga— sapaannya saat berada di atas panggung, bangkit dari duduknya, meraih mantel jas sambil membawa masker serta topi. Ia adalah idol terkenal, berjalan keluar tanpa penyamaran hanya akan membuatnya diserbu oleh ribuan fans sepanjang jalan.

"Yoongi-ah, mau menemui Sunggi-ah?" tanya Jin saat Yoongi melewati ruang tamu dorm.

"Ya." Yoongi hanya membalas singkat sebelum akhirnya mengenakan masker serta topi, kemudian berjalan meninggalkan dorm.

"Bagaimana menurutmu, hyung?" Suara rendah tersebut membuat Jin berbalik melihat sang empunya.

"Maksudmu, Hoseok-ah?" Bukannya menjawab, Jin malah berbalik bertanya.

Hoseok menyeruput secangkir coklat dalam genggaman sambil memandang ke arah lain dengan jauh, "Yoongi-hyung terlalu berbahaya untuk noona. Ada bagian dari dirinya yang salah."

Langkahnya tetap santai, Yoongi berjalan melawan arus mayoritas, menuju bagian yang lain dari kota seluas Seoul ini. Musim semi masih terasa dingin sekarang, mengingat belum keseluruhan salju mencair, hawa beku pun relatif kentara. Sepanjang perjalanan, Yoongi tak dapat berhenti untuk tidak tersenyum. Berulang kali ia menyusun skenario dalam kepala saat tiba nanti di apartemen Sunggi, ia akan menyapa Sunggi seperti biasa sambil mengelus puncak kepalanya.

Senyumnya tak meluntur bahkan setelah sampai di depan pintu apartemen Sunggi, malah sebaliknya— senyumnya semakin lebar. Yoongi menekan deretan angka di bawah gagang pintu, ia tahu password apartemen Sunggi agar bisa leluasa datang dan pergi kemari. Pintu terbuka, lantas tanpa basa-basi lagi, Yoongi melangkah masuk sambil melepas masker, topi, dan sepatu.

"Chagi, aku datang. Kau di mana?" Suara Yoongi menggema di sepanjang lorong menuju kamar Sunggi.

"Kau tak merindukanku, hm? Kita sudah 3 hari tak bertemu," ucap Yoongi merendahkan suaranya, syarat akan sebuah emosi yang ditahan sebisa mungkin.

Hanya keheningan yang didapatkan oleh Yoongi. Ia geram, kekasihnya tak mengacuhkan dirinya, manusia macam apa yang takkan geram?

"Sunggi-ah, jawab aku sekarang." Nada Yoongi berubah mengintimidasi, ia memang orang yang acuh tak acuh, tapi bukan berarti ia menerima perlakuan semacam itu.

Yoongi masuk tanpa permisi ke dalam kamar Sunggi, ia mendapati kekasihnya baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang terlihat masih setengah kering.

"O-oppa! Kenapa kemari tak memberi tahu?" Sunggi berhenti menggosok rambutnya dengan handuk.

"Kenapa tak menjawab panggilanku?" Tak mempedulikan pertanyaan Sunggi, Yoongi malah berbalik tanya.

Sunggi menelan ludah susah payah, ia telah melakukan sesuatu yang amat dibenci Yoongi. Sorot mata Yoongi yang tajam membuat Sunggi gemetar hebat.

Ia selalu takut akan tatapan marah Yoongi.

"M-maaf, oppa. Aku benar-benar tak mendengarnya," cicit Sunggi, pandangannya turun menatap kaki Yoongi.

Yoongi mendekat, 1 langkah, 2 langkah dan seterusnya hingga berdiri di hadapan Sunggi dengan tegap. Tak mengatakan apapun lagi pada sang gadis, namun ia dapat merasakan tatapan menusuk Yoongi tanpa harus melihatnya sendiri. Tak ada yang tahu hal gila apa yang bisa saja dilakukan oleh rapper Bangtan tersebut saat suasana hatinya sedang memburuk. Sunggi tak mau memikirkan maupun membayangkan hal terburuk.

Ia menolak membayangkannya.

"Saat berbicara dengan orang, bagaimana sikap yang baik, chagi?" ucap Yoongi dengan nada lembut yang dibuat-buat.

