Yumeno Gentaro; Chocolate Milkshake

"Nee, (Name)—apa kau masih marah?"

(Name) tidak menoleh, hanya fokus pada laptop yang ada di depannya, mengedit beberapa deret kalimat naskah novel, yang tak lain dan tak bukan adalah naskah Gentaro sendiri.

"(Name), bukannya kau tahu aku selalu berbohong?"

"Tapi berbohong dua kali, dan disaat deadline-mu sudah di depan mata, itu keterlaluan, Yumeno Gentaro-san."

'Uh-oh, (Name) sudah memakai nama lengkapku, dia benar-benar marah,' pikir Gentaro melihat (Name) dengan emosi mengedit naskahnya.

"Tapi toleransimu biasanya 'kan tiga kali kalau dekat deadline, dan lima kali kalau hari biasa—"

Suara Gentaro tenggelam oleh satu suara keyboard yang (Name) tekan cukup keras. Perlahan (Name) menoleh ke arah Gentaro lalu tersenyum sinis.

"Jadi kau mau melewati batas, Yumeno Gentaro-san?"

"Um, tidak," jawab Gentaro tersenyum kecil.

'Tidak setelah kau menyebut nama lengkapku dua kali.'

"Bagus," ucap (Name) menghela napas panjang lalu kembali fokus pada naskah Gentaro.

Gentaro bertopang dagu, memandang wajah lelah (Name) namun tetap terlihat serius. Perlahan senyum kecil terbentuk di wajah Gentaro, dan laki-laki itu berdiri dari posisinya yang berada di seberang (Name).

"Aku akan kembali, (Name). Jangan kangen ya~"

"Jangan kembali kalau bisa, aku tidak mau dibohongi olehmu untuk hari ini."

Gentaro hanya terkekeh.

"Padahal ini di rumahku lho, (Name)."

"Memangnya aku peduli? Naskahmu harus jadi siang ini agar kita bisa mendiskusikannya dan menyelesaikannya tepat waktu."

Seperti yang Gentaro ucapkan, (Name) kini sedang berada di rumah Gentaro—datang sesuai janjinya yang akan mengedit naskah Gentaro. Saat (Name) baru masuk, Gentaro mengatakan bahwa naskahnya baru selesai 40%, membuat perempuan itu memekik kaget—yang kemudian disusul oleh ucapan favorit Gentaro.

"Uso desu yo~"

"DASAR TUKANG BOHONG!"

(Name) sabar, dan bersyukur bahwa naskah Gentaro sudah selesai. Namun kemudian Gentaro bilang bahwa file-nya di dalam flashdisk hilang karena virus, membuat (Name) hampir memanggil ahli komputer dari perusahaan, jika saja Gentaro tidak segera mengucapkan kalimat favoritnya.

"Uso desu yo~"

"SEKALI KAU BERBOHONG, KUBAKAR FLASDISK-MU BESERTA NASKAHMU!"

Mengingatnya saja sudah cukup membuat (Name) menghela napas.

"(Name)~"

"Sudah kubilang bukan sekarang saatnya, Gentaro."

"Tapi aku membawa sesuatu yang sangat kau sukai."

"Aku tidak akan terjebak dengan kebohonganmu—"

"Karena aku tahu kau akan datang hari ini, aku sengaja membelikanmu milkshake coklat~"

Jari (Name) berhenti. Gentaro tahu betul editor-nya ini sangat menyukai milkshake rasa coklat—bahkan kebohongannya pada (Name) sebagian besar adalah tentang milkshake coklat, karena Gentaro tahu (Name) akan tetap mempercayainya jika itu mengenai milkshake coklat.

Sementara (Name) sendiri sedang perang batin. (Name) sadar jika dia mengalihkan pandangannya dari laptopnya, hanya akan ada dua kemungkinan: dia kalah karena dibohongi Gentaro lagi, atau dia menang karena Gentaro benar-benar membawa milkshake kesukaannya.

'Beneran? Toleh ga ya?'

'Tidak-tidak-tidak, pasti bohong seperti biasa.'

'Tapi Gentaro bilang dia membawa milkshake coklat.'

'Ini Gentaro yang kita bicarakan.'

'Tapi milkshake coklat....'

'Kalau aku menoleh dan itu bohong, aku tidak yakin tidak akan melempar laptop ini ke Gentaro.'

(Name) mengepalkan kedua tangannya, kemudian kembali mengetik.

"Maaf Gentaro, aku tidak punya waktu untuk kebohonganmu."

"Eh, tapi aku tidak bohong, lho~"

"Sudah kubilang aku tidak punya waktu untuk itu."

Gentaro menghela napas, kemudian melangkah mendekat ke arah (Name).

'Katakan itu pada dirimu yang debat batin selama lima menit,' pikir Gentaro.

Setelah berdiri di sebelahnya, Gentaro meminum milkshake coklat itu. Gentaro duduk lalu memegang pundak (Name) dan memutar tubuh (Name) untuk menghadap ke arahnya.

"Gentaro, sudah kubilang—"

Ucapan (Name) terhenti saat bibir Gentaro membungkamnya, dan detik itu dapat (Name) rasakan minuman manis yang rasanya sudah tidak familiar lagi. Gentaro melepaskan ciumannya dari (Name), lalu terkekeh melihat ekspresi melongo (Name).

"Sudah kubilang aku tidak bohong, kan?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top