Lima
Gaeun menggandeng Jihyun masuk ke dapur kafe. Mereka berdua terkejut saat tiba-tiba saja Jungkook masuk dengan wajah cemas, “Noona, kalian baru saja menonton melodrama? Kenapa malah menangis seperti itu? Ada hal yang lebih penting!”
Jihyun dan Gaeun mengernyit, membuat Jungkook menjelaskan tanpa diminta, “Manajer Min memarahi seorang pemuda di depan pelanggan, sepertinya dia pelayan baru di sini. Dia benar-benar gila baru datang sekarang dan membuat manajer Min semarah itu.”
"Bukannya manajer Min tadi ke pantai?" tanya Gaeun retoris, yang dijawab Jungkook dengan mengangkat bahu sekilas.
Setelah itu, Jungkook kembali ke bagian servis kafe membuat Jihyun dan Gaeun melempar pandang.
"Dia melapor seheboh itu seperti wartawan dispatch saja."
"Mana mungkin wartawan dispatch heboh. Yang aku tahu, mereka pandai kamuflase mengecoh artis untuk mengambil foto."
Gaeun terkikik geli, "Ternyata kau tahu gosip artis juga ya."
Jihyun berdecak kecil mendengar sindiran Gaeun. "Aku tahu aku miskin. Tapi, aku tak semisikin itu sampai tak bisa mengakses internet."
"Yaaa! Ahn Jihyun, kau ini sensitif sekali. Aku jadi takut bercanda denganmu."
Jihyun tersentak mendengar keluhan Gaeun. Mungkin karena terbiasa dihina, Jihyun jadi tak bisa membedakan mana kalimat candaan atau bukan.
"Ah, sudahlah. Lanjutkan tugasmu, aku kembali ke depan," tukas Gaeun kembali ke bagian servis.
Dan benar seperti yang Jungkook katakan tadi, manajer Min masih memarahi pemuda itu.
Dari yang Gaeun lihat, pemuda itu masih tampak mengantuk. Berkali-kali menguap di hadapan manajer Min. Manajer Min sangat jarang marah seperti itu, tapi melihat pemuda itu menutup mulutnya dengan tangan tanpa bisa menyembunyikan rasa kantuk, tentu saja manajer Min jengkel.
“Sekarang kau bisa mulai bekerja. Bertanyalah pada Jungkook atau Jimin jika ada yang tak kau mengerti. Ingat, aku mengawasimu.”
“Ne.” Pemuda itu menunduk, sesaat kemudian manajer Min meninggalkannya menuju ruangan.
“Gwaenchana?” tanya Jimin mendekat, pemuda itu mengerling Jimin dengan tatapan aneh, “Ah, panggil saja aku Jimin.”
“Aku baik-baik saja. Apa yang harus aku lakukan?” Pemuda itu tampak kurang antusias melakukan yang seharusnya menjadi tugasnya.
“Tidak sopan sekali. Perkenalkan dulu namamu.”
Pemuda itu mendesah pelan, dan tampak terdiam memikirkan sesuatu, “Panggil aku Taehyung.”
Jimin mengernyit heran, “Kau menyembunyikan sesuatu ya? Aneh sekali sampai terdiam seperti itu saat aku tanya nama.”
“Katakan saja apa yang harus aku lakukan,” sergah Taehyung tak sabaran.
“Kau bisa mulai dari mencatat menu pesanan pelanggan, lalu tancapkan kertas pesanan di sana.” Jimin menunjuk logam semacam paku tumpul yang ada di depan Jungkook, “Jungkook akan membawanya ke dapur. Jika sudah siap, gadis yang tengah menatapmu seperti serigala kelaparan itu akan mengantar pesanan ke pelanggan.”
Taehyung mendengus geli melihat gadis yang dimaksud Jimin, benar saja gadis itu tengah menatapnya dengan pandangan ─ ah, entahlah, seperti benar-benar kelaparan dalam artian luas. Dilihatnya name tag gadis itu, Han Miyoung. Sama sekali bukan tipenya.
“Pesan apa?” tanya Taehyung pada muda-mudi yang sepertinya kedinginan setelah mengikuti Polar Bear Swimming Competition. Segera saja jitakan pelan singgah di kepalanya, membuat Jimin menoleh pada yang memberinya jitakan.
“Maaf, dia pelayan baru.” Jimin tersenyum meminta maaf lalu merebut catatan kecil yang semula dibawa Taehyung.
“Apakah Anda berdua keberatan jika saya sekalian melatih pelayan baru ini?”
Sang gadis tersenyum geli dan mengangguk, “Tentu saja tidak.”
