Yamada Ichiro; Pudding

"(Name)."

Perempuan itu mengangkat kepalanya dengan malas, menatap laki-laki yang kini sedang memegang sepiring puding.

"Ichiro," (Name) mengembungkan kedua pipinya, "hari ini sangat panas—bukankah es krim atau sesuatu yang dingin itu lebih baik?"

Ichiro tertawa sambil meletakkan piring puding tersebut di depan (Name).

"Maaf (Name), kami bertiga berdebat mengenai rasa yang akan dipakai, dan tanpa kami sadari es nya sudah meleleh, jadi pilihan terakhir adalah puding yang ada di dalam lemari es."

(Name) memutar bola matanya, senyum kecil menghiasi wajah cantiknya.

"Kupikir kau akan mengalah."

"Hei, mengenai ini aku tidak akan mengalah, walaupun aku sang kakak," sahut Ichiro tersenyum miring.

"Jadi dimana Jiro dan Saburo sekarang?"

"Sedang asyik makan puding mereka masing-masing, sampai tidak menyadari aku pergi," jawab Ichiro kemudian mulai memakan puding yang ada di depan (Name).

"Heeeei, puding milikku!" protes (Name) langsung duduk tegak.

"Siapa bilang ini milikmu?" tanya Ichiro, "aku hanya meletakkannya di depanmu. Salahmu datang ke rumah tanpa memberitahuku terlebih dahulu."

(Name) menyipitkan matanya saat melihat Ichiro yang menyeringai nakal, kemudian kembali memandang puding yang ada di hadapannya.

"Aaah, kenapa kau memakan pudingnya dari bawah!? Manusia mana yang makan puding seperti itu!?" pekik (Name).

"Hei, lebih enak seperti ini!" protes Ichiro tak berhenti memakan sirup pudingnya.

"Aah, jangan habiskan sirupnya!" (Name) mengembungkan kedua pipinya, "sekarang pudingnya akan hambar."

(Name) kembali meletakkan kepalanya di atas meja, wajahnya masam dengan kedua pipi masih mengembung. Ichiro yang melihat kekasihnya ngambek itu hanya bisa tersenyum kecil, lalu meletakkan sendoknya di sebelah puding yang sudah bersih itu.

"(Name)."

(Name) tidak menyahut, perempuan itu justru terang-terangan mengabaikan Ichiro dengan menoleh ke arah yang berlawanan.

"(Name), jika kau mengabaikanku lagi, aku akan—"

"Akan apa?" tantang (Name), kini dia sudah duduk dengan normal dan menghadap ke arah Ichiro.

Ichiro menyeringai lebar, memegang dagu (Name) kemudian membuka paksa mulut perempuan itu dan menciumnya.

Iris (Name) melebar dan tersentak kaget—yang justru membuka akses untuk Ichiro.

Tangan Ichiro yang bebas memegang belakang kepala (Name), dan memperdalam ciuman mereka. Lidahnya masuk ke dalam mulut (Name)—dan mengajak lidah (Name) untuk berdansa. Tangannya yang awalnya memegang dagu (Name) kini berpindah ke pipi (Name), sesekali mengelus pipi merah nan panas sang kekasih—sukses membuat (Name) mendesah.

Setelah beberapa saat ciuman panas itu berlangsung, akhirnya (Name) mendorong pundak Ichiro karena kehabisan napas. Setelah mengambil banyak oksigen, (Name) menatap tajam Ichiro yang tersenyum puas.

"Kau membuatku makin panas, bodoh."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top