Chapter 4 🍃

Fiona menatap wajah Bu Linda yang sedang menerangkan materi di depan kelas dengan wajah lesu. Jujur, ia mengantuk. Semalam ia dan kakaknya, Meghan, movie marathon sampai jam setengah tiga pagi. Apalagi cara gurunya mengajar dengan sangat pelan dan suaranya yang kecil, membuat Fiona entah sudah yang keberapa kali menguap lebar.

Fiona melihat kesekelilingnya. Bahkan hanya beberapa anak saja yang bisa dihitung menggunakan satu tangan yang benar-benar memperhatikan Bu Linda.

Fiona menaruh kepala di atas meja lalu menutup matanya. Ia bersenandung pelan untuk beberapa saat, berusaha untuk tetap terjaga walaupun matanya ditutup, hingga Carol menggoyang-goyangkan lengannya.

"Na, Na, bangun, ih," bisik Carol.

"Ck, apa sih, Car?" Fiona mengangkat kepala sembari mengucak matanya.

"Jangan molor mulu, entar ketahuan, tahu rasa lo," omel Carol.

Fiona menarik napas dalam. Kini, ia harus benar-benar membuka lebar matanya yang tadi sempat tertutup.

Omelan Carol sedikit mengingatkannya, kalau Bu Linda ini termasuk salah satu guru killer yang mengajar di kelasnya. Konon, Ia adalah guru yang matanya sangat jeli, walaupun cara mengajarnya membuat hampir seluruh siswa mengantuk. Jika ia menangkap ada murid yang melakukan sesuatu di luar kehendaknya, maka ia tak ragu untuk mengurangi nilai murid tersebut setengah dari nilai aslinya. Dan Fiona tak ingin nilainya yang memang lumayan selalu tinggi harus dikurangi setengah, karena tertangkap tidur di jam pelajarannya.

"Baiklah anak-anak, sebelum kita mengakhiri pelajaran, silahkan kumpulkan tugas yang saya berikan minggu lalu."

Bu Linda menghapus papan tulis dan berjalan ke meja guru untuk membereskan buku-bukunya. Sudah menjadi kebiasaanya mengumpulkan tugas murid di akhir pelajaran. Jadi, jangan heran.

Fiona meraih buku bersampul hijau muda di bawah buku paket dan menyusul Carol yang sudah berjalan duluan. Ia menyelipkan bukunya di tengah-tengah buku lain, tak ingin Bu Linda memeriksa pekerjaanya terlebih dahulu.

"Siapa yang tidak mengerjakannya?" tanya Bu Linda setelah selesai menghitung jumlah setumpuk buku di mejanya.

Refleks, Fiona langsung berbalik ke belakang. Ia tahu. Bahkan seluruh murid di kelas ini juga tahu bahkan hafal, siapa yang selalu absen tidak mengerjakan tugas rumah. Dan hanya Fiona yang berbalik. Murid yang lain bahkan sudah sangat bosan untuk melihat ekspreai cowok itu yang selalu sama saat akan menerima hukuman. Berbeda dengan Fiona, yang sampai kapanpun tak pernah bosan melihat wajah manisnya.

Ya, dia Richard. Cowok yang sekarang tengah menatap lurus ke arah Bu Linda yang juga sedang menatapnya dengan tatapan meremehkan.

"Kamu lagi?" Buk Linda melipat kedua tangannya di depan dada kemudian melanjutkan, "selalu saja kamu. Saya tahu kamu selalu mendapat nilai tinggi di ulangan harian. Tapi tugas rumah?" Ia menggeleng.

"Mau jadi apa kamu nanti? Kewajiban sekecil ini saja kamu tidak dapat memegangnya. Lihat saja, jika kamu mengabaikan terus tugas yang diberikan, saya sangat yakin, kamu tidak akan menjadi orang sukses nanti," tukas Bu Linda.

"Setelah pelajaran selesai, bersihkan seluruh toilet yang ada di sekokah ini. Itu hukumanmu."

"Baik, Bu," ucap Richard kalem.

"Pelajaran selesai."

