Dua Puluh Dua

Jihyun mengerjap sesaat sebelum akhirnya menunduk memberi salam.

"Ah, annyeonghaseyo. Saya tidak tahu, Anda adalah kakak Taehyung-ssi."

Pria itu tersenyum, lalu menunduk memberi salam.

"Namjoon-hyung, kenapa tidak mengabariku lebih dulu jika mau ke mari? Aku mau berangkat kerja," kata Taehyung setengah terkejut, setengah bingung harus bagaimana karena kehadiran kakaknya begitu mendadak.

"Jika aku mengabarimu, itu namanya bukan kejutan kan?" tanya Namjoon retoris. Lesung pipinya muncul saat tersenyum melihat keterkejutan adiknya.

"Aku hanya mampir sebentar karena ada seminar di sini." Pria itu lalu mengangsurkan goodie bag untuk Taehyung. "Makanlah. Hyena sudah bersusah payah menahan rasa mual untuk membuatnya."

Raut wajah Taehyung berubah khawatir saat menerima tas itu. Dia melihat sekilas, ada beberapa cupcake di dalam sana. "Hyung, aku memang menyukai cupcake buatan Hyena-noona, tapi tidak seperti ini juga. Kenapa Noona jadi memaksakan diri saat morning sickness seperti itu?"

Namjoon menepuk bahu Taehyung pelan. "Dia tidak tega saat aku bilang, kau rindu cupcake buatannya. Tapi, kau jangan berekspektasi lebih. Mungkin rasanya tak seenak biasanya."

Taehyung menggeleng keras. "Pasti enak. Noona sudah berusaha keras seperti ini." Kemudian pemuda itu menoleh ke arah Jihyun yang dari tadi hanya diam sebagai penonton. "Kau juga harus mencicipinya. Cupcake buatan kakak iparku sangat enak."

Jihyun mengangguk canggung.

"Ah, Hyung, ini Jihyun." Pemuda itu lupa karena dari tadi belum memperkenalkan gadis di sebelahnya. "Dia rekan kerjaku dan yang tinggal di unit sebelah."

Mereka saling menunduk lagi.

"Maafkan jika adikku banyak merepotkan. Dia masih harus banyak belajar."

"Tidak, tidak." Jihyun menggeleng. "Taehyung-ssi banyak membantu kami. Saya dan ibu saya sangat berterima kasih padanya."

Alis Namjoon meninggi sebelah dan melirik Taehyung yang tersenyum kaku. "Adikku? Yang benar saja." Namjoon kemudian tertawa, tapi kemudian tawa itu mereda saat melihat muka malas adiknya. "Aku percaya, aku percaya. Kau banyak berubah di sini. Nanti kita cerita lebih lanjut. Aku harus pergi dulu karena taksi yang membawaku ke hotel masih menunggu di bawah."

Calon ayah itu kemudian menepuk bahu Taehyung pelan dan membungkuk sekilas ke arah Jihyun sebelum akhirnya turun ke lantai dasar.

"Jadi, itu kakakmu yang disebut Nenek Sung pria tampan dan sangat sopan," tukas Jihyun sembari mengingat ucapan Nenek Sung dulu.

Alis Taehyung meninggi sebelah. "Namjoon hyung baru kali ini ke mari. Mungkin yang dimaksud Nenek Sung itu Seokjin hyung. Dia yang mengantarkanku ke mari."

"Kau punya dua kakak? Wah, aku baru tahu." Jihyun kemudian mengangguk paham.

Sejujurnya pun, aku tak tahu apa-apa tentangmu. Kau seperti banyak menyembunyikan sesuatu.

"Hei, kau dengar aku tidak?" Taehyung mengibaskan tangannya di depan Jihyun beberapa kali. "Aish, kau sering sekali melamun akhir-akhir ini."

"Kau bilang apa tadi? Maaf aku sedikit memikirkan sesuatu jadi tidak konsentrasi," jawabnya sembari menuruni tangga.

"Kau mau cupcake ini? Haruskah aku tinggal di unit saja? Kita bisa memakannya nanti."

Jihyun menggeleng. "Kau sanggup menghabiskan sebanyak itu? Menurutku sebaiknya bawa ke kafe saja. Jungkook dan yang lain pasti juga ingin mencicipi cupcake buatan kakak iparmu."

Pemuda itu menahan bahu Jihyun sesaat, kemudian mengambil salah satu cupcake dari boks dalam goodie bag itu. "Makanlah satu. Pasti jika aku bawa ke kafe, kau tidak akan kebagian. Jungkook bisa menghabiskan semuanya dalam sekali telan."

Jihyun terkekeh lalu menerima cupcake itu. "Terima kasih, tapi pasti Jungkook akan marah saat mendengar ucapanmu."

"Mudah saja, tinggal aku belikan susu pisang kesukaannya."

Gadis itu kembali tertawa lalu melanjutkan perjalanan mereka ke kafe.

***

Aku kemari karena tiga pria tampan itu. Tapi, kenapa wajah pelayan di sini membuat mataku sakit? Kau lihat bekas luka di pipinya itu? Mengerikan sekali.

