Aohitsugi Samatoki; Pudding
"Ini puding sialan yang kau inginkan."
(Name) membuka matanya yang terasa berat, melihat laki-laki berambut putih dengan wajah sangar sedang memegang sekantong plastik berisi pudding, mungkin ada delapan sampai sepuluh puding di dalam sana.
"Terima kasih, Samatoki," ucap (Name) tersenyum kecil, disusul suara batuknya beberapa saat kemudian.
"Oi, kau sudah meminum obatmu kan?" tanya Samatoki mengerutkan alisnya.
"Sudah kok," jawab (Name) berusaha bangkit dari posisi tidurnya, yang kemudian dibantu oleh Samatoki.
"Harusnya kau tidur, bukan menelponku pukul dua malam hanya karena ingin puding bodoh ini," sahut Samatoki menatap tajam kantong plastik berisi puding yang ada di pangkuan sang kekasih.
"Tapi aku sudah tidur seharian ini," gumam (Name) mengambil salah satu puding dari dalam kantong tersebut kemudian membukanya, "lagipula aku hanya ingin satu—kenapa kau membelikanku banyak sekali?"
"Satu dustamu," sambar Samatoki, "aku tahu kau pasti akan minta belikan lagi jika 'satu' itu sudah habis, sampai membuatku bolak-balik lima kali."
(Name) hanya cengengesan, kemudian memakan puding yang ada di pegangannya.
"Mhm, bukan beli rasa yang biasa ya?" tanya (Name) menyadari rasa dari puding yang Samatoki beli.
"Mana kutahu rasa apa saja puding bodoh itu punya," sahut Samatoki, "aku hanya membeli apa yang namanya puding."
(Name) hanya memutar kedua matanya.
"Lihat aku," titah (Name).
"Haah—"
(Name) langsung menyuapi Samatoki dengan puding yang sedang (Name) nikmati, memotong nada sangar sang kekasih.
"Makan itu, aku yakin kau pernah merasakan puding yang biasa kumakan," ucap (Name) kembali memakan pudingnya.
Samatoki hanya memakan puding itu, tidak berkomentar banyak—sudah disuapi oleh sang kekasih jadi dia tidak mau protes ataupun sekedar berkomentar.
"Bagaimana?"
"Mm."
(Name) hanya tersenyum saat melihat Samatoki yang mengunyah puding pemberiannya dalam diam.
"Hei, aku mau lagi."
(Name) melirik ke arah Samatoki.
"Ambil saja yang ada di plastik," ucap (Name) memakan pudingnya, "lagipula jika kau makan dari sendokku, kau akan ketularan demamku."
Samatoki mendecih, dan langsung memegang pergelangan tangan (Name). Sementara perempuan yang sedang sakit itu hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Saat kubilang aku mau sesuatu, maka aku akan mendapatkannya."
Samatoki langsung menghantamkan bibirnya ke bibir (Name), tak lupa mengigit bibir (Name)—sukses membuat perempuan itu tersentak kaget.
Tidak sampai disana, lidah Samatoki langsung mengambil kesempatan memasuki mulut (Name) dan menjelajahi tiap sisi mulut sang kekasih yang sudah familiar baginya itu.
(Name) spontan menutup matanya saat lidah Samatoki berhasil mengambil puding yang masih utuh di dalam mulut (Name).
Setelah sukses mendapatkan apa yang diinginkannya, Samatoki lalu melepaskan ciuman panasnya, dan menyeringai lebar saat melihat wajah (Name) yang merah.
"Jangan salahkan aku jika kau demam besok," gerutu (Name) menyeka mulutnya, mengatur napasnya perlahan.
Seringai Samatoki justru melebar, dan laki-laki itu mendekatkan wajahnya ke telinga (Name) lalu meniup pelan telinga sang kekasih, dengan sebelah tangannya menyelip ke dalam baju (Name), mengelus punggung (Name) yang terasa panas.
"Kalau begitu, kenapa tidak tularkan saja semuanya padaku sekarang?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top