Sunggi menggigit bibir bawahnya takut, namun ia tak bisa memberontak. Sebab, memberontak dari Min Yoon Gi hanya akan memperkeruh air yang memang sudah keruh, saat itulah mimpi buruk Sunggi akan dimulai tanpa akhir. Ia mengangkat wajahnya, menatap langsung pada sepasang manik obsidian kekasihnya yang selalu terasa menelan, bagaikan blackhole di luar semesta.

"Maaf atas ketidaksopananku, oppa." Rasa takut mendominasi Sunggi, tenggorokannya terasa kering mencekat, baru saja selesai mandi, kini keringat sebesar biji jagung mulai timbul di dahinya.

Yoongi tersenyum kecil— yang bagi Sunggi itu bukanlah senyuman, ia menganggukkan kepala sambil menyentuh kedua pipi gadis itu yang entah mengapa terasa dingin. Namun, Yoongi tak bodoh, ia tahu penyebabnya. Karna dirinya akan selalu tahu tentang muse kebanggaan yang selalu diagung-agungkan olehnya. Sunggi tak tahu bahwa ia sudah menapakki labirin yang salah.

Tak ada kata kembali.

"Tak perlu takut begitu, aku takkan memberimu hukuman," bisik Yoongi.

Tipuan.

Ilusi.

Kepalsuan.

Sunggi terlanjur direngkuh ke dalam sayap coklat Yoongi.

Sayap iblis baginya.

Gila, tak waras, eksentrik, sinting.

Deskripsi apalagi yang bisa menggambarkan sesosok Min Yoon Gi? Segila apapun orang-orang menilainya, Yoongi tetaplah satu-satunya orang yang dapat memanipulasi Sunggi dengan begitu mudah.

Ini sudah terlanjur menjadi kesalahan fatal.

Perlukah Sunggi mengikuti sesi pembaktian kembali agar terlepas dari jerat benang tak kasat mata milik Yoongi?

Bodoh dan naif.

Hal itu takkan berpengaruh. Suga yang berada di atas panggung dengan yang sedang berdiri di hadapannya ini punya dua topeng berbeda.

Kenapa perbedaannya terasa seperti sebuah omong kosong?

Ia berdiri di ujung jurang, tak bisa melangkah maju maupun berbalik kembali. Selalu ada bayang-bayang Yoongi yang menanti di belakang punggungnya. Salah melangkah, hidupnya tak lagi terjamin aman.

Ia akan selalu dihantui oleh pesona Yoongi.

Kapan dirinya dilepas?

Sunggi perlahan menangis tanpa suara sambil masih terus menatap sang kekasih. Pipinya diusap sayang, Yoongi berdesis pelan.

"Ssst ... chagi, jangan menangis, oke?" ucap Yoongi.

Penipu ulung.

Apakah melodi-melodi ini takkan berhenti? Sampai kapan ia harus menarikan diri dengan musik seperti ini?

"Aku sudah membuat lagu terbaru kami untuk comeback yang akan datang, kupersembahkan untukmu, Min Sunggi-ah." Yoongi mengusap mata gadisnya, kemudian beralih pada bibir tersebut.

Pernyataan ini bukanlah sebuah afeksi, melainkan—

Perintah absolut.

Sunggi lagi-lagi dipaksa mendengarkan lagu hasil ciptaan Yoongi.

Seringaian Yoongi terbit, ia mengecup kelopak mata kekasihnya bergantian. Sayangnya Sunggi tak merasakan apa-apa, perasaan Yoongi yang tertuang hanyalah sebatas obsesi tingkat gila.

Menari-nari di atas bara api

Tertawa-tawa pada ruang hampa

Dijungkir balikkan oleh semesta

Ditelan dalam kekosongan

Benarkah akan berakhir seperti ini?

Hilang ...

Hilang ...

<*>*<*>

Sunggi merapatkan mantelnya lebih erat, syal di leher pun ditarik lebih longgar agar tak mencekik, telapak tangannya yang terbungkus sarung tangan pun masih terasa membeku, padahal penghangat ruangan sedang menyala sekarang. Hari ini, BTS akan memulai konser comeback-nya, Yoongi meminta— memaksa Sunggi untuk hadir. Ia berdiri di depan panggung, tempat VIP sesuai keinginan Suga.

