part 1
Apakah aku pantas untuk menjalankan hidup? Tanpa adanya seseorang yang sangat berarti lagi dihidupku.
Hilang tanpa jejak dan berakhir menempatkan dirinya jauh dari jangkauanku.
Aku berteriak putus asa, mengindahkan rasa sesak didada yang muncul begitu saja.
Tidak ada lagi orang yang selalu menyemangatiku dengan cara yang berbeda, mengkhawatirkanku karena terlalu gegabah, bahkan seolah memakiku agar ia tidak perlu dipandang sebagai orang baik dimata mereka.
Batu nisan yang terpajang jelas didepanku, kuusap pelan. Membawa pergi ribuan kenangan yang pernah kita ukir bersama.
Tidak peduli apakah itu suka maupun duka, aku tetap akan merasa kesepian mulai sekarang hingga aku bertemu denganmu kembali.
"Tenn-nii."
🍃🍃🍃
6 bulan yang lalu, awal dari semua ini terjadi.
Dimana sang alam dan waktulah yang menjadi saksi bisu diantara kita. Tanpa jejak, seolah hilang ditelan bumi begitu saja.
Masih terngiang jelas dikepalaku, tak satupun atensi kami yang menyadari ketidakhadiran seseorang dalam perayaan kemenangan TRIGGER dalam MOP.
Trigger merupakan grub yang pernah memenangkan JIMA 2 tahun yang lalu. Dan merupakan grup yang disinggahi oleh kakak kembarku, Kujou Tenn.
Hanya saja, hal pertama ketika menyadari ia menghilang adalah sebuah hal yang aneh.
"Riku, tidak baik melamun terlalu lama," aku tersentak ketika suara cempreng dan sedikit keras menginterupsiku.
"Ah, Mitsuki ... ahaha, gomennasai," seruku sambil mengaruk tengkukku yang tidak gatal.
Akhir-akhir ini aku sering melamun tanpa sebab. Terlebih setelah berakhirnya MOP. Rasanya ada yang kurang, namun aku tidak tahu apa.
"Riku-kun daijoubu? Apa kau sakit?" Netraku kualihkan kepada pemuda yang jarak umurnya 3 tahun lebih tua dariku.
Manik amesthynya menatapku cemas. Aku menggelengkan kepalaku.
"Aku tidak apa-apa Sogo-san."
"Sungguh? Aku khawatir asmamu kumat lagi Riku-kun," aku tersenyum dan mengatakan aku baik-baik saja. Aku senang banyak orang memperhatikan kondisiku, hanya saja aku tidak selemah itu.
"Kebanyakan melamun bisa menimbulkan asma lo," rautku langsung berubah kesal ketika suara bariton tegas merangsang pendengaranku.
"Ha? Tidak akan! Lagipula teori darimana itu!?" Aku mengembungkan kedua pipiku dan langsung memalingkan wajahku.
Dia benar-benar membuatku kesal. Izumi Iori, orang yang pertama kali menyadari penyakitku dan selalu mengawasiku karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Walau niatnya baik, terkadang ia sangat menyebalkan sekali.
🍃🍃🍃
Tidak ada...
Sama seperti sebelumnya, dia tidak ada disini. Apakah dia sedang mengambil cuti? Tapi ia bukan tipe orang seperti itu.
Bahkan tidak pernah memperhatikan kondisi tubuhnya demi para penggemarnya.
"Yo Nanase," sebuah tangan kekar menyentuh pundakku. Otomatis kutolehkan kebelakang dan mendapati pria berambut abu-abu dengan kulit yang senada dengan mayat.
"Ah! Yaotome-san, konnichiwa!" Sapaku seraya membungkukkan badan.
Netraku bergerak bebas mencari seseorang. Dan yang kudapati hanyalah Yaotome-san saja.
"Mencari siapa?" Aku menatap Yaotome-san.
"Te- Kujo-san tidak ikut pemotretan hari ini?" Ya, hari ini kami berada di sebuah studio untuk melakukan pemotretan. Trigger dan Idolish7 untuk mempromosikan beberapa produk.
Aku menatap matanya bingung kala melihat gerak-geriknya yang aneh. Seolah sedang mencari sesuatu untuk dijadikan alasan akan pertanyaanku.
Tangan kekarnya mengelus pucuk kepalaku. Ekspresinya tersirat ada sedikit kekecewaan, namun senyumannya tetap melekat.
"Ia tidak bisa ikut karena jadwalnya bertabrakan dengan jadwal la-"
"Sudah lebih dari 4 bulan Kujo-san menghilang, dan sekarang hampir memasuki bulan kelima. Apa Yaotome-san masih bisa menjawab dengan jawab itu? Kujo-san juga menghilang dalam dunia hiburan, bila ia ada jadwal lain seharusnya ia berada di banyak acara dari hari sebelumnya," tanpa kusadari aku mengucapkan semua bebanku tanpa sempat mengambil jeda bernafas.
Aku tersadar ketika Yaotome-san terdiam mendengar penuturanku.
"Ah! Ma ... maafkan aku! Aku tidak bermaksud-"
"Tidak apa-apa. Cepat atau lambat kau pasti akan menyadarinya."
Eh? Jadi, apa yang kukatakan adalah benar?
Aku menatap Yaotome-san tidak percaya. Rautnya seketika berubah. Tapi, mengapa?
Tidak satupun kata keluar dari mulutnya.
Bahkan memberi alasan mengapa Tenn-nii menghilang.
🍀🍀🍀
Matahari mulai berpijak di tengah langit. Memberi cuaca yang terik dan sengatan yang panas. Namun, hal itu tak mengganggu sesi pemotretan.
