32. Surprise yang gagal.
Aku diantar Asep dan juga Nathan. Tadi Asep ngotot buat ngantar aku naik kereta tapi Nathan yang baik menawarkan untuk mengantarkan kami dengan mobilnya.
Kita naik Ferarri gays.
"Pakai jaketnya yang bener."Asep kini menarik resleting jaketku. Maafkeun aku yang suka teledor ini karena aku udah gak sabar pingin ketemu Tae. Bikin surprise ala ala sinetron.
"Terimakasih"Ucapku sambil senyum senyum.
"Dari dulu tetap ceroboh. Apa Tae tak pernah mengingatkan?" Asep getok jidatku pake jarinya, gak sakit sich tapi Nathan ngelirik dari spion udah bawa golok. Natapnya gitu amat itu si Nathan.
Aku senyum kearah Asep, Tae mah selalu baik dan mengigatkanku tapi kebiasaan ingin dimanja ini gak bisa pudar begitu saja. Aku kan serakah ingin kasih sayang semua orang.
"Pakai sabuk pengamanmu!" Suara Nathan tegas aku sampai kaget dan kini aku memasangkan sabuk pengamanku. Aku duduk dibelakang dan Asep bersama Nathan duduk didepan.
.....
Perjalanan panjang dan aku pun mulai mual. Terakhir aku sakit waktu naik kereta bareng Tae dan kini aku mual. Eror banget ini tubuh. Tadi juga makan obat dan udah istirahat cukup. Aku merasa pasti ada yang gak beres, perjalananku gak mulus dan terkesan lambat.
"Asep aku mual."Aku mengeluh dan menutup mulutku ingin mengeluarkan semua isi perutku.
Spontan Asep langsung meminta Nathan menghentikan mobilnya dan kini Asep membantuku untuk memijat leherku dan menepuk pundakku. Aku mengeluarkan semua isi perutku.
"Minum dulu."Asep memberikanku minum.
"Gimana udah mendingan?"Tanya Asep khawatir.
"Kita istirahat dulu ya?"Tawar Asep tapi Nathan menolak.
"Kalau kita istirahat aku yang lelah gak cepet sampai." Nathan menggerutu. Dia masih duduk anteng didalam kursi pengemudinya. Dia terlihat gak suka sama sekali.
"Gitu aja ngeluh kamu kan dokter bantuin napa? Kalau lelah nanti aku gantiin!"Asep marah dan Nathan malah makin marah. Aku gak tahu kedunya jadi begini. Aku jadi merasa berdosa dah.
Nathan kini cemberut dan mengerutkan dahinya ia duduk dikursi penumpang di belakang. Karena aku mual kini Asep memintaku duduk didepan dan Asep gantiin nyetirin mobilnya.
"Istirahat aja nanti kalo udah sampe aku bangunin." Ucap Asep sembari nhelus ujung kepalaku dan kini aku nutup mata aku merasa nyaman karena Asep meminjamkan pundakknya untuk aku bersandar. Mengabaikan Nathan yang siap buat buang aku di rawa rawa. Asep suka gak perasaan. Dibelakangnya ada Nathan yang kesal.
........
"Terimakasih ya, aku akan masuk sendiri."Aku hendak masuk kedalam hotel sendiri tadi calon mertua kasih nomor kamar Tae. Calon mertua tahu nomor kamar Tae dari mata mata beliau. Maklum Tae gak bakal ngasih nomor kamar hotelnya.
"Aku antar sampai depan!"Paksa Asep niat mau ngantar aku sampai pintu depan kamar Tae. Asep ingin memastikan aku sampai dengan selamat.
"Tee bukan bayi, gak usah lebay." Nathan menimpali dan kini dia pergi ke tempat resepsionist.
"Apaan sich, gak mau antar tunggu di mobil."Asep galak dan Nathan kini milih acuh dan memesan kamar.
"Mau ngapain?"Tanya Asep heran dikira nya nanti mereka langsung balik aja. Tapi nyatanya Nathan pamer kunci kamar hotelnya.
"Mau nginep capek!"Balas Nathan gak peduli dan kini dia pergi naik lift.
"Ok" Asep mengikuti Nathan. Bolehlah nginep dulu dia juga capek.
Dan Nathan kebetulan dapat kamar yang dekat dengan kamar Tae jadi kita bertiga pergi untuk membuat kejutan untuk Tae. Aku udah nenteng kue beserta lilin lilin yang udah menyala. Aku hendak menggedor pintu tapi aku dapati pintunya gak terkunci.
Tapi lilin itu tak sempat ditiup Tae dan malah ku jatuhkan dengan sengaja. Aku melihat Jubaidah yang setengah telanjang diatas kasur hotel kamar Tae dan Tae sendiri baru keluar dari kamar mandi dengan hanya handuk dililitkan dipinggangnya.
"Tee..."Tae kaget dan hendak mengejarku tapi aku kini barbalik dan menatap Asep yang juga kaget.
"Sep kiss me!"Ucapku lantang Nathan melongo dan Tae mempercepat langkahnya.
