Sembilan Belas
Taehyung menuju kafe dengan perasaan lebih ringan setelah bertemu kedua kakaknya. Namun, ketika baru saja tiba, dia dikagetkan dengan truk besar yang berhenti di bagian depan kafe.
Tentu saja itu bukan truk yang membawa bahan makanan karena biasanya truk tersebut lewat jalur belakang.
"Haengnim, jangan melamun di jalan. Ayo bantu kami menurunkan alat-alat musik ini." Teriakan Jimin membuat Taehyung tersadar dan membantu pemuda itu dan yang lain untuk menurunkan alat musik.
"Kenapa tiba-tiba manajer Min membeli alat-alat musik ini? Memangnya kita akan sering mengundang lokal band untuk mengisi acara?" tanya Jungkook sembari menata satu set drum di sudut kafe.
Taehyung mengangkat bahunya sekilas. Ada sedikit rasa penasaran di hatinya untuk mencoba memainkan keyboard yang baru saja di-setting Sungjae, di dekat drum. Sudah lama dia tidak memainkannya.
Kilasan pperistiwa saat dia masih remaja memenuhi ingatannya. Terutama saat ayahnya tersenyum bangga ketika Taehyung memenangkan kontes piano.
"Boleh aku mencobanya?" tanya pemuda itu pada Sungjae.
Sungjae melirik sinis sebelum akhirnya berujar, "Memangnya kau bisa?"
Taehyung berdecak sebal sebelum akhirnya duduk dan mulai memainkan intro Reprise, OST dari salah satu film favoritnya, Spirited Away.
Jungkook dan yang lain menoleh ke arah suara. Tertegun dengan Taehyung yang tampak mahir memainkannya. Beberapa mulai berkumpul, memperhatikan pemuda itu dengan tatapan kagum.
"Oh, Futatabi (Reprise)? Kau menonton Spirited Away juga rupanya."
Suara manajer Min mengejutkan mereka semua, hingga membuat Taehyung menghentikan permainannya.
"Kenapa berhenti? Lanjutkan saja dulu. Aku menyukai musik aransemen Joe Hisaishi yang indah."
Taehyung tersenyum lebar bercanda. "Haruskah aku memainkan One Summer's Day?"
Manajer Min tersenyum simpul. "Tidak, tidak. Di cuaca dingin seperti ini, kau jangan membuat orang bernostalgia dengan masa lalu. Bagaimana kalau Merry Go Round of Life? Kau bisa?" tanyanya lagi, yang dijawab Taehyung dengan anggukan.
Dua orang itu seperti hidup di dunianya sendiri saat jari Taehyung mulai menari di atas tuts keyboard. Sementara yang lain, hanya diam memperhatikan dan sesekali berdecak kagum.
Tepuk tangan manajer Min bergema saat Taehyung mengakhiri permainannya, diikuti yang lain.
"Sudah, sudah, ayo kita briefing dulu." Manajer Min mengumpulkan pegawainya di bagian tengah kafe seperti biasa saat briefing.
"Seperti yang kalian lihat, aku menambahkan seperangkat alat musik di sudut sana, bukan tanpa alasan. Aku ingin suasana berubah. Untuk teknisnya, aku masih memikirkan lebih lanjut. Sejujurnya, aku ingin mengundang band lokal untuk mengisi acara, tapi aku ingin mendengar pendapat kalian lebih dulu."
Jimin mengangkat tangannya untuk memberi usul. "Bukannya saya tidak yakin, tapi bagaimana dengan dananya? Seperti yang manajer tahu, mengundang band lokal butuh dana yang cukup."
Jungkook ikut mengangguk membenarkan. Setengah bercanda dia berujar, "Manajer tidak berniat memotong gaji kami untuk membayar band kan?"
Manajer Min melengkung bibirnya. "Mana mungkin aku setega itu. Lagipula ada seseorang yang berinvestasi di kafe kita," katanya seraya melirik Taehyung sekilas, tapi pemuda itu tengah melihat ke arah Jungkook. "Beliau memberikan dana lumayan besar untuk pengembangan kafe ini."
Semuanya menghela napas lega. Namun, sejurus kemudian Taehyung mengangkat tangannya. "Mungkin hanya sedikit usulan, Manajer. Bagaimana jika live band hanya dilakukan saat weekend sehingga bisa menghemat biaya? Saya tahu tadi manajer mengatakan bahwa kafe kita mendapat pendanaan, tapi mengundang live band setiap hari bukan biaya yang murah. Dan lagi, menurut saya kurang efektif karena untuk weekdays, pengunjung kafe kita tak sebanyak saat weekend."
"Aku sebenarnya sudah memikirkan hal itu. Kau benar, tapi... akan sangat disayangkan jika alat-alat mahal itu hanya dipakai saat weekend saja. Melihatmu bermain keyboard tadi, aku sempat terpikir ... bagaimana kalau kita membuat band sendiri?"
