Aohitsugi Samatoki; Red Velvet
Suara bel toko menarik perhatian gadis kecil yang sedang duduk di atas meja kasir.
"Selamat datang di Wheat's Heaven! Ada yang bisa (Name) bantu?"
Orang yang masuk hanya bisa menghela napas saat melihat gadis kecil itu turun dari meja kasir lalu mendekatinya.
"Ah, Samatoki-nii!"
"Sendirian di toko lagi, (Name)?"
(Name) hanya cengengesan.
"Okaa-san sedang mengantar kue pesanan pelanggan, dan otou-san ada di dapur toko," ucap (Name) sambil menunjuk ruangan yang merupakan dapur toko.
Samatoki hanya memutar bola matanya lalu menoleh ke arah dapur.
"(Father's Name)! Kalau kau terlalu asik membuat kue, (Name) bisa diculik," ucap Samatoki dengan meninggikan suaranya.
Tak lama kemudian ayah (Name) memunculkan kepalanya, dengan wajahnya hampir dipenuhi oleh tepung.
"Oh, Samatoki. Selamat datang di Wheat's Heaven. Mengambil pesanan kuemu seperti biasa?"
"Jangan abaikan ucapanku barusan. Apa yang terjadi jika (Name) tiba-tiba diculik?"
Ayah (Name) hanya tertawa, sementara (Name) mengembungkan kedua pipinya, menatap Samatoki dengan tatapan ngambek.
"(Name) tidak semudah itu diculik!" protes (Name).
"Kau dengar itu, Samatoki."
(Name) (Surname) namanya, gadis kecil berumur 7 tahun ini merupakan anak tunggal dari pasangan pemilik toko kue "Wheat's Heaven" yang berada di dekat pelabuhan Kota Yokohama.
"Ada banyak CCTV yang terpasang di toko ini," ucap ayah (Name), "monitornya ada di dapur toko. Lagipula (Name) selalu membawa papper spray di saku bajunya."
(Name) mengeluarkan papper spray dari dalam saku bajunya lalu menunjukkan pada Samatoki dengan bangga.
"Dan orang-orang takut pada otou-san!" ucap (Name).
"Tentu saja karena dia mantan atasanku, (Name)," ucap Samatoki, "mereka akan berpikir dua kali sebelum mencari masalah dengan ayahmu."
Seperti yang Samatoki ucapkan, ayah (Name) adalah mantan yakuza yang mempunyai kedudukan yang cukup tinggi di yakuza mereka. Ayah (Name) berhenti menjadi yakuza saat (Name) berumur 4 tahun, dan membantu istrinya yang membuka toko kue.
"Ah, kue Samatoki-nii!" ucap (Name) teringat tujuan awal Samatoki.
(Name) berlari menuju belakang meja kasir, kemudian mengambil kotak kue pesanan Samatoki dengan hati-hati, sebelum akhirnya berjalan mendekati Samatoki dan memberikan kotak tersebut padanya.
"Terima kasih, (Name)," ucap Samatoki menerima kotak tersebut dari (Name), "(Father's Name), kupinjam bocah ini sebentar."
Ayah (Name) berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya terkekeh lalu mengibaskan tangannya.
"Kembali sebelum makan malam, atau istriku akan akan membunuhku."
"Oi, (Name), ayo."
(Name) hanya menatap heran Samatoki, sebelum akhirnya mengangguk dan mengekori Samatoki.
"Samatoki-nii ingin membawa (Name) kemana?"
"Tidak jauh dari rumahmu, tenang saja."
Mereka berjalan untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Samatoki berhenti, membuat (Name) ikut berhenti. Menyadari deru angin yang cukup kuat menerpa wajahnya membuat (Name) sadar bahwa mereka kini sedang berada di pelabuhan Yokohama, dan tidak ada banyak orang disana.
"Apa yang kita lakukan disini, Samatoki-nii?"
Samatoki duduk di tepi pelabuhan, kemudian meletakkan kotak tersebut di sebelah kirinya. (Name) duduk di sebelah kanan Samatoki lalu menatap laki-laki itu membuka kotak tersebut, mengambil sepotong kue dari dalam kemudian memberikannya pada (Name).
Iris (e/c) (Name) melebar saat menyadari kue yang dia terima adalah red velvet, yang adalah kue kesukaannya.
"Eh, Samatoki-nii memberikanya pada (Name)? Bukannya itu kue untuk nee-chan?" tanya (Name) menyingung adik Samatoki.
"Kudengar dari orang tuamu, kalau kau suka red velvet buatan mereka. Mengenai adikku, aku sudah membelikannya kemarin."
"...jadi Samatoki-nii membeli kue ini untuk (Name)?"
Samatoki mengangguk, membuat ekspresi senang terlukis di wajah (Name) dan gadis kecil itu pun menatap kue yang ada di tangannya dengan semangat.
"Ittadakimasu!"
(Name) memakan kuenya dengan bahagia, sementara Samatoki yang duduk di sebelahnya hanya tertawa.
"Makanlah dengan perlahan, kue-mu tidak akan lari kemanapun."
"Tapi (Name) sangat suka red velvet!" ucap (Name) menoleh ke arah Samatoki, menunjukkan wajahnya yang dipenuhi krim kue.
Samatoki hanya tersenyum, kemudian mengelus kepala (Name).
"Kalau Samatoki-nii, suka apa?" tanya (Name) tiba-tiba.
"Hm, apa ya?" gumam Samatoki menatap (Name).
Setelah itu Samatoki menyeka sudut mulut (Name) yang terdapat krim dengan jarinya, kemudian menjilat jarinya.
"Kalau ditanya apa yang kusuka, aku suka (Name)."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top