Lampu-lampu meredup, teriakan para Army membeludak kala siluet ketujuh pria tersebut muncul. Demi apapun, Sunggi tak merasa nyaman sekarang. Suara Jimin menjadi pembuka, para fans semakin histeris menyebut nama para member satu per satu.

Sunggi hampir lupa cara bernapas kala Yoongi maju dan menyanyikan bagian rap andalannya.

My blood sweat and tears and
My body mind soul
Know well that I am yours
This is a spell that will punish me

Suga mundur, digantikan oleh Namjoon— Rap Monster yang mengambil alih vokal rap. Namun, ia dapat melihat seringaian Yoongi yang menatapnya sebentar sebelum kembali pada posisinya.

I want you a lot a lot a lot a lot
I want you a lot a lot a lot a lot a lot a lot
I want you a lot a lot a lot a lot
I want you a lot a lot a lot a lot a lot a lot

Sunggi menutup kedua telinganya, rasanya seperti hanya mendengar suara Yoongi yang menyuarakan tentang keinginan akan dirinya. Tubuhnya kembali bergetar, keringat dingin mulai membasahi pelipis, tangan dan telapak kakinya terasa kedinginan.

Kenapa rasanya sangat menakutkan?

Kiss me on the lips lips, this is a secret between the two of us
I am addicted by the prison that is you
I cannot worship anyone else beside you
I knowingly drank from the poisoned chalice

Kepala terangkat, ia bertemu pandang dengan Yoongi. Entah mengapa, tiba-tiba saja Sunggi seolah dapat membaca pikiran Suga.

'Apa kau suka lagunya? Kubuat ini untuk mempertegas kepemilikanmu.'

Shin Sung Gi membeku, merasa dirantai kuat oleh Yoongi. Suga di atas sana tak terlihat ganjil, namun bagi para member dan Sunggi sendiri tahu bahwa 'ada sesuatu di dalam diri Suga'.

My blood sweat and tears, my last dance
Take it all
My blood sweat and tears, my cold breath
Take it all

Bagian lagu yang terus berulang membuatnya hampir menggila, apa benar takkan ada habisnya? Sunggi menatap sekeliling Army yang malah semakin bersemangat menyoraki para bias.

Ia heran, mengapa dengan lirik sebegini mengganggunya mereka tetap merasa nyaman? Apa mungkin hal seperti ini hanya dirasakan sepihak oleh Sunggi?

Sebab, lagu ini ditujukan pada dirinya seorang.

I can’t reject it anyway
I can’t even escape anymore
You are too sweet, two sweet
Because you are too sweet

Semakin akhir, lagu ini seolah tengah mengejeknya. Kalau bisa, ia akan naik ke atas panggung dan menghancurkan sound system agar lagu tersebut dihentikan. Sepasang maniknya sedari tadi sudah meluncurkan likuid bening, tepatnya sejak lirik pertama dikumandangkan.

Musik telah sepenuhnya berhenti, namun tak mengentikan gegap gempita yang masih terdengar ricuh akan teriakan para fangirl maupun fanboy. V— Taehyung mengarahkan mic di depan bibirnya bersamaan dengan Jungkook.

"Apa kalian menikmati lagu comeback kami?" tanya Jungkook yang langsung disambut teriakan syarat akan puas dari para fans.

"Baiklah, kami akan meminta satu orang yang terpilih untuk naik ke atas panggung," ucap Taehyung, suasana malah semakin ricuh akibat mendengar ucapan Taehyung.

Suga— Yoongi maju ke arah penonton, beberapa dari mereka mengulurkan tangannya sambil mengelu-elukan nama Yoongi, seolah-olah hendak meminta pertolongan untuk diselamatkan dari pasir hisap.

"Kau, nona. Bisakah kau naik ke atas panggung?" Yoongi menarik lengan Sunggi, ia bersikap layaknya tak saling mengenal demi menjaga hubungan serta keselamatan Sunggi.

