Sebelas
Taehyung tak ingin suasana hatinya yang menyenangkan ini menjadi kacau karena panggilan itu. Mungkin dia akan menghubungi kakak pertamanya itu nanti. Iya, nanti jika dia tidak lupa atau dia 'ada niat' untuk menghubungi.
Segera saja dia tolak panggilan itu dan mematikan ponselnya. Sayangnya, raut gusar Taehyung tertangkap mata Jihyun yang tanpa sengaja menoleh ke belakang karena pemuda itu tak segera menyusul mereka.
Dia kenapa? Kelihatannya jengkel sekali.
Jihyun buru-buru mengenyahkan pikiran buruknya dan kembali melihat ke depan, karena merasa itu bukan urusannya. Taehyung sendiri yang tadi tidak tahu diamati Jihyun, sudah menyusul menyamai langkah teman-temannya.
Dan di sinilah mereka berempat sekarang, sebuah salon kecantikan sederhana yang tak jauh dari tempat mereka semula. Jihyun menolak keras ketika mereka bertiga memabawanya masuk. Tapi tentu saja kekuatannya kalah dengan tarikan paksa tiga orang yang sedang berencana mengubah penampilannya.
Seorang kaspter salon menyapanya mereka dengan ramah dan menanyakan keperluan mereka.
"Buat dia jadi cantik," kata Jungkook yang langsung mendapat sikutan Taehyung.
Gaeun sebagai satu-satunya gadis yang mengerti perawatan berkata seraya memunculkan aegyo-nya, "Eonnie pasti bisa membantu kami. Kami bingung memilihkan perawatan untuk teman kami ini."
Gaeun kembali tersenyum sebelum melanjutkan, "Mungkin ada perawatan untuk wajah sekaligus rambut yang tidak begitu mahal, Eonnie? Kami sedang tak membawa banyak uang, tapi kami yakin pasti kualitas salon ini bagus."
"Tentu saja." Sepertinya kaspter salon itu termakan rayuan Gaeun, "Kalian beruntung sekali, salon kami memberi potongan harga untuk paket perawatan wajah dan rambut."
"Boleh saya lihat daftar paketnya?" tanya Gaeun yang tak mempedulikan tarikan tangan Jihyun.
"Untuk paket standar, kami memberikan perawatan wajah tanpa kosmetik, potong rambut dan pewarnaan."
Kapster itu kemudian melanjutkan, "Untuk paket spesial, kami memberikan perawatan wajah dengan kosmetik, potong rambut, pewarnaan, dan perawatan tubuh seperti ─"
"Ah, kami ambil paket standar saja," sela Taehyung yang tidak sabar saat kaspter salon menjelaskan hal-hal yang tidak dia mengerti.
Jungkook dan Gaeun mengangguk setuju dengan Taehyung.
"Nah, Eonnie. Kami percayakan dia padamu."
"Tentu saja. Saat kalian kembali, pasti kalian tak akan mengenalinya," jawab kapster salon tak mau kalah.
Jihyun yang ingin menolak, merasa terharu saat Gaeun menggenggam tangannya erat, "Kami benar-benar ingin membantumu."
Jihyun akhirnya mengangguk dan menuruti keinginan mereka bertiga. Mungkin tak ada salahnya sedikit memanjakan diri seperti ini. Kadang dia juga ingin seperti gadis seusianya yang dengan bebas melakukan yang mereka inginkan.
Mereka bertiga meninggalkan Jihyun dan melaksanakan proyek berikutnya, yaitu berbelanja pakaian dan aksesoris untuk Jihyun.
Gaeun membelikan kardigan warna coklat muda dengan aksen kancing besar berbentuk salju. Jungkook membelikan tote bag dari bahan kanvas warna cokelat dengan gambar menara Eiffel, untuk mengganti sling bag krem kumal yang selama ini selali dibawa Jihyun ke mana-mana.
Taehyung sendiri bingung mau membelikan apa untuk Jihyun. Awalnya dia berniat membelikan mantel bulu untuk gadis itu. Tapi ditentang keras oleh Gaeun dengan alasan Jihyun tak akan mau memakainya karena terlalu berlebihan. Jihyun tak akan mau memakainya.
