Chapter 2 🍃
"Before you leave me today ...," nyanyi Fiona dengan suara sumbangnya sembari memasuki kelas. Sebuah senyuman terpancar begitu jelas di wajahnya.
Ia melangkah menuju tempatnya duduk setelah melihat meja yang letaknya di samping meja Tristan. Meja Richard.
"Pagi, Carol," sapa Fiona pada Carol yang sedang membaca buku paket.
Carol mendongak dan menatap Fiona aneh. "Lo kenapa senyum-senyum gak jelas gitu? Kemasukan setan?"
Fiona berdecak kemudian menoyor pelan kepala Carol. "Iya, setannya lo!"
Setelah menaruh tas dan duduk manis, Fiona menarik napas sejenak sebelum akhirnya berbicara, "gue punya rencana bagus."
"Apa?" tanya Carol acuh dan masih fokus pada buku yang ia baca.
"Gue mau ngerubah teman-teman di kelas," kata Fiona percaya diri.
Refleks Carol menoleh. "Semua? Demi apa? Emangnya lo sanggup ngerubah sikap anak-anak sini yang udah kayak kambing? Sanggup, gak?"
"Bukan semua, Car. Hanya 3 orang aja karena sikap mereka itu yang paling berpotensi untuk Bryan ngejek kelas kita," jelas Fiona.
"Ohh, makanya, ngomong itu yang jelas, jangan setengah-setengah," ujar Carol setelah menarik nafas, kemudian ia kembali fokus pada buku paketnya.
"Yaudah, sih."
Fiona lalu mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya dan meng-stalk akun Richard menggunakan akun palsunya. Ia membuka profil akunnya, bermaksud mengganti Bio dari yang 'Sayang Richard' menjadi 'Richard is mine'
Ya, sudah dari setahun yang lalu Fiona membuat akun baru hanya untuk mengupload foto Richard dengan caption yang ia harap dapat membuat cowok itu peka.
"Bryan?" ucap Carol tiba-tiba.
"Apa?" Fiona mengalihkan pandangannya pada Carol.
"Tadi lo sebut nama Bryan, kan?" Fiona mengangguk. "Apa hubungannya sama dia?" lanjut Carol dengan kening mengerut.
Fiona meletakkan ponselnya sembarang di meja, sedikit mengarahkan badan pada Carol, berdeham pelan lantas berucap, "iya, tadi gue ada ngomong namanya. Niat gue mau bales dendam biar dia gak seenak jidat ngejek kelas kita lagi. Dan ada 3 orang dari kelas ini yang sangat berpotensi besar untuk Dia ngejek kita lagi," jelas Fiona.
"So, 3 orang itu siapa?"
"Melody, Tristan, dan ...," Fiona menggantungkan kalimatnya.
"Dan?" kejar Carol.
"Richard."
Carol terdiam sebentar. "Hah, ngaku lo, pasti lo sengaja, kan, biar makin dekat sama dia? Ayo, ngaku!" tuduh Carol seraya menunjuk-nunjuk Fiona dengan jarinya. Sedangkan Fiona hanya membalas dengan cengirannya dengan jari yang membentuk huruf V.
"Hah?"
Fiona dan Carol spontan menoleh ke depan. Dan Fiona langsung membulatkan matanya begitu tahu ponselnya sudah berada di tangan Ben.
"Jadi lo-" Dengan cepat, Fiona langsung menutup mulut Ben dengan tangan sebelum cowok itu menyelesaikan ucapannya.
"Kalo sampe ada yang tahu, gue gak lagi setujuin hubungan lo sama Carol!" bisik Fiona tajam membuat Ben langsung menutup mulutnya rapat-rapat.
Fiona kemudian langsung merampas ponselnya dari tangan Ben.
"Ih, Na. Kok, lo ngomongnya gitu, sih?" kesal Carol.
"Hush! Udah diem!" kata Fiona, lalu kembali mengalihkan pandangan yang semula pada Carol ke arah Ben.
"Awas ya, lo!" Ancam Fiona sekali lagi.
"Iya, iya. Biasa aja, sih," jawab Ben.
BYURR!!!
"Eh, itu di luar ada apaan? Kok kayak ada yang disiram gitu? Keluar, ayo!" tanpa menunggu jawaban Carol, gadis beralis tebal itu sudah terlebih dahulu menarik tangan sahabatnya, disusul Ben yang juga penasaran dengan apa yang terjadi di luar.
Di luar, Melody, gadis dengan make up cukup tebal dan kaca berbentuk Hello Kitty di tangannya, tengah berkacak pinggang sembari menatap sinis seorang gadis yang sekarang sedang duduk di lantai dengan seragam yang basah. Di sampingnya terdapat sebuah ember yang lumayan besar dengan masih ada sisa-sisa air di dalamnya.
"Tadi lo bilang apa? Jelek? Maksud lo gue? Heh, lo ngaca gak? Nih, gue kasih kaca biar bisa liat muka lo!" ucap Melody dengan kasar seraya berjalan mengitari gadis itu lantas menyodorkan kacanya tepat di depan wajah gadis itu.
Beberapa saat kemudian, Melody menarik kaca itu dan kembali berkacak pinggang.
"Udah, kan? Kalo gitu sekarang jawab, apa yang lo lihat di sana? Ayo, jawab!" bentak Melody membuat gadis yang kini telah menangis itu terkejut.