Setelah itu, Bu Linda keluar dan mengundang sorak-sorai murid-murid di kelas. Akhirnya, penantian mereka berakhir.

🍃🍃🍃

Fiona mengintip dari pintu toilet dan mendapati Richard yang sedang mengepel lantai. Untung, cowok itu menghadap tembok sehingga tidak dapat melihat gadis yang sekarang masih berusaha mengintipnya.

Fiona menarik kembali kepalanya dan menarik napas.

Saat jam pelajaran berakhir tadi, ia langsung menyusul Richard yang sedang mengerjakan hukumannya, setelah terlebih dahulu berpamitan pada Carol.

Dan sekarang, sudah lebih dari 10 menit ia menunggui Richard. Tanpa sepengetahuan cowok itu, tentunya.

Ia menatap minuman botol yang tadi dibelinya ketika ponsel yang juga digenggamnya di tangan sebeleh kanan berdering.

Fiona melihat caller id lalu menggeser layar hijau dan menempelkan benda pipih itu pada telinganya.

"Hm. Apa?"

"Dimana, lo?" tanya Meghan, kakaknya.

"Masih di sekolah. Kenapa?"

"Ngapain? Pulang sekarang! Gua males sendirian di rumah. Papa sama Mama lagi keluar."

"Kemana?"

"Gak tahu. Pas pulang udah gak ada. Cepetan pulang sekarang!"

"Iya, iya. Ini lagi mau jalan," bohong Fiona.

Setelah itu, sambungan telepon dimatikan secara sepihak oleh Meghan.

Fiona lagi-lagi mengintip, dan pada saat Richard masuk ke salah satu bilik toilet, ia dengan cepat masuk dan menaruh minuman botol tadi di dekat wastafel kemudian keluar.

Gadis berambut sebahu yang hari ini mengikat tengah rambutnya itu, memutuskan untuk keluar dari gedung sekolah melewati kelasnya. Siapa tahu, ada yang ketinggalan di lokernya.

Tetapi sebelum itu, Fiona mampir sebentar di kantin untuk membeli minuman botol yang sama dengan yang diberikannya tadi pada Richard.

Langkah Fiona terhenti, ketika sampai di depan kelasnya dan mendapati Melody yang tengah memperbaiki riasan wajahnya.

Fiona tersenyum dan menatap botol minuman yang dipegangnya dengan penuh harap, "semoga minuman ini ada gunanya,' batinnya lantas berjalan masuk kelas dengan kedua tangan yang di sembunyikan di balik tubuhnya.

Melody yang menyadari kehadiran Fiona langsung menghentikan aktifitasnya dan bersandar pada kursi dengan kedua tangan yang dilipat. Ia menatapa Fiona dengan tatapan datar.

Fiona menaruh botol minuman yang tadi di sembunyikannya di meja Melody.

"Buat lo," ujarnya.

Melody tak merespon ucapan Fiona. Bahkan bergerakpun tidak. Ia hanya menatap lurus ke arah Fiona.

"Nggak gue kasih racun kok, beneran. Tapi, kalo lo gak percaya, ya minum aja, palingan juga ntar mati," ucap Fiona pelan sembari tersenyum manis dan setelah beberapa detik, iapun keluar kelas.

Melody hanya memandang kepergian Fiona sampai hilang di balik pintu kemudian tatapannya beralih pada minuman botol di meja.

Butuh beberapa menit sebelum akhirnya Melody memutar mata ketika mengingat kata-kata Fiona tadi, lantas membuka tutup botol itu dengan agak kuat dan meneguknya pelan. Setelah itu, ia kembali memandang minuman tersebut lalu mengedikkan bahunya.

🍃🍃🍃

Hola! Lagi-lagi, sorry for late update😩
Entahlah, tugas gue sekarang tambah banyak, bahkan ujian udah mau dekat😖

Jangan lupa tekan tombol bintang yang di bawah, ya! :)
Pendapat, saran, dan kritik yang membangun dari teman-teman sangat dibutuhkan.
Makasih❤

~floriscaleo

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top