Akhirnya dia membelikan blazer hitam dengan permata buatan di bagian kantungnya. Sebelum dia menuju kasir, dia kembali dan mengambil jepit rambut dengan hiasa permata imitasi berbentuk buah ceri dan syal hitam putih tebal.
"Banyak sekali, Taehyung haengnim."
"Aku, kan, tetangganya," jawabnya ketika mendengar komentar Jungkook.
Gaeun pun datang dengan menambahkan sarung tangan cokelat, "Sudah selesai belum ya?"
"Mungkin sudah. Kita sudah hampir dua jam meninggalkannya. Aku saja sampai lapar lagi," seloroh Jungkook membuat Taehyung menggeleng tak percaya.
Setelah membayar di kasir, mereka beriringan kembali ke salon tempat Jihyun sedang perawatan.
Sesampainya di sana, mereka tidak melihat Jihyun di ruang tunggu salon. Mungkin perawatannya belum selesai. Mereka bertiga duduk seraya membaca majalah. Seorang kapster mengatakan bahwa sebentar lagi Jihyun selesai dengan perawatannya.
Kenapa aku jadi gugup, ya? Taehyung menggeleng tak percaya. Memangnya dia siapa? Dia hanya tetangga sekaligus teman kerjaku, kan? Pasti aku gugup karena ikut andil membantunya berubah.
Tapi, benar juga yang dia bilang. Hampir semua orang hanya melihat penampilan luar saja. Padahal itu semua hasil operasi. Jika itu hasil operasi, kenapa mereka mem-bully orang yang tidak operasi? Bukankah penampilan hasil operasi hanya bertahan sementara?
"Kenapa aku memikirkan hal ini?" Tanpa sadar Taehyung menggumamkan yang ada dipikirannya.
"Memangnya apa yang kau pikirkan?" celetuk Jungkook membuat Taehyung kembali dari lamunannya.
Taehyung menggeleng. Belum sempat dia menjawab Jungkook, seorang kapster salon yang tadi memberi perawatan pada Jihyun datang bersama Jihyun yang menunduk dan bersembunyi di belakangnya.
"Kenapa kau sembunyi?" tanya Gaeun seraya menarik lengan Jihyun hingga tampak keseluruhan.
Taehyung tak berkedip sesaat setelah melihatnya, sampai Jihyun merasa dirinya terlihat begitu aneh. Mungkin karena biasa melihat Jihyun yang tak pernah merawat diri, sedikit perubahan pada gadis itu membuatnya tampak berbeda.
"Kau tampak berbeda." Taehyung akhirnya tersenyum. "Jauh lebih rapi dan cerah."
Jungkook dan Gaeun sama-sama tersenyum puas melihatnya. Sesaat kemudian, Gaeun mengajak Jihyun ke ruang ganti seraya menyambar tas-tas belanjaan yang dibawa Jungkook dan Taehyung. Tak lupa dia membawa tas kecil berisi sampel kosmetik hasil merayunya tadi.
"Ibu peri akan menyihir cleaning service menjadi Cinderella."
Dari pada menunggu lama, Jungkook dan Taehyung kembali duduk di ruang tunggu seraya membaca-baca majalah yang disediakan. Tapi sepertinya Taehyung bosan dan mulai bertanya sesuatu yang mengusik pikirannya.
"Jungkook, apa yang kau tahu tentang Jihyun?" tanyanya yang membuat Jungkook tersenyum penuh arti, "Hei, jangan menatapku seperti itu. Aku hanya ingin lebih mengenal tetanggaku, tidak lebih. Aku hanya heran, kenapa dia seperti tak ada keinginan untuk melawan saat Miyoung mengerjainya. Dia juga sinis sekali saat aku dan Gaeun membahas tentang penampilan."