J-Hope— Hoseok menggigit bibir bawahnya cemas, diikuti para member BTS lainnya saat mengetahui siapa yang ditarik Yoongi. Teriakan penuh iri dan kecemburuan pun mulai menghujani Sunggi.

"Hm, boleh kami tahu siapa nama dan umurmu, nona?" tanya Jimin sembari menyodorkan mic pada Sunggi.

"S-Shin Sung Gi, 24 tahun," balas Sunggi.

"Wah! Berarti noona tipeku sekali!" Jungkook menggoda sedikit meskipun dilirik cukup sinis oleh Yoongi.

Sunggi tak berharap bahwa akan terjadi lebih buruk daripada ini.

"Bagaimana menurut noona tentang lagu terbaru kami, Blood Sweat and Tears ini?" tanya Taehyung.

"Y-ya, bagus. Keren sekali," ucap Sunggi.

"Bisakah kita menyanyikannya bersama-sama kalau begitu?" Yoongi memancingnya.

Yoongi mulai menyanyikan bagian rap-nya kembali.

'Tidak, jangan lagi,' batin Sunggi.

Mendadak kepalanya pening bukan main, suara obsesi absolut Yoongi berputar gila, terasa memenuhi gendang telinga hingga merembet pada otaknya. Matanya berkedip beberapa kali sebelum akhirnya ia terjatuh tak sadarkan diri dalam pelukan Yoongi yang menahan beban tubuhnya. Para member BTS panik seluruhnya sebab keadaan Sunggi yang tiba-tiba tak sadarkan diri.

Suga tak membiarkan para staff yang membawa tubuh kekasihnya di backstage, ia dengan inisiatifnya sendiri menggendong Sunggi ke backstage.

Tak ada yang boleh menyentuh muse-nya.

<*>*<*>

Sunggi menghindari segala hal tentang lagu terbaru BTS. Ia merasa seperti sedang disudutkan oleh Yoongi melalui lagu tersebut. Rasanya, ini terlalu tidak adil bagi Sunggi sendiri. Kenapa setiap liriknya malah seperti menggambarkan perasaanya?

Sungguh, terkutuklah Suga yang telah menulis lagu tersebut.

Terkutuklah Rap Monster yang ikut membantu Suga dalam mengarasemen lagu itu namun tak ambil andil mengubah liriknya.

Terkutuklah J-Hope yang mempunyai ide koreografi dance lagu itu.

Terkutuklah Jungkook akan vokalnya saat membawakan lagu Blood Sweat and Tears.

Terkutuklah Jin yang tak menghentikan Suga saat menulis lagu tersebut.

Terkutuklah Jimin dengan vokalnya yang sangat dalam di awal lagu.

Terkutuklah V yang tak dapat berbuat apapun.

Sunggi mengutuk semua orang yang menyebabkan lagu itu tercipta. Penderitaan mana lagi yang akan ia hadapi setelahnya?

Kenapa semua orang berlaku kejam padanya?

Bahkan kegilaan Yoongi pun mulai menulari akal sehat Sunggi. Kini, hanya tinggal menghitung waktu sampai dirinya benar-benar hilang kewarasan.

Pintu kamarnya di ketuk sekali, di sana terlihat Yoongi berdiri di ambang pintu sambil membawa nampan berisi bubur ayam serta segelas air mineral, berikut dengan beberapa obat-obatan.

"Salah siapa sekarang tak mau menurutiku?" Yoongi mendengus pelan seraya menyendok sesuap bubur kemudian menyodorkannya pada Sunggi.

Yoongi akan terus berlaku manis selama Sunggi menurutinya, namun untuk kasus kali ini, Suga memilih menurunkan egonya dan merawat sang kekasih.

"Terlalu sunyi, aku membawa flashdisk berisi lagu terbaru kami. Kau tak keberatan mendengarnya, 'kan?" Ucapan Yoongi bagai petir di siang bolong.

Bubur yang seharusnya mudah ditelan, kini terasa tengah menyangkut di tenggorokan. Sunggi tak sanggup menggelengkan kepala, tanpa sadar dirinya malah menganggukkan kepala.

Yoongi mendekati laptop, menancapkan flashdisk, mulai memilah lagu. Yang paling pertama diputar pun adalah lagu Blood Sweat and Tears.