Kami semua melakukan sebisa mungkin. Hingga pada akhirnya terpisah oleh jadwal yang padat.
"Nanase-san," aku menolehkan kepalaku, mendapati Iori tengah membereskan barangnya.
Sepertinya hari ini jadwalnya kosong.
"Aku pulang duluan, ada hal yang harus aku lakukan. Kau juga bergegaslah agar tidak telat," ia pergi begitu saja tanpa membiarkanku membalasnya.
Mou, dasar Iori.
Aku menghela nafas kasar seraya mengangkat tasku. Setelah ini aku mempunyai jadwal rekaman dengan Momo-san.
Aku tidak boleh membuatnya menunggu.
"Wah, tak kusangka bertemu denganmu disini. Nanase Riku," tubuhku seketika membeku. Keringat dingin tiba-tiba menyerang tubuhku.
Suara ini, suara yang tidak ingin kudengar. Bahkan melihat langsung orang yang telah mengambil kebahagiaan orang lain.
Serta membawa salah satu kakak laki-laki yan kumiliki.
Manik merahku menatapnya tajam.
"Kujou..." nafasku tertahan seketika.
"Oya oya, jangan menatapku seperti itu."
"Dimana Tenn-nii?" Kutundukkan kepalaku, mencoba menahan amarah yang telah lama kupendam.
"..."
"Jangan diam saja, katakan dimana Tenn-nii!? Kau ... kau tahu bukan kalau Tenn-nii tidak menampakkan diri lagi didunia hiburan ini?! Lalu dimana dia, Kujou!?" Alih-alih menjawab, sebuah amplop kecil mendarat dipucuk kepalaku.
"Kalau kau mencarinya, bacalah surat ini. Hah ... kakakmu itu adalah orang yang gagal dan telah membuatku kecewa," selepasnya ia menyerahkan amplop itu kepadaku dan pergi begitu saja.
Aku terkejut kala orang itu bilang bahwa Tenn-nii adalah orang yang gagal. Bukankah ia yang ... tapi mengapa?
Kutatap amplop putih dengan hiasan bunga sakura ditengahnya. Membolak-baliknya berulang kali tuk memastikan tidak ada hal aneh.
'To: Nanase Riku'
Aku menghela nafas. Haruskah aku membukanya? Tapi ... dia bilang ini dari Tenn-nii. Namun, kenapa harus lewat surat?
Kenapa tidak melalui telepon atau tidak rabbit chat? Mou...
🍀🍀🍀
3 hari telah berlalu semenjak pertemuanku dengan Kujou. Aku sama sekali belum membuka surat tersebut.
Aku masih curiga dengan rencana apa yang akan ia perbuat. Terlebih mendengar secara langsung bahwa Tenn-nii seorang yang gagal.
"Haa..."
Aku tidak bisa fokus kepada pekerjaanku. Aku ingin sekali membuka surat itu, namun aku begitu takut.
Seolah sesuatu yang buruk akan terjadi. Tapi, bila tidak dibuka bukankah semakin memperburuk keadaan?
Aku mengacak-acak rambutku kasar. Uhh, amplop itu membuatku frustasi.
Kuraih botol disampingku dan kuteguk hingga tandas. Mengabaikan beberapa sosok yang mengkhawatirkanku karena tingkah lakuku yang tidak biasa ini.
Riku...
Manikku membulat kala mendengar suara yang kurindukan. Menoleh ke segala arah untuk mencari keberadaannya, namun hasilnya nihil.
Imajinasiku kah? Mungkin efek merindukan Tenn-nii.
Riku...
Tidak, itu bukan imajinasiku. Suaranya begitu jelas dan nyata.
Rautku menjadi khawatir dan senang. Dimana Tenn-nii? Kenapa hanya suara saja yang tercapai?
"Tenn-nii?"
"Riku, kenapa? Kau sakit? Wajahmu terlihat pucat," Mitsuki menatapku khawatir, menaruh punggung tangannya didahiku.
"Tidak panas..."
"Uhn, aku tidak apa-apa Mitsuki. Hanya sedang memikirkan sesuatu," kataku untuk meyakinkannya.
"Souka ... jangan memaksakan dirimu."
"Uhn," aku tersenyum kemudian mencoba mensibukkan diri.
Riku...
"Tenn-nii!?" Ahh mou!!! Suaranya begitu nyata, aku tidak bisa untuk mengabaikannya.
Apakah firasat yang selama ini kutepis akan menjadi kenyataan?
Bacalah surat itu untukku.
Setelah itu, aku tidak mendengar suaranya lagi hingga pada akhirnya surat itu terbuka.
Bulir mata membasahi kertas bertulis tangan itu. Membahasi kata-kata yang tertera disana.
Tanpa banyak pikir aku menyusulnya, mengindahkan teriakan yang ditujukan untukku.
Aku sudah lama tidak melihatnya, jadi biarkan aku melihat Tenn-nii. Tak peduli ini akan menjadi yang terakhir atau tidak, aku hanya ingin melihatnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To: Nanase Riku
Hai,
Maaf membuatmu khawatirkan karena aku yang mendadak menghilang dari dunia hiburan. Berapa lama aku menghilang? Haha, 6 bulan mungkin? Maaf ya. Aku berada dirumah Ayah dan Ibu. Kemarilah, sesekali kita harus menghabiskan waktu dengan orang tua kita bukan?
-K.Tenn
'Kenapa firasatku semakin tidak enak?'
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc....
1232 word
Pub: 10 Desember 2019
Jangan lupa vote and comment
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top