Jihyun menulikan pendengarannya tatkala pelanggan kafe membicarakannya sesaat setelah gadis itu selesai mengantarkan pesanan mereka.

Menghela napas lelah, dia memilih ikut bersandar di meja counter kafe, bersama Gaeun yang tengah merekam penampilan Taehyung, Jimin, dan Jungkook.

"Kau kenapa?" tanya Gaeun tanpa menoleh. Dia merasakan aura murung dari kehadiran Jihyun, lalu mematikan rekamannya.

Bukannya menjawab, gadis itu malah balik bertanya. "Gaeun-ah, haruskah aku melakukan operasi plastik?" Gadis itu diam sebentar sebelum melanjutkan. "Aku pikir, efek make up tak cukup untuk menutup lukaku dari jarak dekat."

"Aku memang melakukan operasi dasar, tapi tidak serta merta aku menyuruhmu operasi juga." Gaeun berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Sebaik apapun hasil operasi, atau ... semirip apapun dirimu dengan Kim Taehee kalau kau tetap tak percaya diri ya percuma saja."

"Aku tak berniat mengubah wajahku. Aku hanya ingin menghilangkan bekas luka ini, tanpa mengubah apapun," jawab Jihyun sedikit jengkel karena Gaeun mengira gadis itu akan mengubah wajahnya.

Gaeun mengangguk paham. "Ah, aku pikir kau akan melakukan operasi dasar pada mata, hidung, dan dagumu. Menurutku jika menghilangkan bekas luka bisa menambah percaya dirimu, maka lakukanlah."

"Sungguh, bekas luka ini sangat menganggukuku. Apalagi sekarang aku bertemu lebih banyak orang."

"Hei, setidaknya gaji pelayan lebih tinggi. Apalagi karena belum ada pengganti, jam kerja kita lebih. Kau bisa menabung lebih cepat untuk operasi. Bukankah kau bilang tabunganmu habis karena ibumu sempat opname."

"Kau benar." Jihyun tersenyum lebar. "Aku jadi lebih bersemangat menghilangkan luka ini."

Gaeun menepuk bahu Jihyun pelan. "Semangat. Kalau kau lebih percaya diri, aku bisa lebih tenang meninggalkanmu bulan depan."

"Kau tenang saja, ada tiga orang itu yang membantuku," Kata gadis itu sembari menunjuk tiga pemuda yang sedang menyanyi itu dengan isyarat matanya.

Tanpa sengaja, Taehyung yang sedang melihat ke arahnya, melengkungkan seulas senyumnya.

Ah, sial! Kenapa dia harus tersenyum seperti itu?

"Ah, gila! Komentarnya banyak sekali. Aku sampai harus mematikan notifikasi karena ponselku terus berdenting," sergah Gaeun membuyarkan lamunan Jihyun. Gadis yang akan pindah ke Seoul dua minggu lagi itu menggeleng tak percaya melihat semakin banyak komentar di video penampilan Taehyung, Jimin, dan Jungkook yang dia unggah sebelumnya.

"Ada apa?" tanya Jihyun sembari ikut melihat ke arah ponsel Gaeun. "Daebak! Itu video yang kau rekam tadi?"

Gaeun menggeleng sembari menggulirkan jarinya di layar ponsel. "Ini beberapa hari yang lalu."

seagul.girl: Mereka bertiga seperti segitiga Bermuda yang menyedot perhatian.

papabearwife: Aku jadi ingin ke kafe melihat penampilan mereka langsung.

pjmbest: Suara mereka terngiang terus di telingaku. Mereka sangat berbakat.

"Wah, ternyata banyak yang menyukai mereka," komentar Jihyun seraya tersenyum, ikut bahagia saat melihat beberapa komentar itu.

Jihyun merasakan bahunya disenggol gadis di sebelahnya, sembari menunjuk salah satu komentar.

"Jihyun-ah, baca ini. Aku baru lihat komentar ini karena terlalu banyak komentar yang masuk."

bulletprooflover: Bukankah yang memainkan keyboard itu Kim Taehyung mantan trainee Jin Hit entertainment?

ilovepurple: @bulletprooflover Jin Hit yang bangkrut itu? Kau mengenalnya? Pantas saja suaranya bagus. Dia dan lainnya juga tampan.

bulletprooflover: @ilovepurple Dia dulu teman SMA kakakku. Tapi, dia mengundurkan diri karena permintaan ayahnya.

"Kau tahu soal ini?" tanya Gaeun dengan wajah terkejut.

Gadis itu menggeleng. "Aku juga baru tahu."

"Kita harus menanyainya. Pantas saja suaranya bagus." Gaeun mengangguk paham. "Ah, ternyata dia pernah menjadi trainee idol. Pantas dulu dia sempat mengalihkan pembicaraan saat Jungkook menyarankannya untuk menjadi idol saja."

Jihyun menggeleng tak yakin. "Sepertinya dia tidak nyaman bercerita tentang hal itu. Hmm... lebih baik kita jangan menanyainya tentang hal ini. Tunggu saja sampai dia bercerita sendiri. "

Gaeun mengangguk setuju.

***


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top