Pupil mata Sunggi melebar, ia menunduk sambil menatap selimutnya shock— melamun seketika itu. Yoongi mengusap rambut gadisnya, lantas ia keluar membawa kembali nampan dengan mangkuk yang baru seperempat dicicipi oleh kekasihnya.

Siksaan apalagi ini?

Sunggi menerjang laptop yang masih terus memutar lagu tersebut, mengangkatnya tinggi lalu melemparnya ke arah dinding kamar hingga hancur. Lagu telah berhenti, namun sekali lagi, suara tersebut masih terus menggaum dalam gendang telinga.

Rambut panjang coklat terangnya dijambak kuat, mencoba mengalihkan perhatian dengan rasa sakit, tetapi nyatanya tak menghentikan mimpi buruk yang sedari tadi menghantuinya. Sunggi berjalan ke arah nakas dengan tergesa, bagai orang yang tengah berada di bawah pengaruh minuman keras. Tangannya lantas menarik laci nakas, mengobrak-abrik isinya hingga menemukan sesuatu di dalamnya.

Dengan tangan bergetar, Sunggi menggambil beberapa butir obat tidur dengan dosis lebih dari yang biasa ia konsumsi saat insomnia melanda.

Ya, ia akan tenang.

Tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.

Semuanya telah terkendali dalam genggamannya sendiri.

Ia tak lagi menjadi boneka Yoongi.

Ia bebas, Sunggi takkan perlu lagi memuja sesosok Yoongi.

Kini Yoongi tak lagi punya kesempatan untuk mematahkan sayapnya.

Ia akan terbang bebas, tinggi, mengudara, menjelajah langit lain tanpa perlu khawatir terantai oleh pesona Yoongi— Suga.

Tak butuh waktu beberapa lama untuk Sunggi mengalami overdosis setelah dengan nekat menelan 10 butir obat tidur dengan label kandungan obat keras di dalamnya.

Yoongi heran, tak mendapati suara lagu yang terdengar dari kamar Sunggi setelah sebelumnya, ia pergi keluar sebentar guna membeli minuman kaleng dan beberapa cemilan untuk Sunggi. Ketika langkahnya menapak ke dalam kamar Sunggi, ia tak begitu terkejut dengan sekelilingnya.

<*>*<*>

"Hyung, bisakah kau hentikan ini?"

"Beri aku alasan yang bagus mengapa aku harus menghentikannya?"

"Kau tak bisa hidup dengan mayat— tidak, manekin yang dibungkus dengan kulit noona!"

Yoongi mendecakkan lidahnya pelan sambil menatap sinis.

"Sudah kubilang, aku takkan pernah berhenti selama muse-ku masih dalam jarak pandangku."

Ia menatap sayang pada manekin di balik lemari kaca, manekin berkulit manusia dengan jalinan pakaian cantik ala gothic lolita.

"Karna kita selalu bersama, chagi."

-FIN-

a/n:

Agak melenceng sih dari konsep awal, cuma sejujurnya aku cukup puas untuk ff pertama di fandom BTS. Wow, aku sendiri gak nyangka bisa membawakannya dengan lumayan luwes, biasanya aku punya kesulitan untuk menyesuaikan karakter yang ada di ff dengan yang versi canonnya.

Sengaja beberapa kali aku menyebut Yoongi dengan sebutan Suga, lirik lagu Blood Sweat and Tears kupakai translate inggrisnya.

Kenapa aku memilih lagu ini?

Ya, sebenarnya lagu ini yang membuatku malah tenggelam di dalam bayang-bayang sebagai Army yang tak punya modal duid untuk membeli album maupun tiket konser mereka. Tolong saia mo mewek.

Terima kasih banyak untuk 2 orang yang sudah menyeretku masuk ke dalam fandom ini Mrskook1 & MuthiaFitriDesiranti sesuai janji, kalian sudah kutag kan?

Kuselesaikan ini dengan mata setengah ngantuk, sumpah.

Terima kasih banyak untuk mamah Vessalius04 yang sudah mengadakan challenge-nya.

XOXO,

AoiKitahara

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top