Jungkook meletakkan majalah yang dibacanya sebelum menjawab Taehyung, "Setahuku, Jihyun noona gadis yang pintar. Dia seonbae-ku saat SMA. Dia pernah memenangkan kompetisi pidato bahasa Inggris sekolah. Tapi dia tak pernah punya teman. Dia selalu sendiri ke mana pun dia pergi."
"Saat di sekolah dia juga di-bully seperti di kafe?"
Jungkook menggeleng tak yakin, "Aku tidak begitu mengenalnya. Memang orang-orang menjauhinya. Bukan hanya karena penampilannya saja yang tampak aneh, dia juga dijauhi karena guru-guru menyukai kepintarannya. Tapi kadang saat pulang, aku melihat dia dikeroyok teman-teman sekelasnya jika tak mau memberikan sontekan PR."
"Dan kau tak membantunya?"
Jungkook menggeleng keras, "Tentu saja tidak. Aku tak mau jadi korban berikutnya."
Taehyung mendecak keras, "Laki-laki macam apa kau yang membiarkan gadis dikeroyok teman sekelasnya."
"Tak semua orang bisa seberani kau," kata Jungkook membela diri. "Kau lihat sendiri kan? Sejak membatu Jihyun noona dengan mengonfrontasi Miyoung noona, pegawai yang lain jadi ikut mengerjaimu."
Taehyung menyeringai sinis. "Termasuk kau dan Jimin yang menjauhiku."
Jungkook baru saja akan protes lagi saat Gaeun memekik, "Jja-jan! Ke mari kau, tak perlu malu. Jika mereka menertawakanmu, aku akan memukulnya."
Jihyun tetap tak mau keluar dari balik pintu sampai Gaeun menariknya dengan paksa. Taehyung dan Jungkook yang melihat Jihyun secara keseluruhan tak mengedipkan matanya karena Jihyun memang tampak berbeda. Mungkin memang benar, kosmetik adalah sihir bagi wanita.
Rambut ikal Jihyun yang kini diwarnai hitam kecoklatan diikat ekor kuda dengan menyisakan beberapa helai anak rambut untuk menutupi pipi tembamnya. Codet di pipinya samar terlihat berkat sapuan BB cream dan foundation serta bedak yang sesuai dengan warna kulitnya. Gaeun menyapukan pemulas pipi dan eye shadow warna peach sehingga tampak natural. Tak lupa lipstik warna senada yang baru dia dapatkan dengan rayuan tadi.
"Apa terlihat aneh?" tanya Jihyun ragu. Taehyung dan Jungkook menjawabnya dengan gelengan seraya tersenyum.
"Kau pantas memakainya," puji Taehyung tulus saat gadis itu mengenakan blazer hitam darinya di balik kaus putihnya.
Blazer itu tampak serasi dengan celana jins biru muda yang tengah dikenakannya. Jaket abu-abu usang yang tadi dia pakai, dimasukkan Gaeun dalam kantung bekas belanjaan.
"Nah, Noona. Sekarang kau lebih terlihat seperti usiamu yang sebenarnya." Jungkook juga ikut memujinya.
"Kau lihat, kan? Memang hasilnya tak sebaik hasil operasi plastik. Tapi, dengan sedikit teknik make up yang sesuai, kau tampak lebih cerah. Aku akan mengajarimu jika kau mau." Gaeun tampak paling bersemangat karena di tangannya, Jihyun tampak benar-benar berbeda.
Gaeun melanjutkan setelah terdiam sejenak, "Sebenarnya akan lebih baik jika kau memakai fondation. Tapi, aku tak membawanya. Jadi, aku bubuhkan BB cream agak banyak di bagian belas lukamu, dan teknik shading di pipimu. Kau terlihat berbeda. Memang bekas lukamu tak benar-benar hilang, tapi menurutku jauh lebih baik dibanding sebelumnya."
Mereka berempat pergi setelah Taehyung membayar tagihannya di kasir. Jihyun tampak sungkan ketika melihat Taehyung mengeluarkan banyak uang untuknya. Gadis itu sengaja menunggu Jungkook dan Gaeun keluar terlebih dahulu, untuk bicara pada Taehyung.
