Tiga Belas
"Yoonji-ah, lihat siapa gadis cantik ini?" tanya Miyoung retoris pada Yoonji saat melihat Jihyun mengepel dapur.
"Ah, yebbuneye, Jihyun-ah," sindir Yoonji pada Jihyun yang abai pada keberadaan mereka. "Lihat, Miyoung-ah, rambutnya pun diwarnai. Tapi... tetap saja codetmu tidak akan hilang."
Mereka berdua tertawa membuat Jihyun menghela napas pelan dan melirik mereka sekilas.
"Siapa pemuda yang akan kau rayu dengan dandanan norak seperti ini?" tanya Miyoung retoris. "Ah, tentu saja Taehyung. Apa kau pikir Taehyung akan tertarik padamu? Tentu saja tidak. Dia hanya kasihan padamu. Dan karena kau juga, dia mendapat masalah."
"Tidak," jawab Jihyun berusaha memberanikan diri. "Aku tidak berdandan untuk siapapun. Aku berdandan untuk diriku sendiri agar lebih rapi. Dan soal Taehyung-ssi... bukan aku penyebab masalahnya. Tapi, kau. Kami tidak melakukan apa-apa, tapi kau yang menyebarkan gosip itu sehingga beberapa pegawai merundung kami."
Miyoung mendekat lalu menjambak rambut Jihyun membuat gadis itu mengerang kesakitan. "Sembarangan saja kau bicara. Memang kau ada bukti? Kalian berdua sama-sama menjijikkan."
"Lepaskan aku atau aku akan berteriak!" seru Jihyun berusaha menarik tangan Miyoung agar melepaskan rambutnya.
"Teriak saja kalau kau berani." Kali Yoonji yang menanggapi. "Silakan teriak jika kau mau Gaeun juga mengalami hal yang sama."
"Kalian tidak akan berani. Gaeun punya video perundungan kalian waktu itu. Aku bisa saja meminta Gaeun untuk melaporkan pada ---aargghhh." Kalimat Jihyun terputus karena Miyoung menariknya semakin kencang. "Kau... kau, lepaskan aku!" Jihyun berusaha menggapai tangan Miyoung dan malah berakhir mendorong gadis itu hingga terjatuh.
"Kurang ajar!" pekik Miyoung berang. "Yoonji, tahan dia!"
Dengan segera Yoonji menahan tangan Jihyun lalu Miyoung menampari pipi Jihyun dan kembali menarik rambutnya. "Muka jelek seperti tak usah banyak tingkah. Bisa bekerja di sini saja suatu keajaiban. Rasakan ini! Rasakan!"
Jihyun menendang ke sana-ke mari dengan harapan bisa mengenai Miyoung atau Yoonji. Sayangnya tetap saja, kekuatan dua orang itu lebih besar dibandingkan dengan dirinya.
"Teruskan saja dan kalian berdua akan berakhir di penjara." Suara manajer Min mengagetkan mereka bertiga.
Miyoung dan Yoonji langsung otomatis melepas Jihyun yang kini terduduk di lantai. Jimin yang datang bersama manajer Min, langsung menghampiri gadis itu dan menuntunnya mendekati manajer Min.
"Wah, kalian berdua hapal betul posisi yang tidak terjangkau CCTV." Suara manajer Min yang dingin dan penuh tekanan membuat mereka berdua menciut. "Jika aku tak melihat dengan mata kepala sendiri, mungkin tadi aku tidak akan percaya ucapan Jimin yang mengatakan melihat kalian berdua merundung Jihyun. Sekarang kalian berdua ikut ke ruanganku. Dan kau Jihyun, silakan tenangkan dirimu dulu. Jika sudah merasa cukup tenang, silakan menyusul ke ruanganku."
"Noona, minumlah ini," kata Jimin seraya mengangsurkan segelas air putih yang disambut Jihyun dengan sukacita. "Tadi aku mau mengambil pel karena ada pelanggan yang menumpahkan minuman, tapi... saat melihat kalian aku berubah pikiran dan langsung menemui manajer Min yang baru datang entah dari mana."
"Mereka hanya akan mengganguku ketika manajer Min tidak ada di kafe. Dan, beruntungnya aku beliau kembali dan melihat tingkah mereka tanpa perlu melaporkannya."
"Tidak ada terima kasih untukku?" protes Jimin pura-pura marah.
Jihyun agak panik mendengarnya. "Ya, maksudku terima kasih karena kau sudah memberi tahu beliau. Selama ini aku ragu, selalu maju-mundur saat akan melaporkan mereka. Aku takut, mereka akan mengangguku di luar kafe atau... yang lain akan terkena imbasnya."