“Tirukan apa yang aku lakukan,” bisik Jimin seraya menunduk sekilas, “Ayo tunggu apa lagi? Kau mau aku laporkan pada manajer Min? ”
Taehyung pun menuruti perintah Jimin, setidaknya itu lebih baik dari pada pemuda itu mengadu pada manajer Min dan membuat hidupnya semakin berantakan.
“Selamat datang di Sowoozoo Café. Silakan ini menunya, Nona dan Tuan.”
Taehyung menirukan yang diucapkan Jimin sembari berpura-pura menyerahkan menu kepada pelanggan.
“Kau mau pesan apa?” tanya sang gadis pada pemuda di hadapannya.
“Americano saja.”
Gadis itu mengangguk, “Vanilla latte satu dan Americano satu. Lalu blueberry cheesecake satu.”
“Blueberry cheesecake hanya satu?” Tanpa sadar Taehyung mengutarakan keheranannya.
“Bukankah itu romantis, menikmati kue dari piring yang sama dengan pasanganmu.” Gadis itu tersenyum manis membuat Taehyung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Nah, antarkan catatan itu pada Jungkook,” perintah Jimin pada Taehyung, lalu kembali berujar pada pasangan pelanggan yang ada di hadapannya, “Terima kasih atas bantuannya, Nona dan Tuan. Silakan membaca buku-buku koleksi kami sembari menunggu pesanan.”
Jimin berbalik segera menyusul Taehyung yang tengah menancapkan kertas pesanan di paku. Segera saja Jungkook menyerahkan catatan itu pada Gaeun yang ada di dapur.
“Kau tidak boleh mengkritik pelanggan, Taehyung-ssi. Biarkan saja mereka memesan yang mereka inginkan. Asal tidak membuat onar.”
“Aku tidak mengkritik, hanya ... hmm ... sepertinya definisi romantisku dan mereka berbeda. Aku pikir, yang tadi itu hemat, bukan romantis.”
Jimin menggeleng pelan mendengar kalimat Taehyung.
Tak lama kemudian, Jungkook kembali dari dapur. Miyoung segera mengantarkan nampan berisi pesanan ke pelanggan. Sebelum meninggalkan counter, Miyoung sempat berkedip genit ke arah Taehyung.
Jungkook terkikik geli, “Hei, Taehyung-ssi, sepertinya Miyoung noona tertarik padamu.”
Taehyung bergidik ngeri, “Apa gadis Busan banyak yang agresif seperti itu?”
“Memangnya kau dari mana? Kalau yang kutangkap dari kemarahan manajer Kang tadi, kau pasti masuk lewat jalur belakang ya?”
Taehyung berdecak keras mendengar ucapan Jungkook, “Bukan urusanmu. Yang penting kerjaanku beres kan?”
"Wah, sombong sekali kau ini. Aku tak peduli kalau kau masuk lewat jalur belakang. Asal kau bisa membuktikan kerjaanmu beres saja." Jungkook tertawa meremehkan. "Bahkan tadi aku melihat kau tak ramah dengan pelanggan. Aku pikir, kau perlu banyak menyesuaikan diri bekerja di sini."
Lagi-lagi orang meremehkan kemampuannya. Sungguh Taehyung sangat benci itu. Namun, jika dipikir lagi, memang kali ini dia yang salah.
Mungkin karena efek lelah setelah berberes, dan mengantuk karena terlalu asyik bermain game, dia jadi terlambat. Dan seperti efek domino, keterlambatan itu mengacaukan hari pertamanya kerja di sini. Tentu manajer Min kecewa padanya.
Awalnya dia pikir bekerja sebagai pelayan kafe tak sesulit itu, tapi efek dari kantuk yang masih bergelayut di ujung mata, membuatnya kurang bisa berpikir jernih hingga akhirnya kalimat kurang ramah yang keluar dari mulutnya tadi.
"Jungkook-sii," kata Taehyung pada akhirnya, "Maafkan sikapku tadi. Aku... sepertinya butuh asupan kafein karena kantukku tak juga mereda."
Jungkook yang sedang mengelap gelas, tersenyum kecil. "Tak masalah. Kau bisa bertanya padaku atau Jimin hyung jika merasa kesulitan." Jungkook tersenyum kecil, sebelum akhirnya melanjutkan dengan berbisik dan menunjuk seorang gadis dengan dagunya, "Atau... kau juga bisa bertanya padanya. Dia pasti mau mengajarimu dengan senang hati."
Taehyung menggeleng cepat saat Jungkook menunjuk gadis yang melihatnya dengan tatapan kelaparan tadi.
"Tidak, tidak. Aku lebih baik bertanya pada kalian saja."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top