Chapter 2
Di saat aku sedang mengaguminya, aku juga ingin bercerita sedikit tentang temanku yang pacaran dengan kakak kelas bernama Berthold. Dia bercerita padaku dan meminta saran padaku apakah dia harus menerimanya atau menolaknya.
Aku pun memberikan jawaban, "Mending gak usah aja Sha."
"Tapi nanti gak enak."
Sasha yang labil itu hanya mampu menerima semua pemberian dari Berthold. Memang Berthold tampak sangat tulus dan perhatian pada Sasha. Yah, aku juga pernah ikut makan nasi bungkus yang dikasih Berthold sih ehe.
Makin lama Sasha dan Berthold menjadi sangat dekat tanpa sepengetahuanku. Mereka mulai sering chatan dan bertukar hadiah. Bahkan mereka juga pernah jalan berdua seperti seorang kekasih yang sedang kasmaran. Aku jadi merasa sedikit khawatir sama Sasha yang terlalu dekat itu.
"Sha, kamu jadian sama Kak Berthold?"
"Jadian sih enggak, cuma kayak temen deket aja."
"Tapi kemaren jalan bareng."
"Iya, dia yang ngajak jalan."
Awalnya hubungan mereka baik-baik saja sampai ada Kak Annie yang ternyata diam-diam suka dengan Kak Berthold. Sasha malah jadi khawatir dengan Kak Berthold jika dia diambil oleh orang lain sementara Kak Berthold berharap padanya untuk jadi kekasihnya.
"Gimana nih (Y/n). Apa aku terima aja ya?"
"Ya terserah kamu deh. Kamu suka gak sama dia?"
"Suka sih... Cuma gimana ya.."
"Kalo suka ya bilang, kalo gak suka ya tolak aja. Bilang kita sebatas adek kakak aja ya."
"Ih masa gitu, tapi aku gak enak sama dia."
Sasha bilang begitu tapi dia sendiri juga tidak berani menyatakan padanya bahwa dia sebenarnya suka. Kak Annie sendiri juga terus-terusan mendekati Kak Berthold agar dia mendapat perhatian darinya. Sasha semakin tidak percaya diri karenanya.
Waktu UTS saat aku sedang belajar, dia hanya diam termenung. Aku yang penasaran pun bertanya padanya, "Kenapa Sha?"
"Dia gak ngechat aku lagi."
"Lah kenapa?"
"Gak tau, tapi kayaknya dia udah kecewa deh sama aku. Aku kayaknya salah deh."
"Salah kenapa?"
"Iya kan aku gak nerima-nerima dia. Pasti dia kecewa banget."
Aku tak tahu harus bilang apa, aku bingung sementara Sasha hanya menangis di bahuku. Baru kali ini dia menangis karena cowok. Jujur aku kesal dengan orang yang sudah membuatnya menangis dan merasa bersalah dengan dirinya sendiri. Tapi aku juga tak bisa menyalahkan seseorang yang sedang jatuh cinta.
Setelahnya, Sasha berpikir bahwa dia tak akan lagi menerima hadiah dari orang yang tidak dia kenal maupun yang sangat ingin menjadi pacarnya. Dia memilih untuk fokus belajar dulu dan tak ingin berpacaran. Aku pun juga berpikir seperti itu, sebesar apapun keinginanku untuk memiliki seorang pacar tapi pada nyatanya aku malah terganggu karena harus fokus belajar. Tentang orang yang kusukai, aku malah tak terlalu memikirkannya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top