"Seperti Taehyung haengnim atau Gaeun noona misalnya?" tanya Jimin retoris. "Yang aku lihat, mereka tak selemah itu. Gaeun noona jauh lebih galak dari yang kau tahu, dan seingatku dia bilang punya bukti perundungan yang dilakukan Miyoung noona. Miyoung noona tak akan berani menyentuhnya."
"Ya, aku bersyukur untuk itu. Dan karena Gaeun juga, aku merasa memiliki teman di sini."
"Lalu, aku dan Jungkook kau anggap apa?"
Jihyun terkekeh geli. "Bahkan Taehyung berkata kau dan Jungkook menjauhinya saat gosip kami muncul. Bukankah kalian juga pura-pura tak melihat saat Taehyung diganggu?"
"Bu-bukan begitu. Aku pikir, Taehyung haengnim orang yang kuat. Makanya kami uhm... menjaga jarak sementara waktu sampai gosip itu reda. Tapi, memang aku sempat berpikir Taehyung haengnim dan noona melakukan tindakan yaaahhh... seperti itu karena... Taehyung haengnim tampak sekali membelamu bahkan sampai ikut terseret masalah. Aku pikir dia menyukaimu."
Jihyun tertawa pelan. "Mana mungkin. Dia hanya membantuku sebagai teman dan juga tetangga."
"Mungkin kau benar. Sepertinya memang dia hanya menganggapmu sebagai teman, karena tadi aku melihatnya bersama seorang gadis di lorong tak jauh dari kafe ini. Sepertinya mereka dekat karena gadis itu berkali-kali mengatakan maaf dan rindu. Mereka juga ---"
"Hei, kau menguping sejauh itu?" sela Jihyun yang merasa tak nyaman dengan informasi yang terlalu banyak muncul dari mulut Jimin. "Hati-hati saja kau nanti kena karma."
Jimin mencebik sebal. "Ya, ya, terserah kau saja. Sekarang kau sepertinya baik-baik saja. Sebaiknya kau segera menemui manajer Min dan melaporkan perundungan itu. Kau bisa memanggilku jika membutuhkan saksi."
Jihyun mengangguk dan meninggalkan Jimin menuju ruangan manajer Min. Di depan tangga lantai dua, dia berpapasan dengan Taehyung yang tampak gusar, tapi wajah pemuda itu berubah penasaran saat melihat Jihyun.
"Aku dengar manajer Min memanggil dua nenek sihir itu?" tanyanya yang dijawab Jihyun dengan anggukan. "Bagus. Aku bahkan belum sampai buka mulut untuk melapor. Beberkan saja semua yang mereka lakukan. Gaeun punya bukti dan aku siap jadi saksi. Sekarang ancaman untuk keluar dari kafe ini, berbalik ke mereka sendiri."
Jihyun menggeleng tak percaya. "Ternyata kau cukup kejam ya. Aku pikir, akan banyak nama yang ikut terseret mereka. Jadi, sepertinya sementara ini tidak akan ada yang berani menganggu kita."
"Apakah kau benar-benar Jihyun yang waktu itu aku kenal?" Taehyung pura-pura tepuk tangan. "Kau banyak berubah rupanya."
Gadis itu langsung tersenyum kaku. "Apa itu aneh? Aku hanya berusaha agar mereka tak seenaknya lagi. Yah, itu semua karena bantuan kalian. Terima kasih sudah membantuku lebih baik."
Giliran Taehyung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kau ini bicara apa? Sebaiknya kau segera ke ruangan manajer Min. Beliau pasti sudah menunggumu."
Jihyun mengangguk dan segera menuju ruangan manajer Min. Sementara Taehyung menatap punggung gadis itu dengan senyuman bangga. Entahlah, dia merasa senang bisa melihat gadis itu sedikit lebih percaya diri dibandingkan sebelumnya.
Melihat gadis itu, Taehyung seperti bercermin pada dirinya saat masa kecil. Menjadi putra bungsu mungkin menyenangkan bagi sebagian orang, tapi tidak baginya. Apalagi ditambah kenyataan dua kakaknya sangat berbakat, sementara menurut ayahnya, Taehyung kurang bisa diandalkan.
Hingga akhirnya masa remaja, membawanya ke dunia musik. Taehyung akhirnya menemukan hal yang benar-benar dia kuasai dengan baik.
Dia merasa bahagia karena memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan pada ayahnya. Selama ini, dia hidup di bawah bayang-bayang kedua kakaknya dan hal itu sangat melelahkan.
Hingga saat itu tiba. Taehyung memutuskan untuk menjadi trainee di salah satu agensi idol. Hubungannya dengan sang Ayah yang sempat membaik, kembali merenggang.
Taehyung menggeleng sekilas mengingat masa lalunya. Memaksakan tersenyum dia kembali bekerja.
"Hari yang melelahkan. Sepertinya aku harus mengajak Jungkook minum nanti malam."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top