"Hah?!" Hampir sebagian besar pegawai terkejut dengan usulan manajer Min.
"Bukan band profesional seperti CN Blue atau Day6. Maksudku, jika kalian bisa bermain alat musik, maka cobalah. Aku tahu, Jungkook bisa bermain gitar, Jimin dan Sungjae suara kalian bagus, Taehyung bisa bermain keyboard, dan yang lain silakan tunjukkan bakat kalian. Tenang saja, kalian akan mendapat kompensasi di luar gaji utama."
Sungjae langsung mengangguk setuju. "Anda baik sekali, Manajer Min."
"Tapi, bagaimana dengan tugas utama kami?" tanya Gaeun tak yakin. "Manajer baru saja memecat tiga pelayan sekaligus, kami lumayan kewalahan saat pengunjung ramai. Saya pikir, kami akan lebih kerepotan jika harus mengisi acara juga."
Manajer Min berhenti sejenak tampak memikirkan sesuatu. "Aku pikir, kita bisa membuat jadwal pengisi acara lebih lanjut, tak perlu setiap hari juga dan hanya satu jam." Pemuda itu melanjutkan ucapannya. "Untuk soal pelayan, aku sedang mencari pelayan pengganti Miyoung dan yang lain, tapi memang kali ini aku lebih selektif. Aku tidak ingin hal yang sama terjadi lagi di kafe ini."
"Manajer... hmm... bagaimana kalau untuk sementara menunggu pelayan yang baru, Jihyun menjadi pelayan saja." Gaeun tampak takut-takut menyampaikan usulnya.
"Yang benar saja," gerutu salah seorang pelayan wanita.
"Memang kenapa?" Jimin yang mendengar, balik bertanya. "Jihyun noona jujur, tak banyak tingkah, dia juga rajin."
Manajer Min langsung menengahi sebelum terjadi keributan lebih besar. "Kau benar, sementara kita bisa meminta Jihyun untuk membantu, dan Gaeun kau bisa mengajarinya kan?" tanya manajer Min yang langsung dijawab Gaeun dengan anggukan antusias. "Lalu, untuk soal kebersihan, kita bisa buat jadwal saja untuk bergantian melakukannya."
Gaeun membungkuk dalam. "Terima kasih, Manajer Min. Aku jamin Anda tidak akan kecewa dengan pekerjaan Jihyun." Lalu gadis itu menoleh ke arah pelayan wanita yang tadi sempat memprotes usulannya. "Aku tahu alasanmu menolak Jihyun, tapi kau tenang saja, aku akan membantu Jihyun untuk menyesuaikan diri."
"Ada lagi yang ingin disampaikan?" tanya Manajer Min yang dijawab hampir semua dengan gelengan. "Baiklah, aku akan membagikan jadwal kebersihan nanti dan untuk pengisi acara, kalian bisa menemuiku untuk mengatur jadwal."
"Baik, Manajer Min." Semua membungkuk setelah manajer Min mengakhiri briefing.
Jimin langsung merangkul Taehyung dan Jungkook di kanan kirinya. "Bagaimana menurut kalian saran dari manajer Min tadi?"
"Tentu saja aku setuju. Kapan lagi bisa dapat uang tambahan?" Respons Jungkook antusias. "Bagaimana kalau kita tampil bersama? Kau bernyanyi, aku dan Taehyung haengnim yang mengiringi."
"Adakah yang bisa bermain drum? Sepertinya lebih seru jika lengkap dengan semua alat musik." Taehyung juga antusias dengan saran manajer Min tadi.
"Jungkook-ah, bukannya kau bisa bermain drum juga?" tanya Jimin sembari mengingat.
"Tapi, tak sebaik permainan gitarku. Kau sendiri juga bisa bermain gitar kan?"
"Bagaimana jika Jimin bermain gitar, Jungkook drum, dan aku keyboard?" tanya Taehyung memberi saran.
Jimin bertanya kebingungan. "Lalu yang menyanyi?"
"Kalian pernah menonton Hospital Playlist kan? Sepertinya lebih cocok jika penyanyinya perempuan." Taehyung tersenyum lebar.
Jungkook mengernyitkan heran. "Siapa maksudnya? Gaeun noona?" Langsung saja dia menggeleng cepat. "Yang benar saja. Suaranya tidak ada bedanya dengan Song Hwa (tokoh di Hospital Playlist)."
Gaeun yang tengah mengatur buku tak jauh dari mereka, langsung berdiri dan memukul kepala Jungkook dengan buku yang ditatanya tadi.
"Noona~ buku itu untuk dibaca, bukan untuk memukul orang."
Gaeun tampak tak peduli, malah kini mencubit perut Jungkook dengan brutal jika tidak dihentikan Taehyung dan Jimin.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top