Kannonzaka Doppo; Panna Cotta
"Selamat datang—oh Doppo! Suatu kebetulan bisa bertemu denganmu!"
"(Name)? Apa yang kau lakukan di sini?" kaget Doppo melihat (Name) di restoran tempatnya biasa makan saat jam istirahat kantor.
"Aku bekerja paruh waktu di sini," jawab (Name), "mari kuantar ke meja dulu."
Doppo mengangguk, lalu mengikuti (Name) yang membawanya ke salah satu meja yang kosong.
"Aku ingat restoran ini memang dekat dengan kantormu—tapi aku tidak menyangka jam istirahatmu akan bersamaan dengan shift-ku," sahut (Name) mengeluarkan nota untuk mencatat pesanan Doppo.
"Tapi kenapa kau kerja paruh waktu di sini?" tanya Doppo setelah menyebutkan pesanannya, "bukannya kau punya pekerjaan tetap?"
"Apa Hifumi belum memberitahumu?" tanya (Name) selesai mencatat pesanan Doppo, "klub hostess-ku direnovasi jadi kami diliburkan sampai renovasinya selesai."
"Ah, begitu ya?" gumam Doppo.
(Name) mengangguk, "silakan ditunggu sampai pesanan Anda datang, tuan~" ucap (Name) menuangkan air putih ke gelas yang ada di depan Doppo.
Doppo hanya mengangguk, dan setelah itu (Name) pergi menuju meja pemesanan. Setelah beberapa lama, (Name) akhirnya kembali dengan pesanan Doppo.
"Ini pesanan Anda, tuan~"
"Terima kasih," gumam Doppo mengangguk.
Namun Doppo menyadari sesuatu yang aneh dari hidangan yang ada di depannya.
"(Name), aku tidak memesan panna cotta," ucap Doppo menunjuk puding yang ada di depannya.
"Oh, itu dariku~" sahut (Name) tersenyum sambil menunjuk dirinya.
"Eh?"
"Hadiah dariku karena sudah bekerja keras," jelas (Name).
"T-tapi aku tidak bisa menerimanya," sahut Doppo panik, "apa atasanmu mengetahui ini? Ah, tentu saja jika kau bilang itu darimu maka kau akan membayarnya, maafkan aku—tapi justru karena itu aku tidak bisa menerimanya! Kau sudah bekerja dan harusnya hasil kerja kerasmu kau gunakan untuk dirimu, bukan untuk orang sepertiku. Oh tapi kau sudah memesannya—maafkan aku, harusnya aku tidak datang hari ini, maafkan aku ...."
Ocehan Doppo masih berlanjut. (Name) hanya menghela napas kemudian mengambil panna cotta yang ada di atas meja, menyendok puding itu lalu memakannya.
Tidak sampai di sana, setelah meletakkan makanan itu di atas meja, sebelah tangan (Name) memegang bahu Doppo—mengagetkan sang laki-laki dan membuatnya menoleh ke arah (Name). Tangan (Name) yang satunya kemudian memegang dagu Doppo, memastikan mulut sang laki-laki terbuka.
(Name) tersenyum, kemudian mencium Doppo.
Doppo dapat merasakan rasa manis menyapa lidahnya, tanda puding yang ada di mulut (Name) kini berpindah ke mulutnya. Setelah itu (Name) melepaskan ciumannya. Tangan (Name) yang memegang dagu Doppo berpindah ke mulut (Name), membersihkan saliva yang keluar karena ciuman mereka. Setelah itu (Name) tersenyum seduktif—senyum yang menjadi senjata andalannya saat sedang bekerja menjadi hostess.
"Doppo, sayangku. Panna cotta-nya sudah ada di mulutmu, kan? Sekarang itu jadi milikmu jadi dimakan, ya?"
Setelah itu Doppo pingsan karena terpanah oleh karisma (Name).
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top