Amemura Ramuda; Donuts
"Ini donat Anda, Nona."
"Oh, terima kasih."
(Name) menerima kotak berisi donat tersebut, kemudian keluar dari toko donat yang lumayan ramai tersebut.
"Oneesan~ disini, disini~"
(Name) menoleh ke sumber suara, dan melihat Ramuda di salah satu bangku yang disiapkan oleh toko donat, dengan permen di mulutnya.
(Name) duduk di sebrang Ramuda, dan mulai membuka kotak donatnya dan mulai memakannya.
'Aku mungkin sudah banyak menanyakan ini padanya, tapi untuk kali ini saja....'
"Kenapa aku?" tanya (Name) tiba-tiba.
"Huh, apa maksud oneesan?" tanya Ramuda memiringkan kepalanya.
(Name) menghela napas panjang, kemudian memakan donatnya.
'Apa yang kuharapkan?'
"Lupakan saja, Ramuda," gumam (Name) sedikit kecewa.
"Heee, apa oneesan marah padaku?" tanya Ramuda mengerutkan alisnya, "oneesan, jangan marah padaku ya?" pinta Ramuda kemudian.
(Name) kembali menghela napas, donat pertama sudah dia habiskan.
"Aku tidak marah padamu," jawab (Name), "hanya saja aku ingin tahu kenapa kau memilihku menjadi kekasihmu, diantara banyak oneesan yang kau kenal," (Name) tersenyum masam, "maksudku, mereka semua jauh lebih cantik dan lebih baik dariku."
(Name) terkekeh pelan, mencoba menetralkan wajah kecewanya.
"Tapi kuyakin kau tidak akan pernah menjawabku dengan serius, karena aku tahu suatu hari kau akan bosan denganku dan meninggalkanku."
(Name) menarik napas panjang—perasaan berat di dadanya semakin sulit dia sembunyikan.
"Semakin aku memikirannya, semakin aku tidak bisa berpikir dengan benar."
(Name) berdiri, dan mulai mengemaskan kotak donatnya.
"M-maaf Ramuda, kurasa date hari ini sampai disini saja, a-aku ingin pulang."
Namun (Name) tidak bisa pergi saat Ramuda mengenggam pergelangan tangannya yang bebas, kemudian membawa (Name) ke gang sempit yang berada di belakang toko donat.
"Ramuda, kenapa kau membawaku—"
(Name) tidak dapat melanjutkan kata-katanya saat Ramuda mendorong (Name) ke dinding, dan langsung menciumnya.
Iris (Name) melebar, plastik yang isinya kotak donat terjatuh ke atas tanah. (Name) perlahan merosot dan terduduk di atas tanah, tapi itu tak membuat Ramuda melepaskan ciumannya—kini mereka berdua duduk di atas tanah.
Setelah cukup lama, akhirnya Ramuda melepaskan ciumannya, dan langsung memeluk (Name).
"Nee, (Name)."
(Name) berkedip beberapa kali—dia kenal suara berat ini. Sosok "Ramuda" sekarang adalah sosok Ramuda yang pertama kali (Name) temui. Namun (Name) tidak pernah melihat sosok ini sampai sekarang, dan (Name) tidaklah takut walaupun pelukan Ramuda mulai mengerat.
"Jangan pernah mengucapkan hal seperti itu lagi, paham?"
Ramuda melepaskan pelukannya, senyum tulus terukir di wajahnya—senyum yang mungkin hanya sekali "Ramuda" tunjukkan.
"Jangan bilang aku akan meninggalkanmu—karena aku serius mengenaimu, (Name)."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top