"Lagi-lagi kau membantuku. Aku sudah terlalu banyak berhutang padamu," katanya seraya berjalan menyusul Taehyung yang langkahnya lebar.
"Apa itu artinya sama dengan ucapan terima kasih?" tanya Taehyung retoris, "Sama-sama kalau begitu."
Kali ini Jihyun tak tersinggung seperti biasanya. Dia malah ikut tersenyum mengikuti senyuman lebar Taehyung.
"Mungkin aku harus merevisi yang pernah aku katakan. Di setiap sudut di kota ini, memang penampilan yang lebih diutamakan. Aku pernah sangat membenci hal itu, karena aku terlahir berbeda dengan yang lain dan ditambah bekas luka yang menyebalkan ini."
"Tapi kurasa hal itu ada benarnya juga," lanjut Jihyun kemudian, "Tidak harus berpenampilan cantik atau tampan, asal menyenangkan orang yang melihat, kurasa itu juga penting."
"Begitu?" tanya Taehyung tak yakin, "Padahal, aku hampir sependapat denganmu yang sebelumnya. Hampir semua orang mengutamakan penampilan fisik, padahal semua kecantikan buatan itu hanya semu dan tak bertahan lama."
"Aku jadi heran pada orang-orang yang suka mem-bully orang lain karena penampilannya. Padahal penampilannya sendiri tidak asli," lanjut Taehyung seraya mendesah panjang.
Jihyun mengulum senyum melihat pemuda yang berjalan di sampingnya. Entah kenapa, Taehyung tampak seribu kali lebih keren ketika mengatakan hal itu. Mungkin hanya perasaan Jihyun saja, Jihyun rasa pemuda itu membelanya dan berusaha membuatnya lebih percaya diri dengan kata-kata yang diucapkannya.
"Aku tahu jalan keluarnya," kata Taehyung tiba-tiba, "Make Up!"
Pemuda itu melanjutkan ucapannya. "Melihat apa yang Gaeun lakukan padamu, kurasa para gadis tak perlu melakukan operasi besar-besaran untuk mempercantik diri mereka. Dengan menguasai teknik make up yang benar, maka kau akan tampil berbeda."
"Kau benar." Jihyun mengangguk sembari tersenyum. "Ah, aku jadi ingin belajar make up."
"Hei, kalian! Cepat ke mari! Kami lapar!" pekikan keras Gaeun membuat chemistry di antara mereka berdua hancur.
Setelah puas mengisi perut, Jungkook mengajurkan mengunjungi taman Yongdusan, tempat di mana Busan Tower berada. Tapi, Gaeun berpendapat lain. Menurutnya, taman Yongdusan dan Busan Tower bisa dikunjungi lain kali.
"Kita ke noraebang saja, mumpung kita bisa pergi bersama," ajaknya. Gadis itu suka sekali ke karaoke.
"Memang lain kali kita tak bisa pergi bersama?" tanya Jihyun curiga.
Gaeun tampak kebingungan sebelum akhirnya menjawab, "Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti, kan?"
"Mungkin lebih baik kita ke noraebang saja," kata Taehyung memutuskan, melihat ketegangan di antara Jihyun dan Gaeun.
Gaeun segera menyusul Jihyun yang mengekor di belakang Jungkook dan Taehyung. Diselipkannya lengan gadis itu dengan lengannya.
"Maaf," bisiknya pelan.
Jihyun meggeleng pelan, "Mana mungkin aku marah pada ibu peri yang menyihirku menjadi Cinderella?"
Mereka berempat tertawa mendengar jawaban Jihyun. Satu hal yang dapat Jihyun pelajari hari ini. Tidak semua orang berniat buruk padanya, pikiran negatiflah yang membuat perbuatan buruk itu menjadi kenyataan.
***
Happy V-day!💜💜💜
Saya kira cerita ini bisa tamat bulan Desember 2021. Ternyata nggak bisa 🥲 akhir tahun SPJ harus beres semua, Kakak.
Terima kasih buat yang sudah baca, walaupun ini bukan cerita yang biasa saya tulis 💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top