Asepp juga kaget dengan apa yang barusan ku ucap.
"Asep cium aku, sekarang!!" Perintahku , karena Asep masih bingung aku pun memaksa mencium Asep. Aku kesal dan kecewa dengan barusan yang kulihat dan malah membuat Asep jadi pelampiasan. Maafin aku Sep, maaf.
Jlammmmmmmm
Tae menarik lenganku dan memaksaku melepas ciumanku dan kini Tae memukul Asep.
"Tee kenapa?"Tae terlihat kecewa, tapi aku yang lebih kecewa. Bodo ah, siapa yang salah siapa yang benar tapi aku terlanjur nyium Asep.
"Aku membencimu!"Aku berteriak dan menangis. Lantas Aseppun bangun dan berganti memukul Tae.
Jlammmmm
Tae mundur selangkah karena pukulan Asep juga kencang.
"Urus saja gadismu!"Asep lalu menggandeng tanganku dan membawaku pergi bersamanya. Karna tadi udah dapat kamar Asep pun membawaku bersamanya dan di ikuti Nathan.
Nathan belum bisa mencerna apa yang baru dia lihat dan kini dia hanya pergi mengikuti kami.
......
"Hiks hiks"Aku terus menangis dan Asep pun senantiasa menemani.
"Udah Tee jangan menangis aku gak gak mau kamu sakit hmm." Asep memeluk dan mencoba menenangkanku.
Tapi diluar terdengar Tae teriak teriak minta Asep bukain pintunya, karena berisik Nathan pun hendak membuka pintu.
"Nathan jangan dibuka biar dia teriak teriak sampai mati!"Asep kesal.
"Hello, berisik tahu. Trus kenapa kamu harus ikut campur dengan urusan asmara keduanya"Cibir Nathan gak peduli mau Asep marah saat dia buka pintu. Nathan ingin Asep gak ikut campur urusan ku dan Tae.
"Karena aku peduli dan sayang sama Tee, aku gak mau dia nangis hanya gara gara cowok macam Tae" Ucap Asep tegas dan itu membuat hati Nathan teriris. Perih say,
"Jadi?"Nathan kecewa
"Diam dan duduklah!"Perintah Asep tapi itu malah buat Nathan marah. Dia merasa dicampakan dan diapun mengingat apa yang dibicarakan Alan tadi.
"Hmmm, ok baiklah. Nikmati waktu kalian!!"Teriak Nathan dan kini membuka pintu dan Nathan pergi keluar.
Karena Tae dari tadi menunggu diluar kini Tae pun masuk.
"Sayang ini gak seperti yang kamu lihat"Tae meminta maaf berusaha mendekat tapi dihalang halangi Asep.
"Udah pergi aja Tae, kamu udah ingkarin janji yang dulu. Gak akan buat Tee nangis dan apa sekarang? Pergilah atau kuhajar kamu!!' Usir Asep, dia mencoba mengingatkan janji janji Tae. Tapi Tae gak ngelakuin apa apa. Jubaidah aja tiba tiba masuk didalam kamar, Tae pun gak ngerti kapan Jubaidah masuk.
"Tee percayalah?!"Tae tak mau pergi dan kini Asep pun memukul Tae kembali. Tae gak berusaha melawan dan Asep menikmati memukul Tae.
Seperti dendam yang baru dilampiaskan.
"Sayang kumohon percaya padaku" Tae masih berusaha memohon.
Suara hantaman Asep berkali kali akhirnya membuat ku terusik. Aku pun memandang Tae yang kini babak belur. Aku merasa Tae tak berbohong.
"Sep...."Aku memanggil Asep dan Asep menghentikan pukulannya.
"Jangan halangani aku menghajarnya Tee, dia pantas menerimanya!" Asep hendak memukul Tae lagi.
"Aku mau pulang!" Puntaku dan aku berusaha bangun.
"Iya kita pulang."Asep mengancam Tae agar tak mendekat dan kini Asep membatuku bangun.
Tapi aku merasa pusing, dadaku terasa sesak dan perutku terasa seperti dipelintir. Pandanganku mulai kabur.
"Tee......."Teriak Asep dan juga Tae melihat diriku kini lemah dan pingsan.
.....
Aku kini dirawat dan belum sadarkan diri. Asep masih gak terima dengan apa yang dilakukan Tae. Tapi Tae berusaha mengklarifikasinya. Untung ada cctv jadi kesalahpahaman itu pudar. Jubaidah meminta kunci cadangan dari penjaga hotel dan membuat skenario itu.
"Kamu percaya kan sekarang?'Tae natap Asep.
"Eh..." Asep menyayangkan kenapa itu hanya tipuan Jubaidah.
"Jadi hilangkan prasangka buruk mu, aku gak mungkin buat Tee menangis." Tae mencoba membuat Asep mengerti, cintanya tulus buatku.
"Mungkin kali ini kamu tertolong. Jadi bila kulihat Tee menangis lagi karena kamu. Aku benar benar akan membuatmu menyesal!."Ancam Asep dan kini pergi meninggalkan ruang rawatku.
.......
Tbc
Abaykan typo
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top