Melody sedikit menunduk, lantas mendekatkan bibirnya pada telinga gadis yang diduga bernama Gia itu.
"Di sana, cuma ada cewek buruk rupa yang sok kecantikan," bisik Melody dengan menekan kata 'sok kecantikan'
Ia kemudian berdiri lagi.
"Minta maaf, cepet!" desak Melody, namun Gia malah sesenggukan.
"Cepatan!"
"Ma-maaf, Kak." kata Gia pelan.
"Yang keras!" Lagi-lagi Melody membentak.
"Maaf, Kak!" Gia bahkan hampir berteriak.
Senyum kemenangan terpancar jelas di wajah Melody. "Bagus."
Melody lalu berjalan dengan angkuh memasuki kelas, meninggalkan kerumunan orang-orang yang mulai bubar. Dari sekian banyaknya orang yang tadi mengerumuni Melody dan Gia, tak ada satupun dari mereka yang bermaksud menolong murid kelas X itu. Begitupun Fiona, Carol dan Ben yang turut menyaksikan aksi Melody. Sampai akhirnya, Gia harus bangun sendiri dan melangkah pergi daripada menahan panas di telinganya atas cemooh orang-orang.
"Carol, gue udah nentuin siapa orang pertama yang bakal gue rubah sikapnya dari 3 target yang ada," ucap Fiona.
Carol mulai was-was, "Na, jangan bilang ...," dan ucapannya terhenti begitu melihat senyuman manis Fiona.
🍃🍃🍃
"Carol, Car, Pleasee, mau ya bantun gue?" pinta Fiona dengan wajah memelas.
Saat ini mereka tengah berjalan keluar dari koridor sekolah. Dari jam istirahat, Fiona terus memohon bantuan pada Carol. Tetapi, gadis itu tetap kekeuh menolak permintaan Fiona.
"Nggak!" tukas Carol.
"Carol, pleasee, lo kan sahabat gue, mau, ya? Ya? Pleasee," lagi dan lagi Fiona terus memohon sambil mengatupkan tangannya di depan dada.
"Nggak Fiona! Kita kan udah janji kalo nggak akan pernah berurusan sama dia."
"Tapi kan, perjanjian itu dibuat untuk dilanggar. Ini juga demi kelas kita. Emangnya, lo mau si Bryan ngejekin kita terus? Nggak, kan? Yaudah, kalo gitu iyain dong. Gue janji bakalan turutin satu kemauan lo. Apapun itu. Beneran." Fiona berusaha membujuk Carol.
"Apapun?"
"Iya, apapun."
"Oke, fix. Gue bantuin," kata Carol.
Bukannya senang, Fiona malah melongo. "Semudah itu? Tau gini, gue ngomong kayak gitu daritadi. Ah, anjir emang," umpat Fiona gemas dengan dirinya sendiri.
"Makanya, kalo punya otak itu dipake." Carol menoyor kepala Fiona.
"Eh, gue pake ya!"
Fiona mengangkat tangannya hendak memukul Carol, namun gadis itu sedikit berlari menjauh lantas berbalik menghadap Fiona.
"Ah, masa? Kok, gue gak percaya, ya?" ucap Carol setengah berteriak.
"Eh, itu Richard!" teriak Carol lagi.
Fiona langsung celingak-celinguk mencari keberadaan cowok itu. Sayangnya, ia sama sekali tak menemukan tanda-tanda adanya batang hidung Richard di sekitar sini.
Sedangkan Carol yang berjarak 7 langkah di depannya malah tertawa.
"Awas ya lo!" Ancam Fiona setalah mengetahui kalau dirinya sudah dibohongi Carol.
Carol membalas ancaman Fiona dengan menjulurkan lidah kemudian berlari menuju jemputannya.
"Fiona!"
Fiona menaikkan alis, ia merasa seperti ada orang yang memanggil namanya. Ia pun berhenti berjalan lantas menoleh dan melihat dari kejuahan seorang cowok sedang berlari hendak menghampirinya.
Cowok itu berhenti di depan Fiona dengan napas tersengal. Ia sedikit menduduk, menumpu pada lututnya.
"Kenapa?" kata Fiona dengan polosnya.
Cowok itu langsung berdiri tegap dan tersenyum. "Pulang bareng, yuk?" ajaknya.
"Davin, lo jauh-jauh lari ke sini sampai ngos-ngosan gitu, cuma mau tanya itu? Buang-buang tenaga tau, gak," usai berkata begitu, Fiona langsung kembali berjalan.
"Ya, gak papa. Kan gue yang lakuin," jawab Davin sambil mensejajarkan langkahnya dengang langkah gadis manis di sampingnya ini.
"Jadi, gimana?" tanya Davin.
"Apa?" Fiona menoleh sekilas sehingga matanya bertemu dengan manik hitam milik Davin.
"Pulang bareng gue?"
"Ok," jawab Fiona tanpa berpikir panjang.
Toh, daripada harus panas-panas menunggu taksi dan mengeluarkan uang, lebih baik ia menerima ajakan Davin.
🍃🍃🍃
1204 kata
Hai guyss! Sorry for late update. Because, tugas menumpuk dan ulangan harian yang menanti 😩
Setelah baca, jangan lupa tekan tombol bintang di bagian bawah juga pendapat kalian mengenai chapter ini, ok?!
Pendapat, saran & kritik yang membangun sangat dibutuhkan.
Makasih❤
~floriscaleo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top